Sabtu, 14 Juli 2018

Menerima kenyataan .

Lentur dan menyesuaikan diri.

Yakinlah Rencana Allah Itu Lebih Baik – Optimalkan Saja
Rahmat Mr. Power  October 11, 2012  25 Comments
Saat Kenyataan Tidak Sesuai Dengan Keinginan
Kadang, kita mendapatkan kondisi atau kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Maksud hati ingin mendapatkan A, kita malah mendapatkan B padahal hal ini tidak kita inginkan. Lalu kebanyakan orang mengeluh. Padahal, kita sudah membaca ayat Al Quran yang cukup populer ini.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216)

Benar Sich Tapi Sulit…
Namanya juga sesuatu yang kita benci, pasti sulit. Namun akan lebih sulit jika Anda tidak bisa menerimanya. Saat Anda tidak bisa menerima kenyataan itu, hati Anda sakit, perasaan Anda akan sulit, dan itu akan terjadi terus-menerus. Namun, jika Anda mau menerima kesulitan menerima kenyataan tersebut dengan ikhlas dan shabar, maka kemudahan akan Anda dapatkan setelahnya.

Manfaat Menerima Rencana Allah
Saat Anda mampu menghadapi kenyataan yang pahit dengan shabar dan ikhlas akan ada banyak manfaat yang bisa Anda dapatkan:

Pahala atas keshabaran dan keikhlasan tersebut. Betulkan?
Peningkatan kualitas diri karena Anda sudah terlatih menghadapi yang sulit. Anda lebih shabar, lebih tangguh, dan lebih berani menghadapi kenyataan hidup.
Dan kita akan memiliki peluang mendapatkan yang lebih baik dimasa mendatang.
Coba jika tidak menerima, apa yang kita dapatkan? Hanya mata bengkak karena terus menangisinya? Atau mendapat kata-kata penghibur dari teman? Atau hanya dikasihani orang lain? Belum lagi, waktu habis sia-sia, sementara bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan kebaikan diwaktu mendatang. Rugi dua kali saat kita tidak bisa menerimanya.

Bagaimana Agar Kita Mampu Menerima Rencana Allah Meski Pahit?
Banyak orang yang hanya berkata sulit. Memang sulit, so what gitu lho? Saat Anda harus pergi ke kantor atau kuliah, naik motor atau kendaraan lainnya, resiko selalu ada di jalan. Tapi tetap saja Anda harus berangkat, meski capek dan meski menghadapi resiko. Sama halnya saat kita menghadapi kondisi yang tidak kita inginkan, memang sulit untuk menerimanya, tetapi tidak ada cara lain jika Anda ingin mendapatkan kebaikannya.

Cara Jangka Panjang: Meningkatkan Keimanan
Jika Anda masih merasa begitu sulit menerima ketentuan Allah, padahal kita sudah mengetahui apa yang dikatakan Allah melalui ayat diatas. Itu tandanya iman kita masih perlu terus ditingkatkan lagi. Semakin tinggi iman kita, insya Allah kita akan semakin kuat menerima kondisi hidup sepahit apa pun.

Jika Anda terus mengatakan sulit-sulit-sulit dan sulit, maka periksalah keimanan Anda. Temui guru-guru mintalah nasihat, baca al Quran, Dzikr, Shalat Malam, Shaum sunah, dan berbagai amalan-amalan lainnya. Sebab, setiap amalan akan memberikan tambahan kekuatan iman kepada kita. Juga, bergaulah dengan orang-orang shaleh, yang selalu memberi contoh dan nasihat kebaikan.

Bukan hanya bersikap cengeng, mengatakan sulit terus, curhat kesana kemari tetapi melupakan curhat kepada Allah, dan berharap belas kasihan dari manusia, tetapi tidak berharap dari Allah. Periksalah sikap kita selama ini.

Alihkan Fokus Anda
Seringkali, kita akan merasa sakit terus saat kita terus memikirkannya. Masalahnya, yang kita fikirkan adalah rasa sakit dan hal yang tidak kita senangi. Maka rasa sakit akan semakin kuat. Alihkan fokus Anda, daripada memikirkan rasa sakit dan hal-hal yang tidak menyenangkan, kenapa tidak fokus pada:

Kebaikan yang telah Allah siapkan dari kondisi ini. Yakinlah ada kebaikan, meski Anda belum mengetahui.
Bagaimana cara mendapatkan kebaikan itu?
Upaya apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah (jika ada).
Ambillah Hikmah
Setiap kejadian itu ada hikmah, pahit atau manis, hikmahnya selalu baik.

