Sabtu, 07 Mei 2016

Netral.

Intinamah ayeunamah heunteu.

Etamah baheula, ayeunamah heunteu. Boa-boa ti baheula ge heunteu ? Emang heunteu mereun ... heunteu serius atau apalah.. padahalnya lamun misalkan teu seriusmah .. nya teu perlu.

Selalu ada Hikmah di Setiap PeristiwaSetiap hari, kita menghadapi berbagai persoalan hidup yang tidak ada habisnya. Terkadang kita merasakan kebahagiaan dengan apa yang menimpa kita, tetapi tidak jarang terdapat kesedihan dan kekecewaan dari apa yang kita alami karena tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Semuanya datang silih berganti, seiring pergantian siang dan malam yang setia menemani.Pergantian siang dan malam yang selalu terjadi setiap hari memang mengisyaratkan pergantian peristiwa yang terus terjadi dalam kehidupan manusia. Terkadang ada di atas, terkadang juga ada di bawah.  Terkadang kehidupan terasa menyenangkan, tetapi di saat lain, terasa kehidupan membawa beban dan permasalahan berat yang harus diselesaikan.Begitulah, hidup membawa kita pada berbagai persoalan, silih berganti, dan itu akan selalu terjadi sepanjang hidup kita. Karena itulah, bagaimana kita menyikapi setiap peristiwa sangat menentukan bagaimana hasil dan perasaan kita terhadapnya. Karena pada dasarnya, peristiwa yang terjadi di sekeliling kita bersifat netral. Kitalah yang memaknai peristiwa itu dalam perasaan kita.Saat sesuatu terjadi, kita bisa merasakannya sebagai kesedihan, kegembiraan, ketakutan, atau apapun perasaan kita tergantung bagaimana cara kita merasakannya. Kita sedih, senang gembira bukan karena peristiwa di luar kita, tetapi itu semua timbul dari dalam diri kita sendiri. Sangat tergantung pada bagaimana kita memandang berbagai peristiwa tersebut.Saat seseorang mulai bekerja melakukan sesuatu, kemudian ia belum berhasil atau gagal misalnya, saatitulah cara pandangnya berperan. Jika ia memandang hidup adalah proses panjang yang harusdilalui secara terus menerus dan konsisten, maka segala macam tantangan dan kegagalan akan dianggap sebagai proses evaluasi dan review terhadap apa yang sudah dikerjakan. Karenanya tidak perlu bersedih hati, jadikan kegagalan sebagai sarana introspeksi dan perbaikan diri agar di masa mendatang bisa dilakukan lebih baik.Sebaliknya, jika kegagalan dianggap sebagai akhir hidup, maka hidup kita akan terpuruk. Bukannya bangkit dari kegagalan yang ada, tetapi justru kegagalan itu membuatnya jatuh dan sulit untuk bangun lagi. Satu kegagalan seakan-akan menutup semua pintu-pintu keberhasilan, merasa bahwa ia tidak mungkin bisa bangkit dari keterpurukannya. Akibatnya, pola pikir semacam itu justru yang mengakibatkannya tambah terpuruk.Sekali seseorang berpikir bahwa ia tidak mungkin bangkit dari keterpurukan karena sebuah kegagalan, maka yang terjadi adalah seperti apa yang dipikirkannya. Karena itulah, mestinya kita melihat bahwa di balik semua peristiwa yang terjadi di dunia ini, selalu ada sisi baik yang bisa bermanfaat buat kehidupan kita, baik saat ini maupun saat mendatang.Bahkan, dalam posisi yang sangat sulit sekalipun, kita masih bisa melihat ada kebaikan dari setiap peristiwa. Dalam bahasa agamanya, selalu ada “hikmah” dari setiap peristiwa yang terjadi. Tidak ada satupun peristiwa di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Semua sudah diatur agar manusia mau belajar.Cerita perjuangan seorang kawan saya, sebut saja namanya Adi, mungkin bisa menjadi pelajaran berharga. Dia adalah alumni pondok pesantren, yang otomatis belajar ilmu-ilmu agama secara baik dan cukup mendalam. Kemampuan intelektualnya juga tidak rendah, dibekali berbagai keterampilan yang beragam.Keluar dari pesantren, ia mengajar di sebuah sekolah menengah pertama di desanya. Pekerjaannya sebagai seorang guru di desa, sebagaimana guru pada umumnya, dari sisi kesejahteraan memang masih jauh dari cukup. Tetapi di situlah memang tantangannya, bagaimana daya kreatif seorang guru mampu bertahan untuk