Selasa, 28 April 2015

Berhenti Memikirkan Kemungkinan Terburuk dari Setiap Hal.

Sumber negative thinking adalah kegagalan dan pengalaman buruk .

Takut Gagal? Bagaimana Cara Mengatasinya?

7 October 2014 / Artikel / By Rina Ulwia / 1 COMMENT
0 Shares
Sudah menjadi rahasia umum, kegagalan merupakan hal yang menakutkan. Anda setuju, bukan? Bagaimana tidak? Kegagalan mengancam posisi kita. Sebagai contoh, kita mencoba membuka sebuah usaha. Katakanlah, kita mencoba untuk berjualan komoditas tertentu. Karena kekurangan modal, kita pun menjadikan bank sebagai sumber modal kita. Ini artinya, kita meminjam modal dari bank. Singkat cerita, karena kalah bersaing, kita pun bangkrut. Ini artinya, kita harus menanggung beban hutang yang belum terbayar.

Nah, gambaran yang menakutkan mengenai kegagalan seperti di atas tentu saja membuat kita takut, bukan? Kita takut gagal karena kita mengartikan kegagalan sebagai terancamnya posisi kita.

Kita juga takut gagal lantaran kegagalan mengancam kehidupan kita. Ilustrasinya, andaikanlah Anda baru pertama kali memasang tabung elpiji di kompor gas. Biasanya, asisten rumah tangga Anda yang membantu memasang. Tetapi, karena suatu hal, Anda harus memasang sendiri. Nah, karena baru pertama kali memasang tabung elpiji, Anda pun takut. Yup! Anda takut gagal/salah memasangnya. Mengapa Anda takut? Karena kesalahan memasang bisa berakibat fatal.

Sebab selanjutnya mengapa kita takut gagal yaitu kegagalan berarti hilangnya kesempatan kita. Ilustrasinya, Anda melamar pekerjaan di sebuah perusahaan terkemuka di Indonesia. Tetapi, untuk lolos seleksi dan diterima menjadi karyawan, Anda harus melalui test dan wawancara terlebih dulu. Jika Anda tidak lolos test atau interview, maka Anda pun tidak diterima bekerja di perusahaan itu.

Nah, dalam ilustrasi di atas, muncul rasa takut gagal di dalam diri Anda. Mengapa? Anda takut gagal/tidak lolos test karena kegagalan berarti Anda kehilangan kesempatan bekerja di perusahaan itu.

Selain itu, rasa takut terhadap kegagalan juga dapat muncul lantaran kita malu. Yup, kita malu terhadap penilaian orang lain (dan diri kita sendiri) mengenai kegagalan. Kegagalan begitu menakutkan karena kita mengira bahwa kegagalan merusak image kita di mata orang lain. Kegagalan terasa sangat menakutkan karena itu artinya kita tidak kompeten.

Dari beberapa ilustrasi di atas, kita tahu bahwa rasa takut terhadap kegagalan bisa disebabkan oleh bermacam hal. Ada yang takut gagal karena takut kehilangan kesempatan; ada yang takut gagal lantaran takut jiwanya terancam; ada yang takut gagal karena takut posisinya terncam; ada pula yang takut gagal lantaran kegagalan berarti kurang kompeten, di mana kurangnya kompetensi merupakan hal yang memalukan.

Akhirnya, dari kesimpulan di atas, kita tahu bahwa penyebab takut gagal tergantung pada konteks masing-masing. Dalam konteks membuka usaha, takut gagal dikarenakan takut posisi ternacam; Dalam konteks memasang tabung elpiji atau berlatih mengemudikan mobil, takut gagal disebabkan oleh perasaan takut jiwanya ternacam. Demikian seterusnya.

Penyebab munculnya rasa takut terhadap kegagalan memang bisa bermacam rupa. Akan tetapi, apa yang pasti yaitu, kesemua jenis ketakutan terhadap kegagalan itu membawa dampak yang sama buruknya. Apa saja dampak itu? Dampaknya antara lain kita ciut dan mengundurkan diri, berhenti atau tidak mencoba sama sekali, dan merusak diri kita, misalnya dengan bermalas-malasan atau mengonsumsi minuman keras dan obat-obatan terlarang.

Karena takut jiwa terancam, kita tidak berani mencoba memasang tabung elpiji atau berlatih mengemudikan mobil; Karena takut kehilangan kesempatan untuk meraih sukses yang lebih besar, kita pun berhenti mencoba. Padahal, tinggal selangkah lagi kita meraih sukses tersebut; Karena takut terhadap tanggapan orang lain mengenai kegagalan kita, kita pun lantas merusak diri kita dengan bermalas-malasan atau mengonsumsi obat-obatan terlarang. Ini sebagaimana yang penulis jelaskan dalam artikel yang berjudul Mengapa Bersembunyi di Balik Alasan?