Rasulullah SAW bersabda; “Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah.  (HR. Tirmidzi)

Salah satu kebaikan yang bisa kita dapatkan dari setiap peristiwa atau kondisi, meski pun sangat menyakitkan adalah hikmah yang terkandung di dalamnya.

Hikmah itu selalu ada, kadang perlu waktu untuk menemukan hikmah itu. Pernahkan ada orang yang berkata,

“Untung saja saat itu saya tidak pergi.”

“Untung saja saya di PHK dan sekarang jadi pengusaha sukses.”

Di PHK memang pahit, kita kehilangan sumber penghasilan yang mungkin satu-satunya. Dan kita mengalami hari-hari yang sulit setelah itu. Namun saat menghadapinya dengan keshabaran dan keikhlasan, kondisi seperti ini bisa menjadikan orang tersebut menjadi pengusaha yang handal.

Selalu ada hikmahnya, yakini itu!

Optimalkan Saja Kondisi Yang Ada
Jika kita sudah yakin, bahwa apa yang sedang kita alami adalah media pendidikan bagi kita agar lebih baik, maka kita bisa mengoptimalkan media ini agar memberikan pelajaran yang berharga bagi diri kita. Kita bisa belajar dari kegagalan, kita bisa memacu pikiran kita untuk mendapatkan ide brilian supaya bisa keluar dari kondisi sulit, dan menjadi lebih tangguh dalam menghadapi cobaan.

Jika kita melewatkan masa pendidikan tersebut hanya dengan mengeluh, menangis, dan meratapi kondisi, maka kita akan menyia-nyiakan waktu kita dengan hal yang tidak berguna.

Rabu, 04 Juli 2018

Rahmat allah

Terapi
Berhenti memikirkan masa depan
Menerima bahwa anda tidaj tahu
Jangan menyalahkan diri sendiri, semampunya
Rahmat allah
Kesusahan
Seharusnya dan ekspektasi
Terima apa adanya.

Orang yang Berpaling, Hidup Terasa Sempit
By Eva F Hasan  Last updated 20 September 2017
0
Share
Advertisements
HIDUP di muka bumi ini tak selamanya memberikan kemudahan dan kesenangan serta kesejahtetaan bagi manusia. Selalu saja ada haling rintang yang akan dihadapi oleh kita. Kita akan merasakan susahnya menjalani hidup. Mengapa seperti itu ya? Apakah manusia diciptakan untuk hidup menderita?

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam keadaan susah payah,” (QS. Al-Balad: 4).

Orang yang tidak ingin mengalami susah payah dan hanya ingin hidup senang adalah orang yang tidak memahami rahasia ciptaan Allah SWT.

Allah SWT menciptakan manusia dengan memberinya unsur kekuatan dan kelebihan, yaitu akal. Nur kekuatan sama seperti hewan tetapi dilebihkan dari makhluk lainnya dengan kemampuan akalnya.

Dengan akal itulah manusia meningkatkan taraf hidupnya, yang tentu saja mengalami berbagai gelombang kehidupan yang harus dapat mereka atasi.

Ini berbeda dengan hewan yang tidak pernah bercita-cita atau berusaha meningkatkan taraf hidupnya. Hewan tidak pernah menginginkan kandang yang mewah dan modern, makanan yang lezat atau mencuri obat untuk menyembuhkan penyakitnya. Ia tidak mau makan tambahan bila sudah merasa kenyang. Bahkan, sisa makanan ditinggalkan dan tidak pernah menyimpannya. Sedangkan manusia, meski sudah kenyang bisa ditawari makanan yang lebih lezat, ia tidak akan menolaknya.

Hewan yang beranak selalu hidup untuk anak-anaknya. Tetapi bila anak-anak itu sudah besar, mereka akan meninggalkan induknya, dan putuslah hubungan mereka. Tugas induk sudah selesai. Rasa kasih sayang yang mengikat mereka pun berakhir. Tidak mempunyai pilihan lain.