hidup dengan kesejahteraan yang minim.Namun manusia memang tidak bisa sepenuhnya bisa“bertahan” dengan kondisi yang serba kekurangan. Adi kemudian mencoba mencari jalan rezeki berbedadengan keluar dari pekerjaannya mengajar untuk pindah kerja di tempat lain. Tetapi, mencari pekerjaanmemang tidaklah mudah. Berkali-kali ia melamar, ia belum juga mendapatkan pekerjaan tetap.Dan dari situlah awal penderitaan itu mulai. Terlanjur ia mengundurkan diri dari pekerjaannya mengajar, iapun kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya. Semakin lama kebingungan itu semakin meninggi, sementara kebutuhan keluarganya tidak ada habisnya. Hingga akhirnya, Adi berada dalam kondisi putus asa yang sangat mengenaskan.Mungkin benar apa yang dikatakan sahabat saya yang lain, kalau orang sudah berputus asa, kadang seperti kehilangan akal sehat. Orang seperti tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang jelek. Mana yang benar dan mana yang salah. Adi seperti kehilangan arah.Ia bekerja serabutan, apa saja, yang penting menghasilkan uang. Berjualan burung di pasar, ia lakukan. Setiap hari, dengan bersepeda, ia membawa burung-burungnya, berharap ada orang yang mau membeli. Sesampai di pasar, ia mulai menjual burung-burung tersebut. Dan seperti pedagang lain, kadang ia berhasil menjual burung, kadang juga burungnya tidak laku.Begitulah, ia juga pernah bekerja sebagai kuli bangunan. Memanggul karung beras, semen, dan berbagai barang lain di terminal, pokoknya apa saja ialakukan agar rezekinya tetap bisa berjalan. Adi seperti kehilangan akan masa depannya. Namun Adi selalu percaya, bahwa semuanya ada yang mengaturnya. Ia serahkan semuanya pada Yang Maha Kuasa.Hingga suatu saat, seorang temannya menelpon, bahwa ada lowongan pekerjaan pengabdian di sebuah Pondok Pesantren di luar Jawa di sana. Adi merenung, mungkin ini panggilan Tuhan, agar ia kembali mengabdi untuk kepentingan umat dan masyarakat. Potensi yang ia miliki nyatanya memangseperti ditakdirkan untuk dicurahkan untuk kepentingan umat.Setelah berkonsultasi dengan keluarga, serta berembug dengan istri, berangkatlah mereka sekeluarga ke pesantren yang bersangkutan. Adi serasa menemukan kembali dunianya yang lama telah hilang. Lambat laun, dunia itu telah kembali. Memang, perasaan dan keterpanggilannya tidak jauh-jauh dari dunia pesantren.Adi, hingga sekarang, dengan segala kesahajaan yang dimilikinya tetap dan selalu bersyukur. Allah memberinya cobaan yang begitu berat beberapa tahun terakhir, adalah dalam upaya membimbingnya ke jalan yang memang sesuai dengan hidup dan penghidupannya sekarang. Walaupun cobaan yang diterimanya begitu berat, tetapi ia yakini bahwa semuanya akan membuat hidupnya jauh lebih berwarna.Di antara kita, mungkin ada yang mengalami hal yang sama dengan Adi; mendapatkan banyak cobaan yangbegitu berat sekarang ini. Bahkan mungkin, cobaan itu menguras banyak sekali perasaan, dan hampir menghilangkan kesabaran yang kita miliki. Di sinilah titik penting itu berada: apakah kita bisa tetap sabar sambil mencari hikmah di balik semuanya, atau kita kehilangan kesabaran yang akhirnya malah merusak diri sendiri.Semuanya kembali ke kita, dan semuanya tidak ada yang terjadi begitu saja. Pasti akan ada hikmah di balik semua peristiwa......Salam Man Jadda WajadaAKBAR ZAINUDIN

Teu separah itu mereun pan, manehmah berlebihan, tarima we da teu nanaon, bae jadikeun pelajaran.

Sama seperti cinta dan kebahagiaan, sakit hati dan kesedihan adalah bagian dari kehidupan. Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa selalu terhindar berhubungan dengan seseorang yang secara sengaja maupun tidak sengaja menyakiti perasaan kita.

Tidak ada yang berniat merendahkanmu dan kamu tidak melakukan kesalahan apapun.

Jadi tidak ada yang merendahkan harga diri anda sama sekali.

Dalam berpacaran tidak ada istilah merendahkan harga diri ataupun penipuan.
Yang ada hanyalah tidak baik dan tidak cocok.