Nah, melihat dampak buruk yang disebabkan oleh rasa takut terhadap kegagalan sebagaimana dijelaskan di atas, apa yang harus kita lakukan untuk melenyapkan rasa takut itu?

Dalam artikel ini, kita akan mengupas tips-tips ampuh untuk melenyapkan rasa takut terhadap kegagalan. untuk itu, jangan beranjak ke mana-mana. Terus simak artikel ini hingga kahir dan temukan manfaat di dalamnya.

Sekarang, yuk, kita mulai dengan tips yang pertama.

Kegagalan tak dapat dihindarkan
Seringkali, kegagalan merupakan kondisi yang harus dilalui, terutama saat kita pertama kali melakukan suatu hal. Para ilmuan tentu sangat familiar dengan kegagalan saat mereka melakukan percobaan.

Bukan hanya ilmuan yang mengalami kegagalan saat melakukan percobaan, saat kita masih kecil dulu, kita tentu pernah mengalami kegagalan manakala pertama kali belajar berdiri, belajar berjalan, menulis, membaca, dan sebagainya.

Saat kita pertama kali melakukan suatu hal, kegagalan merupakan fase yang wajar bahkan diperlukan. Bagaimana tidak? Dengan kegagalan itu, kita menjadi paham bahwa kita telah menempuh cara yang salah dalam melakukan hal tersebut. Nah, pengetahuan ini merupakan informasi yang berguna yang mengingatkan kita untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi di kemudian hari.

Dengan pemahaman di atas mengenai kegagalan, kita pun paham bahwa kegagalan merupakan hal yang lumrah, bukan memalukan. Kegagalan bukanlah merupakan bukti bahwa kita tidak kompeten.

Akhirnya, dengan pemahaman di atas, kita tidak perlu takut mengalami kegagalan. jika kita gagal, ambil pelajaran bahwa kita telah melakukan strategi yang salah yang dengan demikian, kita tidak akan mengulangi kesalahan itu di kemudian hari.

Belajar dari pengalaman orang lain
Kita juga dapat mengurangi rasa takut terhadap kegagalan dengan memperkaya informasi mengenai cara-cara melakukan suatu hal. Misalnya, kita takut mengemudikan mobil. Alasannya, kita takut terjadi kecelakaan. Nah, untuk mengurangi rasa takut itu, kita dapat mempelajari cara-cara mengemudikan mobil dengan benar sedemikian sehingga aman.

Demikian juga saat kita hendak mencoba untuk membuka usaha. Untuk mengurangi rasa takut kalau-kalau mengalami kegagalan, kita dapat belajar sebanyak-banyaknya dari pengalaman orang lain. carilah informasi mengenai strategi-strategi yang keliru, yang menjerumuskan orang pada kegagalan, serta strategi-strategi yang benar yang telah dicoba oleh orang lain dan berhasil.

Untuk mencoba melakukan suatu hal yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, terkadang kita tidak perlu melewati fase kegagalan. Kita dapat belajar dari kegagalan dan keberhasilan orang lain.

Lingkungan yang mendukung
Terkadang, orang lain memang menganggap kita tidak kompeten manakala kita gagal dalam melakukan suatu hal. Ini terutama sekali lumrah dalam dunia kerja. Terkadang, seorang atasan menekan bawahannya untuk serba bisa dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hanya sedikit waktu yang diberikan untuk mempelajari tugas itu; Tidak ada toleransi jika sang bawahan melakukan kesalahan/kegagalan atau meminta waktu lebih untuk belajar.

Tentu saja, sikap sang atasan di atas membawa dampak yang negatif bagi sang bawahan. Mengapa? Tuntutan yang tanpa toleransi itu membuat sang bawahan takut kalau-kalau ia gagal/melakukan kesalahan. Ia takut gagal lantaran ia malu terhadap sang atasan dan rekan-rekan kerjanya, karena kegagalan itu membuktikan bahwa ia tidak kompeten, yang dengan demikian tidak layak untuk menduduki posisi tertentu.