RELATED POSTS
Menggapai Hidup Penuh Berkah
1 tahun lalu
Segala Sesuatunya akan Kembali pada Diri Kita Sendiri
1 tahun lalu
Jalan Terang Menuju Kebahagiaan Hidup (2-Habis)
1 tahun lalu
Jalan Terang Menuju Kebahagiaan Hidup (1)
1 tahun lalu
PREV  NEXT  1 of 3
Jadi, rasa belas kasihan dan adanya bermacam-macam pilihan yang dihadapi manusia adalah penyebab dari timbulnya susah payah itu. Nah, lalu mengapa Allah menjadikan manusia untuk hidup sengsara, bersusah payah dan bekerja keras?

Maksud kesengsaraan di sini itu apa? Kesengsaraan hati, jiwa, batin atau kesengsaraan jasmani.

Orang-orang yang tidak beriman memang akan mengalami kedua-duanya. Tetapi orang yang beriman selalu ridha, tenang dan tenteram dengan pembagian Allah. Itu satu bukti kebenaran ajaran-Nya.

Jika yang dimaksud kelelahan, kerja keras, susah payah dan hal lainnya, yang menyangkut fisik, hal itu wajar saja. Manusia harus tanggap menghadapi perkembangan dunia, jika dia ingin mencapai kemajuan karena keberhasilan dapat dicapai dengan kerja keras.

Jika ia ingin menyalurkan air dari sumbernya ke rumah-rumah dengan pipa, dia harus bekerja keras, demi kesejahteraan manusia.

Pakar teknologi selalu bekerje keras dan bersusah payah selama bertahun-tahun untuk dapat menghasilkan sesuatu atau mungkin gagal. Kadang mereka tidak sempat memikirkan kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Hal itu mereka lakukan demi pengabdiannya kepada manusia. Mereka tidak pernah mengeluh sengsara, merasa bersusah payah, dan sebagainya.

Begitu pun dengan orang-orang yang beriman yang mengabdikan kehidupannya kepada Allah, keluarga, masyakat dan bangsa. Mereka tidak pernah merasakan kesengsaraan dalam hidupnya. Bila suatu saat terjadi musibah dalam hidupnya, dia sudah memiliki kekuatan kesadaran pada batinnya (hatinya) untuk mampu mengatasinya, yaitu kekuatan bimbingan ajaran Allah. Bagi orang yang beriman, kehidupan dunia dengan segala kesenangannya bukanlah tujuan. Mereka yakin benar, jika berpegang erat pada petunjuk Allah, ia tidak akan tersesat dan sengsara (celaka). Hidup yang sempit hanyalah bagi orang yang berpaling dari peringatan-peringatan Allah. []

Sumber: Anda Bertanya Islam Menjawab/Karya: Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi/Penerbit: Gema Insani

Oleh: Lintang Wahyu Mukti
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

ADA ungkapan yang sangat dalam maknanya, disampaikan Syaikh Abi Madiin dalam kitab Tahdzib Madarijus Salikin. Katanya, “Orang yang telah benar-benar melakukan hakikat penghambaan (ubudiyah), akan melihat perbuatannya dari kaca mata riya. Melihat keadaan dirinya dengan mata curiga. Melihat perkataannya dengan mata tuduhan.”

Ia lantas menjelaskan bahwa kondisi seperti itu muncul karena semakin besarnya tuntutan kesempurnaan dalam diri seseorang. “Semakin tinggi tuntutan dalam hatimu, maka semakin kecillah kamu memandang dirimu sendiri. Dan akan semakin mahal harga yang harus ditunaikan untuk memperoleh tuntutan hatimu itu,” (Tahdzib Madarijus Salikin, 119)

Maka, jangan hentikan perenungan dan muhasabah diri kita masing-masing. Sungguh banyak lubang yang harus kita waspadai di tengah hidup yang penuh fitnah dan tipu daya ini.

Manusia, diciptakan dalam keadaan susah payah. Memang itulah ketentuan Allah SWT. Al-Qur’an menyinggung masalah ini dalam firman-Nya, “Laqad khalaq nal insaana fii kabad” ; Sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam keadaan kabad atau susah payah. (QS. Al Balad: 4). Kata `kabad’ dalam kamus Mu’jam Al Washit didefinisikan dengan kata masyaqqah wa`ana artinya kesulitan dan kesusahan. Ya, sulit dan susah. Itulah yang pasti akan menghiasi hidup semua.