Lagipula, jika di artikan sebagai merendahkan harga diri ataupun penipuan, hal itu tidak akan terjadi jika kalian tidak pacaran.

“Seorang pria di kota A digelandang pihak kepolisian lantaran kedapatan membunuh tetangganya yang tengah bekerja. Saat ditanya mengenai motifnya melakukan pembunuhan tersebut, tersangka mengaku bahwa ia nekad membunuh korban lantaran sakit hati atas ucapan korban. Polisi pun membenarkan pernyataan tersangkabahwa pembunuhan yang dilakukannya dilandasi oleh motif balas dendam. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya barang berharga milik korban yang dirampastersangka. Motif pembunuhan ini murni balas dendam, bukan perampokan!”Demikian bunyi berita yang tayang ditelevisi. Hampir setiap hari kita menjumpai berita serupa.Di negara kita, balas dendam menjadi motif tindak kejahatan setelah kemiskinan. Namun demikian, balas dendam bukan hanya menjelma dalam bentuk serangan fisik seperti yang sering ditayangkan di televisi, melainkan juga serangan psikis kepada orang yang bersangkutan.Sakit hati lantaran dipermalukan di depan umum menimbulkan aksi balas dendam. Nah, bisa jadi aksi balas dendam ini tidak dilakukan melalui serangan fisik, melainkan serangan emosional. Sebagai contoh, yang bersangkutan membalasnya dengan perbuatan yang sama dengan yang ditimpakan kepadanya, atau melakukan serangan psikis sedemikian sehingga kehidupan sang pelaku sengsara. Mempermalukan seseorang di depan umum dibalas dengan tindakan yang sama.Sebenarnya, balas dendam merupakan reaksi yang wajar. Ketikadisakiti, secara refkels dan alamiah kita akan membalas perbuatan itu. Pembalasan merupakan bentuk pertahanan diri dari serangan lawan. Lebih jauh, pembalasan merupakan tindakan yang ditujukan untuk mencari dan menciptakan keadilan.Ketika seseorang menyakiti kita, dia pun harus dibalas dengan rasa sakit yang setimpal supaya adil. Pembalasan merupakan pelajaran bagi orang yang menyakiti agar di kemudian hari ia tidak melakukan perbuatan serupa. Demikian logika kita membenarkan tindak pembalasan.Menyakitkan memang jika kita disakiti atau dikhianati oleh orang lain. Rasa sakit itu bahkan membuat kita ingin melakukan pembalasan yang lebih kejam dari apa yang sudah diperbuat kepada kita. Ungkapan lama menyatakan, “Pembalasan lebih kejam daripada perbuatan!” Dan, memang demikianlah yang sering terjadi.Pada kebanyakan kasus yang kita saksikan di televisi, pembalasan yang dilakukan memang lebih kejam dari perbuatan yang dilakukan sebelumunya. Ada yang nekad memutilasi hanya karena sakit hati oleh ucapan seseorang. Ada yang sangat berniat merencanakan penyiksaan hanya karena sakit hati sudah dipermalukan di depan umum.Lalu, mengapa tindakan balas dendam melebihi kekejaman yang dilakukan sebelumnya? Jika sudah seperti ini, masih patutkah balas dendam disebut sebagai aksi mencari keadilan?Setelah dendam terbalas, ternyata hati kita masih belum puas. Kita masih menginginkan orang yang bersangkutan menderita, menderita, dan menderita sepanjang hidupnya. Kita tidak rela ia mati, tapi juga tidak rela ia hidup bahagia.Akhirnya, alih-alih terobati, rasa sakit justru semakin parah lantaran kita terus menginginkan penderitaan orang yang menyakiti kita. Kita terus menerus mengingat kejadian yang menyakitkan hati kita.Jika sudah seperti ini, masih bergunakah aksi balas dendam untuk mengobati sakit hati kita?Jika balas dendam tidak menyelesaikan masalah dan justru membuat kita semakin sakit hati, mengapa kita masih menginginkan balas dendam? Apa sebenarnya balas dendam itu? Jika balas dendam tidak perlu, lalu apa yang harus kita lakukan untuk meredakan rasa dendam di hati kita?Asal Usul DendamSeperti yang disebutkan sebelumnya, pada dasarnya dendammerupakan bentuk pertahanan alamiah manusia terhadap serangan musuh (Sebagai contoh yang diungkapkan oleh Barbara Ehrenreich dalam bukunyaBlood Rites: Origin and History of the Passions of War). Ditemukan bahwapada jaman primitif, nenek moyang kita menggunakan