Nah, untuk melenyapkan rasa takut terhadap kegagalan di dunia kerja, lingkupilah diri Anda dengan orang-orang yang mendukung. Jika atasan menekan Anda untuk sempurna dalam mengerjakan tugas, jika atasan Anda menilai Anda tidak kompeten manakala Anda melakukan kesalahan/kegagalan, maka cara terbaik untuk melenyapkan rasa takut terhadap kegagalan yaitu dengan mengesampingkan penilaian atasan Anda. Tujuannya yaitu, agar Anda berani mencoba. Membayangkan atasan berkata kepada Anda bahwa Anda tidak kompeten karena melakukan kesalahan niscaya menciutkan nyali Anda untuk mencoba.

Nah, cara yang efektif untuk mengesampingkan penilaian dan cemoohan orang lain tentang kegagalan/kesalahan yaitu dengan berpaling kepada orang-orang yang sering mengalami kegagalan dalam hidupnya. Orang yang sering mengalami kegagalan tentu jauh lebih paham perasaan orang yang takut terhadap kegagalan.

Sebagai contoh, di kantor, atasan Anda merupakan orang yang perfeksionis. Ia tidak suka terhadap bawahan yang hasil kerjanya tidak sempurna. Ia juga tidak suka manakala bawahannya melakukan kesalahan.

Dengan sikap seperti itu, standar yang berlaku di kantor Anda yaitu, kegagalan/kesalahan berarti tidak kompeten. Dan, tidak kompeten berarti tidak layak (menduduki posisi penting).

Dengan standar seperti itu, niscaya muncul rasa takut gagal di dalam diri Anda. Anda dilingkupi oleh lingkungan (kantor) yang justru membuat Anda takut mencoba.

Nah, untuk melenyapkan rasa takut itu, kesampingkan ucapan atasan Anda. Apabila Anda mendengarkan ucapannya (bahwa Anda harus berhasil, sempurna, tidak boleh gagal), niscaya Anda justru semakin takut untuk mencoba.

Untuk itu, berpalinglah kepada orang-orang yang pernah mengalami kegagalan sedemikian sehingga paham perasaan orang yang takut terhadap kegagalan. Untuk melenyapkan ketakutan Anda, mereka akan mendukung Anda untuk berani mencoba, dan tidak menuntut Anda untuk sempurna; mereka akan memotivasi Anda dengan nasihat-nasihat yang motivatif seperti “Kegagalan hanyalah cara alam memberitahu kita bahwa cara yang kita tempuh itu salah sehingga harus mencoba cara lainnya.”

Nah, dengan kata-kata yang penuh motivasi seperti di atas, kita pun berani untuk mencoba dan berani untuk gagal.

Demikian tips-tips melenyapkan perasaan takut terhadap kegagalan. Semoga, tips-tips tersebut bermanfaat bagi Anda.

It doesn't happen. Hal itu tidak terjadi. Now .

Berhenti Memikirkan
Kemungkinan Terburuk dari
Setiap Hal.
Setiap keputusan yang kamu ambil mungkin bisa
salah dan berdampak buruk pada hidupmu. Tapi,
apa kemungkinan itu membuatmu demikian
ketakutan sampai nggak berani buat membuat
keputusan. Padahal, ketika kamu berani memilih,
yang terjadi mungkin justru sebaliknya.
Bagaimanapun, hal buruk bisa terjadi kapan saja
dalam hidupmu. Kamu hanya perlu tau cara
menyikapinya.
Ketika kamu merasa takut, pikirkan
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Lalu,
tanyakan pada dirimu sendiri -apakah kamu siap
menghadapinya. Yup, memang harus siap dan
kamu pasti bisa. Ubah cara berpikirmu. Berhenti
memikirkan kemungkinan buruk dan bayangkan
kemungkinan yang sebaliknya. Hayo, berapa kali
kamu pernah bilang, “wah, ternyata nggak
seburuk yang aku bayangkan”.

Strong and change.