Jangan merasa heran dengan kenyataan hidup. Jangan heran dengan terpaan masalah hidup. Sudah terlampau banyak firman Allah SWT dan petunjuk Rasulullah SAW yang menuntun kita untuk memahami realitas itu. Hidup itu memang tempat kita ditempa, diuji dengan semua keadaannya. “Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan, hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan.” Begitulah Allah berfirman dalam surat Al-Anbiya ayat 35.

RELATED POSTS
Menggapai Hidup Penuh Berkah
1 tahun lalu
Segala Sesuatunya akan Kembali pada Diri Kita Sendiri
1 tahun lalu
Tetap Bahagia Meski dalam Kesulitan
1 tahun lalu
Jalan Terang Menuju Kebahagiaan Hidup (2-Habis)
1 tahun lalu
PREV  NEXT  1 of 4

Banyaknya peringatan Al-Qur’an tentang kehidupan, adalah agar kita tidak kaget dengan bencana, musibah, dan ragam masalah hidup. Orang yang telah mengetahui sebelum merasakan sesuatu yang berat, tentu akan lebih ringan tatkala ia merasakannya. Orang yang belum mengetahui sesuatu yang sulit, pasti akan terkejut dan merasa terlalu payah saat ia mengalami kesulitan. Begitulah.

Abu Sa’id Al Khudri ra dahulu pernah menjenguk Rasulullah saw saat beliau menderita demam, menjelang wafatnya. “Kuletakkan tanganku di badannya. Aku merasakan panas di tanganku di atas selimut. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini.” Rasul mengatakan, “Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab: “Para nabi.” Aku bertanya lagi, “Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?” Rasul mengatakan, “Orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, adalah sampai salah seorang mereka diuji tidak mendapatkan apapun kecuali mantel yang kumpulkan. Tapi, bila seorang diantara mereka diberi ujian kesenangan, adalah sebagaimana salah seorang di antara kalian senang karena kemewahan.” (HR. Ibnu Majah)

Kita pasti ingin hidup bahagia, jauh dari kesulitan dan kesedihan. Tak ada masalah yang memberatkan. Ya, kita semua ingin bahagia. Dan kebahagiaan hidup yang sejati itu, hanya bisa dicapai melalui kedekatan kepada Allah, melalui amal-amal ibadah dan keshalihan. Hanya itu jalannya.

Coba renungkan, bagaimana kondisi hati, ketika kita melakukan aktivitas ibadah kepada Allah swt. Renungkan juga, bagaimana suasana kalbu saat kita melakukan ibadah shalat yang dilakukan dengan berjamaah. Gembirakah? Senangkah? Bercahayakah? Jawabannya, iya. Pasti. Dengarlah, bagaimana bunyi do’a yang dianjurkan oleh Rasul SAW, untuk dibaca kala kita melangkah ke masjid, “Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya. Di dalam ucapanku cahaya. Jadikanlah pada pendengaranku cahaya. Jadikanlah pada penglihatanku cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku cahaya. Jadikanlah dari atasku cahaya dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikanlah kepadaku cahaya, dan jadikanlah aku cahaya,” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Cahaya itu yang akan menerangi jiwa. Jiwa yang bercahaya pasti akan merasakan kebahagiaan dan ketenangan. Itulah inti kehidupan yang sering dilupakan manusia. Mungkin oleh kita juga. Kita banyak yang mencari-cari suplai kebahagiaan dari sumber yang tidak memiliki kebahagiaan yang memberi ketenangan. Kita sering menggantungkan kebahagiaan dari keadaan dan kondisi yang sebenarnya tidak menyusupkan kebahagiaan yang menentramkan hati.

Ibnul Qayyim mengistilahkan keadaan rasa bahagia dan tenang dalam jiwa dengan istilah rahmah bathiniyah (kasih sayang batin), yang Allah berikan kepada hamba-Nya yang melakukan ketaatan. Kasih sayang batin itu adalah sentuhan perasaan dalam hati seseorang, yang mendapat musibah berupa ketenangan dan ketentraman. Tidak resah dan tidak khawatir. Perhatikanlah kata-katanya menggambarkan keadaan seseorang yang mendapat kasih sayang batin itu, “Seorang hamba bisa justru menjadi sangat sibuk merasakan kasih sayang-Nya, saat ia menghadapi penderitaan yang berat. Dia berpikir seperti itu, karena yakin bahwa itu adalah pilihan terbaik yang ditetapkan kepada-Nya.”