mekanisme balasdendam untuk membalas perbuatan seseorang terhadap dirinya atau sukunya.Karena hubungan sosial masyarakat pada waktu itu berupa komunalisme,di mana semua anggota komunitas dianggap sebagai satu keluarga, konsekuensinya ketika salah satu anggota masyarakat (suku) mengalami serangan fisik, maka semua anggota masyarakat wajib melakukan pembalasan terhadap pelaku, dan terhadap suku di mana pelaku menjadi anggota suku tersebut.Jadi, pada jaman purba, kesalahan satu orang dianggap sebagai kesalahan satu komunitas. Demikiansebaliknya, penganiayaan terhadap satu orang dianggap sebagai penganiayaan terhadap satu komunitas (Susan Jacoby dalam bukunyaWild Justice: The Evolution of Revenge).Pada masa itu, belum dikenal konsepkeadilan. Setiap tindakan penganiayaan atau penyerangan akan dibalas dengan penyerangan. Tindakan ini masih murni berdasarkan insting purba mereka, yaitu insting mempertahankan diri. Insting ini juga ditemukan pada simpanse, di mana ditemukan bahwa dalam komunitas simpanse, ketika salah satu anggotanya melakukan serangan terhadap anggota lainnya, maka anggota yang diserang itu tidak langsung menyerang si penyerang, melainkan menunggu waktu yang tepat untuk mengadakan serangan balik.Pada perkembangan selanjutnya, komunalisme primitif berganti ke masa monarki, alias kerajaan. Pembalasan yang semula dilakukan oleh orang atau kelompok yang bersangkutan, sekarang menjadi otoritas agama. Pada masa ini, jika seseorang menganiaya orang lain, maka pihak yang dianiaya tidak diperbolehkan untuk membalasnya secara langsung. Tindakan pembalasan dilakukan oleh lembaga agama. (Susan Jacoby dalam bukuWild Justice: The Evolution of Revenge).Hal ini dikarenakan, jika dilakukan oleh pihak yang dianiaya, maka pembalasan itu akan berbuntut pada pembalasan lagi. Begitu seterusnya.Pada masa inilah mulai muncul konsep keadilan. Agama dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan keadilan bagi orang yang disakiti, dengan hukumnya yang memberikan sanksi kepada mereka yang melakukan penganiayaan terhadap orang lain.Keadilan dan Balas DendamSekalipun tujuan awalnya adalah mencari keadilan, sebenarnya ada perbedaan mendasar antara balas dendam dan keadilan. Keadilan merupakan ciptaan manusia secara sadar. Ia merupakan nilai moral yangdirumuskan secara sadar oleh masyarakat berdasarkan alasan yang objektif. Sementara itu, balas dendam merupakan perbuatan yang hanya berdasarkan insting. Ia tidak memedulikan bahwa tindakan yang ditimpakan kepadanya merupakan kesalahan atau bukan. Balas dendam tidak memedulikan penilaian objektif mengenai penganiayaan yang menimbulkan aksi balas dendam tersebut.Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Leon F. Seltzer, Ph.D dalam artikelnya yang berjudulDon’t Confuse Revenge with Justiceyang dimuat dalam jurnalPsychology Today, “Revenge is, by nature, personal….” Balas dendam merupakan tindakan yang didasarkan pada subjektifitas personal. Lebih jauh, balas dendam merupakan tindakan yang bersifat bias, memihak kepada orang yang disakiti.Lebih parah lagi, balas dendam merupakan penyakit jiwa, yang tidak memiliki dasar rasional dan logis. Leon F. Seltzer, Ph.D, masih dalam artikel yang sama menyebutkan bahwa balas dendam “…expresses ahot, overwhelming desire for bloodshed. As perverse as it may seem, there’s actual plesure experienced in causing others to suffer for the hurt they’ve caused theavenger….” Dendam adalah perasaan senang ketika melihat orang yang menyebabkan ia terluka mengalami hal serupa atau mengalami hal yang membuat hidupnya sengsara. Balas dendam adalah keinginan untuk membuat sengsara kehidupan orang yang telah menyebabkan luka.Sementara itu, keadilan merupakan konsep yang didasarkan pada hubungan sosial. Keberadaannya tidak berkaitan dengan ego individual. Keadilan tidak memihak kepada individu yang diserang maupun individu yang menyerang.Tujuan keadilan adalah menciptakankeseimbangan. Eleanor Roosevelt mengatakan , “Justice