Menjadi Kuat dengan Hinaan
Juli 23, 2011 Lambertus Hermawan
Kritik, mungkin bisa diterima. Tapi hinaan? Tidak semua manusia bisa terima jika mereka dihina. Manusia tidak pernah mau direndahkan oleh siapapun. Namun, meskipun tidak mau dihina, mereka memiliki respon yang berbeda-beda untuk menanggapinya.
“Kau bodoh sekali! Apakah kau tidak pernah mendengarkan apa yang telah ibu guru ajarkan padamu di sekolah?”
Hal itu akan terdengar sangat kasar apabila diucapkan kepada seorang, terlebih lagi jika itu dilakukan di depan teman-temannya, di depan umum. Ucapan ini bisa saja muncul atas dasar ketidaksengajaan atau karena memang terlalu kesal dengan orang yang dimaksud. Namun, tetap saja. Ini adalah suatu hinaan yang menyakitkan. Lalu apa yang bisa kita lakukan seandainya berada dalam situasi seperti ini?
Orang dengan emosional tinggi, marah. Dia akan melawan balik dengan kata-kata yang lebih parah. Perang mulut, atau lebih buruk lagi, baku hantam. Tak ada lain, hal ini akan berakhir dengan suatu kesia-siaan, seperti rasa sakit, kesal, menyesal, dan malu.
Orang yang rendah diri, tertekan. Dia tidak terima dengan ucapan itu. Dia tidak suka. Tapi apa yang bisa dia lakukan kalau semua yang dikatakan itu memang benar? Akhirnya dia hanya bisa tertunduk dan menerima kalau dia memang bodoh. Sisanya, dia akan merenung sendirian dan menangis, lalu benar-benar menjadikan dirinya bodoh seperti yang mereka katakan.
Orang yang cuek, tidak belajar. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya untuk tidak mau mendengarkan setiap hal buruk yang dikatakan orang lain. Dia memang tidak terpengaruh oleh hinaan itu. Tapi dia juga tidak mau belajar untuk mempelajari dirinya sendiri, apa yang membuat mereka menghinanya seperti itu.
Pernah melihat pacuan kuda atau karapan sapi? Untuk mendapatkan lari yang sangat kencang, hewan-hewan ini sering dicambuk. Terlihat jahat dan menyakitkan, tapi itu memang membuktikan bahwa cambuk itu menggerakkan mereka.
Tidak bermaksud untuk menyamakan manusia sebagai hewannya, tapi cambuk merupakan analogi dari sebuah hinaan. Ketika telinga kita menangkap adanya hinaan, sadarlah bahwa itu artinya masih terdapat hal yang kurang pada diri kita. Memang terasa sakit, tapi harus menjadi lebih baik lagi.
Beberapa orang menamakan hal ini sebagai dendam positif. Kita menggunakan rasa sakit hati ini sebagai suatu motivasi untuk menjadi lebih baik lagi. Percuma kita menghina balik orang tersebut jika yang dikatakannya itu benar. Maka, yang kita lakukan adalah segera memberikan bukti bahwa hinaan mereka adalah suatu kesalahan.
Kawan,
Orang bilang hidup ini memang kejam, tapi hanya orang yang tahu cara menghadapi kekejaman itulah yang akan bertahan hidup. Menjadi orang yang dapat menghadapi hinaan dengan benar adalah sebuah berkah. Kita bisa mulai dari sekarang.
Sudahkah Anda menjadi orang yang tahan akan hinaan?

Sabtu, 25 April 2015

Harta.

Harta yang sesungguhnya adalah pekerjaanmu (penghasilan).

Daek nu beunghar tapi belagu. ?! Tidak bisa di percaya?
You need something long last. Keimanan.

Other.

Masing-masing.
Ketika pendapat tidak cukup membantu.
Bukan masalah lebih baik atau lebih buruk , tapi masalah tanggung jawab diri sendiri.

Remember, it doesn't make them happy.
Menyinggung, menyakiti, menghargai Dan terbuka pada orang lain. Ingin terlihat menyenangkan, dan menyenangkan orang lain.
7. Menyenangkan hati orang lain adalah tugas orang itu sendiri, bukan kamu!
Yang paling penting, kamu harus ingat: suasana hati setiap orang adalah tanggung jawab mereka sendiri. Bukan tugasmu untuk membuat orang lain senang. Tugas mereka sendirilah untuk mengontrol apa yang mereka rasakan.
Jadi, jangan pernah terpaksa bilang “iya” hanya karena takut menghancurkan mood orang. Apalagi kalau sikap itu hanya akan menghancurkan mood- mu sendiri. Ini bukan ajaran menjadi egois, ya. Ketika kamu memilih untuk memprioritaskan dirimu, orang lain yang meminta pertolonganmu toh akan baik-baik saja. Dan ketika kamu sudah punya waktu yang lebih luang untuk menolongnya, dia hanya tinggal menunggu tawaran bantuan darimu tiba.
9. Mencoba Untuk Menyenangkan Semua Orang
Jangan pernah mencoba menyenangkan setiap orang yang kamu temui, jika kamu tidak ingin terlihat palsu dan tidak tulus. Karena pada kenyataanya, tidak ada satu orang pun yang bisa memuaskan keinginan tiap orang yang berbeda-beda. Jadi, kamu hanya akan kecapaian mengikuti batas kesopanan atau topik pembahasan yang disukai orang tertentu dan ternyata tidak disukai orang lain. Yang jauh lebih berbahaya adalah kecenderungan bahwa kamu akan kehilangan jati dirimu yang sebenarnya ketika sibuk memuaskan hati orang lain.
Cobalah jujur dan menjadi dirimu yang seutuhnya dalam setiap pembicaraan. Memang tidak semua orang akan menyukaimu karena kepribadian aslimu tidak mungkin akan sesuai dengan semua orang. Tapi itu lebih baik dibandingkan harus memalsukan diri di hadapan semua orang. Lagipula asalkan kamu tidak menyinggung atau menyakiti orang lain, kamu tidak berhutang apapun kepada siapapun.