Saudaraku, Di sinilah hakikat kebahagiaan hidup, yang kita cari… Wallahu’alam []

Yang terbaik berbaik sangka Tenang yakin ilmu amal mahal yakin ridha syukur sabar sempurna .

Apa yang Dimaksud dengan “Rahmat Allah” ?
25 Oktober 2016 2
   

Khazanahalquran.com – Kata “rahmat” memiliki makna yang luas. Setiap pemberian Allah di alam ini, berupa materi atau non-materi disebut sebagai rahmat. Allah berfirman,

مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.Fathir:2)

Karena itulah terkadang seorang mukmin berada dalam kondisi yang terjepit. Seluruh pintu tertutup baginya, namun Allah menurunkan rahmat kedalam hatinya sehingga ia merasa bahagia,  tenang dan tentram walau tertawan didalam penjara.

Terkadang kondisinya terbalik. Segala pintu terbuka dihadapan seseorang, rezekinya melimpah dan segala urusannya mudah. Namun hatinya terasa sempit, ia melihat dunia yang luas ini seperti penjara yang gelap. Itu semua karena pintu rahmat belum terbuka didalam hatinya.

Kondisi ini dirasakan oleh setiap manusia. Terpenuhinya keinginan materi tidak menjamin ketenangan hati seseorang jika rahmat Allah tidak sampai kepada hatinya.

Lalu bagaimana agar kita selalu dalam posisi mendapat rahmat Allah?

7 Posisi Strategis Untuk Meraih Rahmat Allah swt
5 Januari 2016 3
   

Khazanahalquran.com – Kita semua tau bahwa rahmat Allah itu begitu luas dan mencakup segala sesuatu. Benda hidup ataupun mati, orang mukmin maupun kafir, semuanya berada dalam jangkauan rahmat-Nya.

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ َ

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (QS.Al-A’raf:156)

Jika rahmat Allah terputus kurang dari sedetik saja, maka alam ini akan hancur dan binasa. Kita dapat bergerak, berbicara dan beraktifitas, semuanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya. Tanpa itu semua, mustahil kita mampu bernafas dan bertahan hidup.

Namun rahmat Allah pada setiap makhluk itu berbeda-beda. Ada rahmat yang bersifat umum untuk semua dan ada pula rahmat yang sifatnya khusus. Karena itulah kita akan temukan sifat-Nya yang Rahman dan Rahim pada pembuka dari Al-Qur’an.

Para Ahli Tafsir menyebutkan bahwa sifat Ar-rahman artinya Maha Pengasih untuk seluruh ciptaan-Nya, sementara Ar-rahim adalah sifat Maha Pengayang yang khusus diperuntukkan untuk kaum mukmin saja. Tentunya kita berharap mendapatkan kucuran rahmat Allah yang begitu berlimpah.

Dan kali ini kita akan menengok posisi-posisi strategis untuk meraih rahmat dari-Nya.

1. Iman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya.

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَاعْتَصَمُواْ بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطاً مُّسْتَقِيماً

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan Memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan Menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.” (QS.An-Nisa’:175)

2. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.” (QS.Ali Imrah:132)

3. Sabar ketika ditimpa musibah.

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ – الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ – أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ

“Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan-nya.” (QS.Al-Baqarah:155-157)

4. Berbuat Baik.

إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِينَ

“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.” (QS.Al-A’raf:56)

5. Memohon ampunan (Istighfar) kepada Allah.

لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dia (Shalih) berkata, “Mengapa kamu tidak memohon ampunan kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat?” (QS.An-Naml:46)

6. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an.

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُواْ لَهُ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-A’raf:204)

7. Mendamaikan diantara kaum mukmin.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS.Al-Hujurat:10)

Inilah 7 posisi strategis dari sekian banyak cara untuk meraih rahmat Allah swt. Semakin besar rahmat Allah yang turun maka solusi berbagai masalah dalam kehidupan akan semakin terbuka. Surga pun tak akan diraih oleh siapapun jika bukan karena rahmat-Nya? Apakah kita akan mengandalkan amal yang sedikit ini untuk dapat memasuki surga-Nya?

Sungguh tidak ada yang kami andalkan selain rahmat dan kasih sayang-Mu, Ya Arhamar Rahimin….