cannot be for one side alone, but must be for both,” yaitu bahwa keadilan tidak membela satu pihak, melainkan demikebaikan kedua belah pihak.Dari sini dapat disimpulkan bahwa balas dendam merupakan tindakan yang didasarkan pada subjektifitas, sedangkan keadilan didasarkan padaobjektifitas.Mengapa Balas Dendam?Pada jaman sekarang, sistem hukummengatur ketat keadilan. Setiap pelanggaran terhadap keadilan diberikan sanksi yang setimpal. Sanksi tersebut bukan diberikan olehindividu yang menjadi korban ketidakadilan, melainkan oleh lembaga hukum. Hal ini menjadikan balas dendam mustahil dilakukan. Balas dendam dianggap sebagai tindakan main hakim sendiri. Dan, hal ini jelas dianggap sebagai pelanggaran.Namun demikian, kenyataannya masih banyak yang tidak mengindahkan hukum yang berlaku. Banyak orang yang menggunakan cara lama dalam menyelesaikan masalah dengan orang lain. Dendammenjadi andalan.Lalu, mengapa bisa demikian? Ada dua alasan utama yang perlu Anda ketahui mengapa balas dendam masih menjadi andalan.1. Penganiayaan emosialBelum ada payung hukum yang mengatur penganiayaan secara emosional. Memang ada undang-undang yang mengatur penghinaan, pencemaran nama baik, ancaman, teror, dan pemfitnahan. Tetapi, penganiayaan emosional bukan hanya sebatas pada tindakan-tindakan tersebut. Banyak orang merasa dianiaya ketika harga dirinya direndahkan. Penolakan, penghinaanyang dilakukan dengan tindakan yang merendahkan, dan ucapan kemarahan tidak diatur oleh undang-undang.Semua tindakan itu meskipun bukan merupakan pelanggaran privasi orang lain, nyatanya banyak membuat orang sakit hati. Bukan bermaksud menghakimi, hal ini disebabkan, korban terlalu mementingkan harga dirinya. Ia tidakmau harga dirinya terinjak. Dia terlalusensitif menanggapi tindakan orang yang dilakukan kepadanya.Kemarahan dan penolakan yang menurut kebanyakan orang merupakan hal yang lumrah, menurut sebagian orang merupakan tindakan yang merendahkan martabat dan harga dirinya. Inilah yang memicu tindakan balas dendam. Sebuah artikel yang dimuat dalam http://www.emotionalcompetency.com/revenge.htm menyebutkan, “the goal of revenge is to erase shame and humiliation and restore pride.” Tujuan balas dendam adalah untuk menghapus rasa malu dan penghinaan dan mengembalikan kebanggaan.2. Mengembalikan masa laluBalas dendam dilakukan karena hukuman yang ditimpakan kepada pelaku tidak membuat si korban merasa puas dan hilang sakit hatinya. Mengapa bisa demikian? Karena si korban menginginkan kejadian yang melukai hatinya tidak pernah terjadi. Si korban ingin mengembalikan masa lalu, dan berharap dengan membalas perbuatan si pelaku, masa lalunya akan pulih.Ini jelas mustahil. Apa yang sudah terjadi tidak akan kembali seperti semula. Rupanya itulah yang menyebabkan pembalasan menjadi lebih kejam daripada perbuatan dan bahkan lebih lama prosesnya dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Ini dikarenakan sampai kapan pun, balas dendam tidak akan membuat rasa sakit hati lenyap karena yang ia inginkan adalah kembalinya masa lalunya.Dampak Balas DendamMelihat orang yang membalas dendam tidak akan puas sampai kapan pun, maka tindakan balas dendam tidaklah berguna. Sampai kapan pun ia tetap akan merasa sakithati, sekalipun dendam telah terbalas. Lebih jauh, ia tidak akan berhenti membalas dendam.Hal ini justru membuat orang yang membalas dendam menemui dampak yang negatif. Berikut beberapa dampak yang diakibatkan oleh dendam.1. Memperpanjang konflikMohandas Gandhi mengatakan, “An eye for an eye leaves the whole world blind.” Mata dibalas mata hanya akan membuat seluruh dunia buta.Memang demikianlah yang akan terjadi ketika kita membenarkan tindak balas dendam. Karena disakitisi A, maka si B membalasnya. Si C, kakak si A, tidak terima dengan tindakan si B, dan karenanya membalas tindakan si B. Si D, anak siB, tidak terima ayahnya diperlakukan tidak adil oleh si C. Ia pun membalas perlakuan si C. Demikian seterusnya hingga kiamat. Konflik yang