Minta maaf memang perlu, justru sangat perlu jika Anda
memang membuat kesalahan. Tapi semua orang pasti
melakukan kesalahan bukan? Kesalahan itu pun sebenarnya
mungkin juga tidak disengaja. Lalu mengapa beberapa
orang benar-benar merasa bersalah berkepanjangan dan
terus-menerus menyalahkan diri sendiri?
Perasaan bersalah memang wajar Ladies, namun jangan
biarkan perasaan itu menghantui Anda dan menjadikan
hidup tidak berkembang dan bahagia. Dikutip dari
health.com , sebaiknya Anda menghentikan kebiasaan terus
meminta maaf dan menyalahkan diri sendiri, karena
meminta maaf secara berlebihan dianggap sebagai tanda
kelemahan.
Menyalahkan diri sendiri dan meminta maaf berlebihan juga
dinilai sebagai sisi kurangnya percaya diri dan kompetensi
serta dinilai sebagai bentuk ketidakmampuan dalam
memimpin, menangani sesuatu dan membuat keputusan
yang tepat. Orang yang kuat akan mengakui kesalahannya,
meminta maaf, bangkit untuk memperbaiki kesalahan dan
belajar dari kesalahan, bukannya terjebak dalam kesalahan
tersebut.
Wanita khususnya, lebih sering meminta maaf berlebihan
untuk menghindari konflik dan menginginkan hidup sedamai
mungkin. Tidak salah, karena meminta maaf juga
merupakan bentuk sikap sopan, namun itu justru memberi
celah bagi orang lain untuk membuat Anda selalu bisa
dijadikan kambing hitam, bahkan untuk kesalahan yang
belum tentu Anda lakukan.
Meminta maaf dan mengakui kesalahan memang perlu,
namun yang paling penting adalah bagaimana Anda bisa
mengatasi kesalahan Anda dan tidak mengulanginya lagi.
Akan lebih baik jika Anda juga belajar percaya dengan
keyakinan Anda, dan membuktikan bahwa Anda tidak
sepenuhnya salah dengan melihat suatu masalah secara
objektif.

Jumat, 10 April 2015

Love

KEPEdulian yang kamu bayang-bayangkan itu sebenarnya tidak pernah ada, yang ada hanyalah saling menghargai dan saling pengertian.

Undersatnding
Forgive
No selfish
Belajar
Berdoa (berharap baik)
Berhenti memikirkan kemungkinan terburuk.
Is not about the person or anyone else, is just about your mind.
Tidak ada yang menghargai, (pikiranmu saja).
Kasihan.
Penolakan mengaktivasi diri negative.
Pernikahan, proses.

Selera Tinggi
Idealis alias pingin segalanya sempurna, tak ada kekurangan
sedikitpun, banyak ‘menjangkiti’ para wanita. Mendamba lelaki
cakep kayak aktor sinetron, tinggi minimal 170 cm, keturunan
baik-baik, cerdas, berwawasan luas, lemah lembut,
kebapakan, pendidikan sarjana, aktif organisasi, hafal al-
Qur’an, pinter ceramah, dan sederet kriteria lainnya yang bisa
menghabiskan berlembar-lebar kertas. Akibatnya setiap ada
lelaki melamar tentu akan ditolaknya.
Idealis, boleh-boleh saja. Ingin suami yang serba
sempurnabaik dalam penampilan fisik maupun ataupun non
fisik. Tak salah memang. Meski begitu, kita harus mengukur
diri sendiri dan tak menutup mata dari realita. Secantik
apakah kita sehingga mendamba lelaki yang super cakep.
Apakah kita juga sebaik ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, maka
ukurlah untuk mendamba sebaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Utamakanlah dalam memilih pasangan, kebaikan
agamanya