Harta Bukan Patokan Rahmat Allah
Ada yang bertanya, "katanya Allah itu Ar Rahman Ar Rahim tapi kenapa Allah memberi rezeki yang minim pada sebagian orang hingga untuk makan pun sulit?".
Harta itu ujian bagi manusia. Harta yang sedikit itu ujian, tapi harta yang banyak juga ujian. Bukan berarti harta banyak itu tanda disayang Allah, dan bukan berarti harta sedikit itu tanda tidak disayang Allah.
Bukankah kita sering membaca surat Al Fajr di Juz 'Amma:
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu mengurangi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.
Jadi semua itu ujian, Allah menginginkan kita jadi orang yang lulus ujian, jangan sampe jadi yang gagal ujian. Orang yang banyak harta, punya resiko lebih besar untuk gagal dalam ujian harta. Karena setiap sen hartanya akan dipertanggung-jawabkan.
Terus apa dong tanda kita dapat rahmat Allah atau engga?
Ada di kelanjutan ayatnya,
كَلَّا بَلْ لَا تُكْرِمُونَ الْيَتِيمَ وَلَا تَحَاضُّونَ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ وَتَأْكُلُونَ التُّرَاثَ أَكْلًا لَمًّا وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
"Sekali-kali tidak (demikian), bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan"
Itulah tanda-tanda orang yang tidak dapat rahmat Allah.
[Faedah dari Tafsir As Sa'di]

5 Golongan Manusia yang Dekat Kepada Rahmat Allah
Bacaan Madani  10:38:00 AM  Akidah , Bacaan Islami 0 Comments
Rahmat Allah artinya pemberian Allah atas dasar kasih sayangNya atau bisa disebut karunia Allah. rahmat bisa berupa ampunan dosa, perlindungan, petunjuk, dan kebaikan – kebaikan lain. Setiap detik setiap ruang yang kita tempati selalu ada rahmat Allah. Kadar seorang hamba memperoleh rahmat sesuai dengan kedekatannya dengan Allah.

Adalah mereka golongan manusia yang senantiasa meminta kepada Allah Swt akan sekalian Rahmat-Nya apabila suatu perkara kebaikan maupun keburukan menghampiri mereka, dan mereka senantiasa tidak berhenti untuk meminta Rahmat daripada Allah Swt. Sedang Allah Swt akan menghapuskan Murka-Nya demi Rahmat-Nya.

Rasulullah Saw Bersabda :

Dari abu Hurairah ra.  ia berkata ; Rasulullah Saw bersabda; "Tatkala Allah menciptakan makhluk, ia menulis pada suatu  kitab,, kitab itu berada di sisiNya di atas “Arasy, bertuliskan ; Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku." (HR. Bukhari dan Muslim)

dan sesungguhnya Rahmat Allah Swt itu meliputi luasnya langit dan bumi beserta sekalian apa-apa yang ada di antara keduanya.

Rasulullah Saw Bersabda :
Dari Abu hurairah ra.  ia berkata ; "Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda; Allah telah menjadikan rahmat itu seratus bagian. sembilan puluh sembilan ditahan disis- Nya, satu bagian Ia turunkan ke bumi, dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi sampai binatang itu mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya."

Dalam riwayat lain dikatakan Rasulullah Saw bersabda; sesungguhnya Allah mempunyai seratus rahmat dan ia menurunkan satu di antaranya itu untuk jin, manusia binatang dan serangga. dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunya rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan . Allah menyimpannya untuk diberikan pada hari kiamat, sebagai rasa sayang terhadap hamba-hambaNya (Hr Bukhari dan muslim)

Setiap manusia tentunya menginginkan rahmat Allah Swt. akan tetapi manusia banyak yang tidak dapat rahmad Allah Swt dan ada juga yang dekat dengan rahmat Allah. Adapun diantara ciri-ciri manusia yang dekat dari Rahmad Allah Swt paling tidak 5 golongan manusia. Adapun ciri-ciri dari orang-orang yang dekat kepada Rahmat Allah Swt itu adalah sebagai berikut :

1. Mengerjakan Amal Ibadah Kepada Allah Swt.
Yaitu adalah mereka yang senantiasa taat lagi patuh pada perintah Allah Swt, senantiasa membaca kitab Allah Swt, mengerjakan shalat wajib lima waktu maupun yang sunnah serta yang membayarkan zakat, infaq dan sadaqah yang menyantuni fakir miskin dan lagi karena akan segala kasih sayang sesama mereka.