terjadi lantaran balas dendam berlanjut dari generasi ke generasi.2. Dijauhi orangBalas dendam membuat orang lain takut berteman dengan kita. Orang akan berpikir, saat ia melakukan kesalahan terhadap kita, baik yang disengaja atau pun tidak, kita akan langsung membalas tindakannya. Orang juga akan menjauhi kita lantaran takut jika sikap dan tindakannya tidak sesuai dengan keinginan kita, atau sikap dan tindakannya secara tidak sengaja menjatuhkan martabat dan harga dirikita.3. Memperparah sakit hatiSaat kita melakukan balas dendam, seringkali kita melakukannya dengansadar. Balas dendam merupakan proses yang panjang. Ia meliputi serangkaian rencana dan eksekusi. Sebelum melancarkan aksi balas dendam, kita menyusun serangkaianrencana. Kita juga mempersiapkan alternatif rencana sebagai antisipasi jika rencana pertama gagal.Tanpa disadari, saat kita menyusun rencana untuk membalas dendam, kita sedang memperbarui dan memperparah sakit hati kita. Ini dikarenakan, sepanjang waktu, kita memikirkan cara membalas dendam,yang otomatis akan membuat kita teringat kembali pada peristiwa menyakitkan itu.4. Menguras energi, waktu, dan uangSeperti yang disebutkan di atas, balas dendam menguras waktu dan perhatian kita. Kita menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan cara melancarkan balas dendam. Kita menghabiskan waktu untuk mendramatisasi rasa sakit akibat perbuatan orang lain.Bukan hanya waktu, uang dan tenaga pun terkuras untuk aksi balasdendam. Seringkali balas dendam bahkan mendorong kita untuk rela mengeluarkan banyak uang demi menghancurkan kehidupan orang yang telah menyakiti kita.5. Menghancurkan masa depanSering kita lihat di televisi, lantaran balas dendam, seseorang terpaksa meringkuk di penjara.Balas dendam bukan hanya mengirim kita ke penjara. Sekalipun kita tidak melakukan pembalasan secara fisik, dan tidak dipenjara, tetap saja balas dendam akan merusak masa depan kita. Ini dikarenakan, waktu kita yang seharusnya digunakan untuk bekerjadan mengembangkan diri justru terbuang percuma untuk merencanakan aksi balas dendam. Dan, seringkali, ketika rencana kita gagal, kita akan mencoba rencana lain untuk menghancurkan kehidupan orang yang telah menyakiti hati kita.Demikian seterusnya hingga tidak ada waktu yang tersisa untuk mengembangkan diri.6. Menyebabkan penyakit psikosomatisSeperti yang disebutkan sebelumnya, dendam memperparah rasa sakit. Rasa sakit itu bahkan tidak akan lenyap sampai kapan pun.Kita berpikir, dengan balas dendam, masa lalu kita akan pulih, yang pada gilirannya akan mengobati rasa sakit hati. Tetapi, mustahil masa lalu akan pulih seperti keadaan semula. Oleh karena itu, tidak heran jika balas dendam tidak bisa menyembuhkan sakit hati. Alih-alih sembuh, rasa sakit itu malah menjadi penyakit.Demikianlah dampak dari balas dendam. Kesemua yang disebutkan di atas merupakan dampak negatif. Memang jika direnungkan, tidak ada dampak positif yang dapat kita peroleh dari balas dendam. Mungkin kita akan puas sesaat, tetapi tunggu saja, aksi balas dendam yang kita lancarkan akan segera dibalas dengan tindakan yang lebih kejam.Obat Peredam DendamMengingat bahwa dendam timbul dari keinginan untuk mengembalikanmasa lalu, maka tidak ada gunanya kita membalas dendam. Bagaimana pun kita membalas perbuatan itu, masa lalu tidak akan pernah kembali.Yang ada justru kita semakin sakit hati. Selain itu, balas dendam juga menimbulkan dampak negatif seperti yang disebutkan pada bab sebelumnya.Sebagaimana disebutkan pada bab sebelumnya, balas dendam juga merupakan penyakit hati. Disebut penyakit hati karena balas dendam tidak didasarkan pada logika, melainkan pada keinginan bahwa orang yang melukai hati kita akan sengsara selamanya. Dendam adalah perasaan senang di atas penderitaan orang yang telah melukai hati kita. Mengerikan, bukan,jika kita memiliki perasaan seperti itu?Nah, oleh karena itu, daripada membalas dendam, lebih baik kita mencari cara untuk meredakan rasa dendam itu. Karena dendam adalah penyakit hati, maka kunci untuk meredam rasa dendam adalah TERAPI QOLBU.Terapi qolbu adalah sinonim dari terapi kejiawaan. Terapi qolbu dapat berupaself-healing, psikoterapis yang dilakukan oleh seorang terapis, hipnoterapis yang juga dilakukan oleh terapis, maupun konseling.Terapi qolbu bukan hanya tentang terapi spiritual seperti zikir, istighfar, dan mendekatkan diri kepada Tuhan.Terapi qolbu sangatlah luas maknanya. Ia juga dapat dilakukan dengan tindakan-tindakan yang tidakterkait spiritualitas. Yang pasti, terapiqolbu adalah pengobatan denganmembebaskan otak dari pikiran-pikiran negatif.Berikut beberapa langkah terapi qolbu yang dapat Anda lakukan untuk meredam dendam di hati Anda.1. Tidak mendramatisir perasaanApa yang Anda rasakan ketika mendengarkan lagu-lagu sedih? Mendengar lagu-lagu sedih saat hati Anda terluka akan membuat hati Anda semakin sedih. Inilah efek dari dramatisasi.Demikian halnya jika saat hati Anda terluka, Anda mendramatisasi perasaan itu dengan keluhan, kebencian, ancaman, dan tangis. Bukannya rasa sakit itu hilang, tetapi justru semakin parah. Menangis boleh, asal tidak berlarut-larut.2. Instrospeksi diriSeperti yang disebutkan pada bab sebelumnya, terkadang seseorang tidak berniat menyakiti hati kita, tetapi kita yang terlalu sensitif mengartikan maksud orang lain. Oleh karena itu, saat Anda berniat balas dendam, pertimbangkan lebih dulu apa kesalahannya kepada Anda. Jangan-jangan sebenarnya dia tidak bersalah, hanya Anda yang terlalu sensitif menanggapi ucapan atau tindakannya.Jujurlah pada diri sendiri, barangkali Anda yang terlalu mementingkan ego sehingga saat ucapan atau tindakan seseorang ditujukan kepada Anda, Anda memaknainya sebagai upaya merendahkan harga diri Anda. Padahal sebenarnya, ucapan atau tindakannya tidak dimaksudkan demikian.3. Pikirkan dampaknyaSebelum Anda melancarkan aksi balas dendam kepada seseorang yang menyakiti Anda, pikirkan dulu dampaknya. Jika Anda membalas dendam, mungkin Anda puas sesaat,tetapi bersiap-siaplah terhadap serangan balik dari orang yang bersangkutan. Lebih jauh, bersiaplahAnda dijauhi oleh teman-teman Anda. Saya yakin mereka akan menilai Anda sebagai tipe pendendam. Dan, tidak akan ada yagbersedia berteman dengan orang yang memiliki tipe pendendam.4. Serahkan kepada TuhanJika Anda hendak membalas dendam kepada seseorang yang menyakiti hati Anda, ingatlah bahwa balas dendam bukanlah penyelesaian yang adil. Balas dendam bertujuan untuk memenuhi nafsu dan ego Anda. Oleh karena itu, serahkanlah semuanya kepada Tuhan karena Dialah yang Maha Adil.Yakinkan diri Anda bahwa Tuhan akan memberikan hukuman yang adil terhadap perbuatan yang ditimpakan kepada Anda.5. Pikirkan masa depanSebelum Anda melancarkan aksi balas dendam, pikirkan masa depan Anda. Seringkali balas dendam menguras seluruh kehidupan Anda. Sakit hati tidak akan hilang sekalipun dendam sudah terbalas. Seperti yang disebutkan pada bab sebelumnya, hal itu dikarenakan Anda menginginkan kejadian yang menyakitkan hati tidak pernah terjadi. Dengan balas dendam, Anda berharap masa lalu Anda pulih. Itu sesuatu yang mustahil.Akibatnya, sekalipun dendam telah terbalas, rasa sakit yang Anda derita tak kunjung lenyap. Hal ini pada akhirnya mendorong Anda untuk terus membalas dendam. Waktu, tenaga, dan uang yang seharusnya Anda gunakan untuk mengembangkan diri dan meraih cita-cita justru terkuras hanya untuk membalas dendam.6. Pikirkan orang lainSaat Anda membalas perbuatan atauucapan orang lain yang menyakiti hati Anda, secara tidak langsung Anda telah melibatkan keluarganya. Keluarganya akan ikut tersakiti saat Anda menyakitinya, sebagaimana keluarga Anda tersakiti atas perbuatannya.Lebih jauh, jika ia tidak terima dengan tindak balas dendam yang Anda lancarkan, bisa jadi dia mengincar keluarga atau teman dekat Anda untuk disakiti. Begitu seterusnya hingga kiamat.Apakah Anda rela keluarga dan teman Anda ikut menanggung perbuatan Anda?7. Sadari bahwa itu bukan