Firman Allah Swt:

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّن تَبُورَ لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُم مِّن فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Faathir:29-30)

2. Bersyukur Kepada Allah Swt.
Yaitu apabila seorang manusia yang beroleh rezeki dan harta yang banyak, niscaya ia menyadari bahwa sekalian daripada harta yang ia kumpulkan adalah karunia daripada ALLAH semata, dan menyadari bahwa sekalian daripada hartanya bukanlah miliknya sepenuhnya melainkan adalah harta daripada kaum dhuafa lagi yang fakir dan miskin itulah sebahagiannya.

Rasulullah Saw Bersabda :
Dari annas ra  ia berkata Rasulullah Saw bersabda ; "Sesungguhnya Allah sangat ridha kepada orang yang apabila makan ia memuji kepada – Nya  atau apabila minum ia memuji kepada Nya  karena merasa telah mendapatkan rahmat." (HR. Muslim)

Firman Allah Swt:
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولواْ أَهَـؤُلاء مَنَّ اللّهُ عَلَيْهِم مِّن بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

“Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: “Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?” (Allah berfirman): “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?”. (QS. Al-An’aam:53)

Sedang daripada perjalanannya guna beroleh rezeki daripada Allah Swt, niscaya apabila ia beroleh rezeki yang baik daripada Allah Swt adalah ia bersyukur sepenuhnya atas segala karunia lagi Rahmad-Nya. Sedang  apabila ia beroleh rezeki yang tiada semestinya baginya, tetaplah ia dengan segala kesyukurannya kepada Allah Swt melainkan baginya memohonkan kepada Allah Swt agar memberikan rahmad lagi karunia-Nya pada hari yang lain.

Dan Allah Swt senantiasa menambahkan nikmat-Nya kepada orang yang bersyukur, sedang bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah Swt dari rasa bersyukur kepada-Nya, niscaya tiadalah diringankan segala siksa dan dosanya melainkan siksa Allah Swt -lah bagi mereka baik didunia maupun di negeri akhirat kelak.

Firman Allah Swt:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim : 7)

3. Berterima Kasih Kepada Allah Swt.
Yaitu mereka yang senantiasa berterima kasih kepada Allah Swt, bahwasanya terdapat limpahan nikmat Allah Swt dibalik daripada kesusahan mereka. Apabila mereka ditimpa kemelaratan dan kesusahan dalam perkara urusan dunianya, lalu mereka hadapi dengan keikhlasan dan kesabaran dan kemudian Allah Swt menghilangkan kemelaratan yang ada pada mereka hingga tiadalah luput atas hati dan lisan mereka untuk berterima kasih kepada Allah Swt.

Firman Allah Swt:
وَإِذَا مَسَّكُمُ الْضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَن تَدْعُونَ إِلاَّ إِيَّاهُ فَلَمَّا نَجَّاكُمْ إِلَى الْبَرِّ أَعْرَضْتُمْ وَكَانَ الإِنْسَانُ كَفُوراً

“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih." (QS. Al-Israa’:67)

4. Cinta Kepada Allah Swt.
Yaitu mereka yang senantiasa berbaik sangka kepada Allah Swt, yang patuh lagi taat akan segala perintah-Nya lagi meninggalkan segala apa-apa yang dilarang-Nya. Menjauhkan diri akan sekalian perkara kemaksiatan yang dibenci oleh Allah Swt lagi condong dengan sebenar-benar condong kepada syari’at Allah Swt dan menerima segala apa-apa yang Allah Swt tetapkan ke atas dirinya.
Firman Allah Swt :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبّاً لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)." (QS. Al-Baqarah : 165)

وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُوْلَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ

“Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al-Hujuraat : 7)

5. Menjalin Silaturrahim
Yaitu mereka yang senantiasa menjalin hubungan yang baik dengan saudara seiman di antara mereka, karena sesungguhnya seluruh muslim itu adalah bersaudara oleh karena kecintaan mereka terhadap sesama dan menjalin silaturrahim bukan hanya karena dunia yang ada pada mereka melainkan adalah karena akhirat yang terdapat di antara mereka serta merta dengan persaudaraan yang tiada akan terputus baik didunia maupun di negeri akhirat kelak. Yang senantiasa nasehat menasehati dalam kebenaran dan saling tolong menolong apabila dalam kesusahan.

Firman Allah Swt :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa’ : 1)