kesalahannya sepenuhnyaWatak setiap orang dibentuk oleh lingkungannya. Jika lingkungan mengajarkan A, maka ia akan berwatak A. Jika lingkungan mengajarkan B, maka ia akan berwatak B.Demikian juga, kondisi yang dialami seseorang turut menentukan wataknya. Jika ia tumbuh di lingkungan yang tidak sehat, maka watak dan psikisnya pun tidak sehat.Nah, dengan menyadari bahwa wataknya bukan sepenuhnya hasil dari kesadaran dan kemauannya sendiri, melainkan karena bentukan lingkungan, Anda pun akan memaklumi tindakan atau ucapannya.8. BersosialisasiKesedihan dan rasa sakit akan semakin terasa manakala Anda dalam kesendirian. Dengan kesendirian, tidak ada yang Anda perbuat dan pikirkan. Akibatnya, yang muncul adalah ingatan tentang kejadian menyakitkan itu. Oleh karena itu, bersosialisasilah dengan keluarga, tetangga, atau pun teman. Dengan bergaul, Anda akan menyadari masih banyak orang yangpeduli dan sayang terhadap Anda. Anda akan menyadari, apalah artinyaucapan satu orang yang membenci Anda dibanding perhatian orang-orang yang mengasihi Anda.9. Mencari kesibukanJika Anda teringat terus kejadian menyakitkan itu, segeralah cari kesibukan untuk melupakannya. Anda dapat menonton hiburan ringan di televisi, membaca buku ringan, mendengarkan musik yang bersemangat, mengobrol dan bercanda dengan anak atau istri, atau kegiatan apapun yang dapat menyenangkan hati Anda.10. KonsultasiJika rasa sakit di hati Anda tidak kunjung sembuh, dan dendam di hatiAnda tidak kunjung reda, tidak ada salahnya berkonsultasi ke psikiater atau psikolog. Barangkali mereka dapat membantu mengatasi masalah yang Anda hadapi.11. Mendekatkan diri kepada TuhanSaat dendam menguasai hati Anda, segeralah minta pertolongan Tuhan untuk meredakan amarah di hati Anda. Dekatkan diri kepada Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan Anda dalam keadaan apa pun. Ingatlah bahwa Tuhan akanmemberikan keadilan kepada Anda. Ingatlah bahwa di balik kejadian yang menyakitkan Anda senantiasa terdapat hikmah yang sudah direncanakan Tuhan untuk Anda.12. Pahami budayanya dan komunikasikanSeperti yang disebutkan pada bab sebelumnya, bisa jadi seseorang tidak bermaksud menyakiti hati Anda, tetapi karena kebudayaannya berbeda dengan kebudayaan Anda, terjadi kesalahpahaman antara Andadan dia. Akibatnya, Anda sakit hati lantaran ucapan atau tindakan yang didasarkan pada kebudayaannya itu.Untuk itu, daripada merencanakan balas dendam yang tidak ada gunanya, lebih baik komunikasikan duduk perkaranya kepadanya. Jangan-jangan ada miskomunikasi antara Anda dengannya.Dengan komunikasi, Anda dapat meminta klarifikasi dari maksud ucapan atau perbuatannya. Selain dapat menghindari tindak balas dendam, komunikasi juga dapat memperbaiki hubungan Anda dengannya.Demikianlah beberapa cara yang dapat Anda terapkan untuk meredamrasa dendam.Memang menyakitkan saat seseorang melukai hati kita. Dunia serasa hancur jika teringat kejadian menyakitkan itu. Dendam pun muncul sebagai reaksi atas luka yang ditimbulkannya. Namun demikian, percayalah bahwa membalas tindakannya tidaklah berguna. Sekejam apa pun kita membalas perbuatannya, kejadian pahit itu tak akan terhapus. Yang sudah terjadi tetaplah terjadi, tidak ada yang dapat mengubahnya. Oleh karena itu, lebih baik mencari cara untuk mengobati rasa dendam. Ini bukan demi kebaikan mereka yang telah melukai Anda. Ini demi kebaikan Anda sendiri.Akhir kata, dalam bukunya,Unbroken: A World War Story of Survival, Resilience, and Redemption, Laura Hillenbrand mengatakan “The paradox of vengefulness is that it makes men dependent upon those who have harmed them, believing that their release from pain will comeonly when their tormentor suffer.” Balas dendam merupakan sebuah paradoks. Paradoksnya adalah bahwa dendam membuat orang bergantung pada mereka yang telah melukai perasaannya dan percaya bahwa kesembuhan mereka hanya dapat datang dari orang-orang yang melukai hati mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar