Sabtu, 04 Juni 2016

Depresi.

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung. Seseorang dinyatakan mengalami depresi jika sudah 2 minggu merasa sedih, putus harapan, atau tidak berharga.


Depresi yang dibiarkan berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan bisa menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial , hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.



Depresi bisa menyerang siapa saja, termasuk wanita. Depresi pada wanita sering dikaitkan dengan perubahan hormonal, termasuk menstruasi, kehamilan, setelah kehamilan, atau menopause. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang memastikan penyebab lebih seringnya depresi terjadi pada wanita.


Gejala Depresi

Ada ciri-ciri psikologi dan fisik yang menunjukkan seseorang terkena depresi. Ciri-ciri psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:


Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan

Tidak stabil secara emosional

Merasa putus asa atau frustrasi

Ciri-ciri fisik dari seseorang mengalami depresi adalah:


Selalu merasa lelah dan tak bertenaga

Mengalami pusing dan rasa nyeri tanpa penyebab yang jelas

Menurunnya selera makan

Penyebab Depresi

Depresi lebih sering dialami oleh orang dewasa, dan penyebabnya diduga berhubungan dengan faktor genetik, hormon, dan zat kimia di otak. Beberapa faktor pemicu terjadinya depresi, di antaranya:


Mengalami peristiwa traumatis

Memiliki penyakit kronis atau serius

Mengonsumsi jenis obat tertentu

Memiliki riwayat gangguan mental lainnya

Memiliki tekanan batin, misalnya karena masalah keuangan atau masalah rumah tangga

Memiliki pola pikir yang salah, misalnya toxic positivity

Pengobatan Depresi

Dalam mengobati depresi, psikiater dapat melakukan beberapa cara berikut:


Melakukan psikoterapi, untuk membantu mengatasi masalah akibat depresi

Memberikan obat antidepresan, untuk mengatasi depresi pasien

Memberikan terapi kejut listrik, untuk mengubah kinerja otak pasien

Menjalani perawatan di rumah sakit jika mengalami depresi yang parah

Terakhir diperbarui: 14 Juni 2020

Ditinjau oleh : dr. Merry Dame Cristy Pane

Melakukan sesuatu dengan terpaksa ( ada Nilaia ibadah).

Semuanya sementara .

Halo, Stres adalah suatu kondisi dimana tubuh kita merasakan bahaya. Rasa dalam keadaan bahaya tersebut bisa karena benar terjadi atau hanya ada di pikiran kita. Ketika kita merasa terancam, reaksi kimia di tubuh menyebabkan kita berbuat sedemikian hingga kita bisa menghindari cedera. Pada keadaan stres, jantung kita berdebar lebih kencang, napas lebih cepat, otot kita mengeras, dan tekanan darah dapat naik. Gejala stres pada setiap orang berbeda-beda. Pada Anda mungkin hal-hal tersebut menyebabkan rasa sesak di dada. Pada dasarnya ini bukan sebuah penyakit melainkan hanya reaksi tubuh terhadap pikiran Anda.

Bae ah salah oge.

Berpikir positif.
Waktu terbuang sia-sia.
Putus, artinya tidak penting dan tidak berarti apa-apa.

Hasil.
Kesempurnaan (nothing perfect).
Kekurangan (menyalahkan diri sendiri).
Depresi.

None of that is your fault, the only fault that you made is you love her, believe her and choose her. Main-main.

Bagaimana Mengatasi Depresi dan Mengubah Hidup AndabyadminDepresi dapat memiliki dampak negatif pada hidup anda. Depresi merupakan perasaan yang dialami oleh setiap orang pada satu masa dalam kehidupan mereka. Artikel ini menjelaskan bagaimana mengatasi depresi dan mengubah hidup anda dengan menyingkirkan efek-efek negatif yang muncul dari depresi.Perasaan-perasaan negatif seperti kesedihan, kekhawatiran, dan frustrasi merupakan perasaan-perasaan yang umum dirasakan oleh banyak orang. Merupakan suatu hal yang wajar jika anda merasa kecewa setelah mengalami kegagalan, sedih,perpisahan atau kehilangan.Sekali lagi, perasaan-perasaan tersebut adalah hal yang wajar dan dalam beberapa kejadian, perasaan-perasaan tersebut justru dapat digunakan untuk keuntungan kita karena perasaan-perasaan tersebut menunjukkan kelemahan kita. Pengalaman yang muncul dari kondisi negatif dalam hidup kita tersebut memberikan kita keberanian dan kemauan untuk mengubah hidup kita serta kekuatan untuk menangani depresi dan situasi negatif lainnya di masa yang akan datang.Ketika perasaan negatif semacam ini terus menerus muncul, bertahan lebih dari dua minggu, dan mulai mengganggu kegiatan sehari-hari kita, pekerjaan, diet, tidur dan hubungan kita; maka kemungkinan besar kitamengalami depresi dan kita harus menemukan cara untuk mengatasinya. Karakteristik utama depresi adalah perasaan negatif dan kesedihan yang sangat mendalam dan terjadi dalam waktu yang lama.Apa Gejala-Gejala Utama Depresi Yang Muncul Dalam Kehidupan Kita?– Duka berkepanjangan– Stamina rendah dan sering merasa letih– Bertambah atau berkurangnya nafsu makan– Bertambah atau berkurangnya keinginan untuk tidur– Stress, cepat marah dan frustrasi– Tidak ada hasrat seksual– Tidak memiliki harapan terhadap masa depanApa Penyebab Utama Depresi?Kurang Berpikir PositifKetika seseorang mengalami depresi, mereka merasa bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi, dan hal ini akan terjadi berulang kali. Dalam kejadian semacam ini, orang tersebut melihat lebih banyak hal buruk terhadap sesuatu; secara sadar maupun tidak sadar. Mereka selalu memfokuskan perhatian mereka pada masalah dan mengabaikan keberhasilan serta kesuksesanyang mereka raih.Bagi seseorang yang berpikiran negatif dan memiliki kecenderungan depresi, segala hal yang terjadi merupakan cermin dari permasalahan dan kemunduran. Perubahan dalam diri seseorang atau perubahan lingkungan, yang merupakan perubahan wajar, dalam pikiran seseorang yang depresi merupakan bukti bahwa sesuatu yang buruk terjadi karena mereka.Kurangnya Rasa Percaya DiriOrang-orang yang depresi tidak memilikirasapercaya diridan mereka selalu menganggap semua yang terjadi sebagai kegagalan mereka. Bahkan kesalahan sekecil apapun mereka anggap sebagai masalah besar dan mereka hal-hal tersebut menguras perhatian mereka jauh lebih besar dari orang pada umumnya.Lebih memperhatikan kesalahanDalam kehidupan, kita pasti melakukan kesalahan; beberapa orang membuat lebih banyak kesalahan. Orang yang menderita depresi lebih memfokuskan diri pada jumlah kesalahan yang mereka buat. Sebagai hasilnya, mereka menciptakan kesan negatif mengenai kesalahan.Merasa Tertekan karena Berbagai Kewajiban Dalam HidupDalam situasi ini, orang-orang selalu berpikir apa yang seharusnya mereka lakukan dan tidak seharusnya mereka lakukan. Hasilnya, di penghujung hari mereka terbebani oleh sejumlah komitmen. Orang-orang denganpola pikirsemacam ini mengkonsentrasikan pikiran mereka pada kepahitan dan frustrasi dan juga mempengaruhi perilaku orang-orang di sekitar mereka.Merasa LemahPermasalahan bagi orang yang mengalami depresi adalah mereka merasa tidak ada satuhal pun yang bisa memuaskan mereka. Bahkan ketika mereka menyadari mereka bisa memperbaiki mood mereka, mereka tidak melakukannya. Nasihat yang mereka peroleh dari teman-teman dan keluarga dianggap tidak perlu dan tak berguna. Satu hal yang paling mereka rasakan adalah ketidakmampuan mereka untuk berharap, atau terinspirasi oleh sesuatu dan memperhatikannya.Mereka menyadari seperti apa diri mereka dalam keadaan normal namun mereka tidak menyukainya. Mereka menyadari apa yang seharusnya mereka lakukan namun mereka tidak mampu melakukannya. Mereka menyadari apa yang orang lain inginkan dari mereka, namun mereka tak mampu memberikannya. Mereka tidak berharap padasuatu waktu keadaan akan membaik. Merekakehilangan harapan dan harapan perlahan hilang dari diri mereka. Pada titik ini, depresi tidak membiarkan mereka merasakan kebahagiaan dan optimisme.Bagaimana Kita Mengatasi Depresi?Kita bisa mengatasi depresi dengan bantuan seorang spesialis. Nasihat yang diberikan seorang spesialis dapat sangat bermanfaat. Pengobatan yang diberikan bertujuan untuk memperbaiki mekanisme biologis dalam polapikir yang memungkinkan seseorang merasadepresi. Untuk mengatasi depresi dengan efektif, anda harus merubah pandangan dan pola pikir anda. Dengan mengubah pola pikir bagi mereka yang menderita depresi, anda bisa menciptakan perlindungan jangka panjang terhadap depresi.Bagaimana Mengatasi Depresi dengan Mengandalkan Diri Sendiri?Selain bantuan dari seorang spesialis, anda bisa mengatasi depresi dengan mengandalkan diri anda sendiri; antara lain dengan:Menerima Diri Anda Sendiri dan Kelemahan AndaJika anda tidak mampu mengatasi depresi seorang diri dan jika usaha anda tidak berhasil, hal terbaik yang bisa anda lakukan adalah dengan menerima kekurangan tersebut. Daripada mencoba mengubah hidup anda dengan paksa, anda harus menerima diri anda, dengan apa yang anda rasakan dan berkonsentrasi pada hal-hal yang anda mampu lakukan.Depresi akan lenyap namun kita tidak bisa memprediksi kapan depresi akan terjadi. Kemajuan terapis tergantung pada banyak faktor. Anda tidak perlu mencoba mengubah hal-hal yang memang tidak bisa anda ubah. Setiap kali anda harus melakukan yang terbaik untuk membantu diri anda sendiri namun di saat yang bersamaan anda juga harus menerima kelemahan anda.Terimalah fakta bahwa anda sedang mengalami depresi dan hiduplah berdampingan secara harmonis hingga andaberhasil mengatasinya. Tidak ada seorang pun yang suka merasa depresi, namun anda harus memahami bahwa tidak ada gunanya untuk terus menerus mengatasi depresi pada titik ini karena anda belum memiliki kekuatan, determinasi, dan keinginan untuk maju. Cobalah untuk menerima apa yang sedang terjadi dalam diri anda dan sekitar anda dan tunggulah hingga kekuatan anda kembali dan anda merasa mampu untuk mengatasi depresi.Kenali Pikiran-Pikiran Serta Perasaan Negatif AndaSupaya anda mampu mengubah dan mengendalikan pikiran negatif yang membuat anda terperangkap dalam siklus depresi, sangatlah penting bagi anda untuk mengenali alasan-alasan tersebut, yang merupakan penyebab utama anda merasa depresi.Teknik yang dapat digunakan adalah dengan mencatat pikiran negatif anda setiap hari selama beberapa waktu. Lalu anda bisa menghabiskan waktu kira-kira 20 menit setiap hari untuk mengenali, mengelompokkan, dan memeriksa pikiran-pikiran negatif tersebut. Catatan pikiran-pikiran anda dan pemeriksaan atas penyebabrasa depresi tersebut akan membuat anda mampu mengenali alasan mengapa anda terdorong ke keadaan mental yang buruk danberakhir dengan depresi. Dengan mengenali pola pikir negatif tersebut, anda mampu mencegah, dan memperbaiki bahkan menghentikan siklus depresi.Bagaimana Mengatasi Depresi Dengan PengobatanMeskipun anda memiliki alasan yang tepat untuk menghindari penggunaan obat yang berlebihan, anda bisa mengatasi depresi dengan menggunakan obat-obatan; khususnya obat anti depresi.Obat anti depresi mempengaruhi otak dan sel-sel syaraf. Secara lebih spesifik, obat-obatan bekerja dengan mengubah reaksi kimia (neurotransmitter), yang digunakan sel syaraf untuk berkomunikasi satu sama lain.Obat anti depresi merupakan obat yang aman untuk digunakan. Obat semacam ini tidak menimbulkan ketergantungan; tidak mempunyai efek samping yang berbahaya dan dapat membantu anda mengatasi depresi. Tujuan menggunakan obat anti depresi bukanlah untuk mengatasi masalah anda dengan cepat, namun untuk memberikan diri anda kesempatan untuk merasa lebih baik.PERHATIAN: penggunaan obat anti depresi apapun harus dilakukan setelah konsultasi dan pemberian resep dokter.Bagaimana Mengatasi Depresi Menggunakan Psikoterapi – Cara Terbaik untuk Mengatasi DepresiDepresi merupakan indikasi bahwa anda memiliki masalah dalam diri anda yang harusanda temukan solusinya. Depresi bukan hanya sekedar penyakit, melainkan sinyal dari otak yang harus anda pecahkan.Mengatasi depresi harus anda lakukan sebagai cara untuk mengembangkan diri anda dan imbalan untuk mengubah hidup, otak, dan pola pikir anda.Ahli Psikoterapi dapat membantu anda memahami alasan-alasan psikologis yang menyebabkan depresi dan menawarkan anda dukungan untuk melalui proses yang sulit tersebut.Psikoterapi Dapat Membantu Anda Mengatasi Depresi Melalui:– Menyelidiki pemicu depresi dalam pikiran dan sikap anda secara lebih mendalam– Membantu anda mengenali masalah yang menyebabkan depresi mana yang bisa anda selesaikan dan masalah mana yang harus anda jalani bersamaan dengan hidup anda– Memperbaiki hubungan anda– Membantu anda menemukankebahagiaanhidup yang hilang karena depresi– Membantu anda mengekspresikan perasaan anda dengan lebih baik– Membantu anda meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri anda– Membantu anda mengubah hidup anda menjadi lebih baik– Membantu anda dalam menetapkan tujuanhidup anda yang akan meningkatkan kualitashidup andaSemakin sehat dan kuat diri anda, semakin mudah pula anda mengatasi depresi dengan bantuan psikoterapi. Namun sangatlah penting bagi anda untuk mengembangkan teknik pribadi anda untuk memonitor dan mengendalikan diri anda sendiri untuk mengubah pandangan serta pola pikir mengatasi depresi.

Kehilangan Motivasi Kerja? Jangan-Jangan Anda sedang Dilanda DepresiStandard07 May 20140 CommentsRina UlwiaCelaka! Akhir-akhir ini, hidup Anda berantakan. Atasan komplain mengenai hasil kerja Anda yang tidak maksimal. Dia juga menilai bahwa Anda berubah menjadi orang yang lelet. Bahkan, Anda sering kepergok sedang bermalas-malasan di meja Anda. Daaaaan, pada ujungnya, terjadi hal yang paaaaaaaling tidak Anda inginkan. Apa itu? Anda terkena SP, surat peringatan!Anda pun membenarkan semua teguran yang dilayangkan kepada Anda. Anda mengaku bahwa akhir-akhir ini Anda tidak memilikimooduntuk bekerja. Jangankanmooduntuk bekerja, untuk sekadar melakukan hobi pun, Anda tidak memiliki gairah.Parahnya, Anda tidak mengetahui sama sekali akar penyebabnya. Tahu-tahu, Anda kehilanganmoodbegitu saja. Yang Anda tahu, Anda telah berubah menjadi seorang pemalas. Anda berpikir, mungkin Anda mulai bosan dengan pekerjaan Anda di kantor. Anda mengira, mungkin Anda butuh suasana baru, mengingat sudah belasan tahun Anda bekerja di kantor tersebut.Apa yang harus Anda lakukan? Stop menyalahkan diri sendiri! Anda kehilanganmood,kehilangan motivasibukan karena Anda bosan apalagi berubah menjadi pemalas. Bisa jadi, Anda kehilanganmooddanmotivasi karena Anda sedang dilanda depresi.Jika ini benar-benar terjadi, Anda harus segera mengambil tindakan dan mencari bantuan untuk menyembuhkan depresi yang Anda derita. Tetapi, agar Anda dapat mengetahui apakah kurangnya motivasi pada diri Anda akhir-akhir ini memang disebabkan karena depresi atau bukan, Anda perlu mengetahui apa itu depresi, bagaimana kaitannya dengan hilangnya motivasi, dan apa saja yang dapat Anda lakukan untuk mengetahui bahwa Anda terkena depresi.Dan, jika Anda sedang membaca tulisan ini, Anda termasuk salah satu orang yang beruntung karena tulisanini memuat informasi-informasi yangAnda perlukan berkaitan dengan hilangnya motivasi karena depresi.Sekarang, langsung saja kita simak tulisan ini selengkapnya.Apa Itu Depresi?Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan (KBBI Daring), depresi diartikan sebagai gangguan kejiwaan pada seseorang yang ditandai dengan perasaan yangmerosot (seperti muram, sedih, dan tertekan). Namun, definisi ini masih bersifat umum dan oleh karenanya dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dengan definisi ini, kita akan mengeneralisasi bahwa semua perasaan negatif seperti sedih, duka, kecewa, takut, atau pun putus asa merupakan indikasi daripada depresi. Padahal, banyak perasaan negatif yang sering kita rasakan yang sejatinya tidak mengindikasikan bahwa kita sedang mengalami depresi.Menurut Bapak Terapi Kognitif (terapi psikis yang mendasarkan penyembuhan pada aspek kognitif atau pemikiran) Aaron T. Beck, depresi adalah gangguan kejiawaan yang disebabkan oleh pikiran dan penilaian-penilaian negatif mengenaidiri sendiri, orang lain, dan dunia.Pemikiran dan penilaian negatif ini muncul sebagai akibat dari pengalaman pahit di masa lalu. Pengalaman itu bisa berupa trauma, kehilangan orang tercinta, hubungan yang sering bermasalah, atau pun kejadian mengerikan yang sejatinya hanya dilihat, bukan dialami. Selain itu, pemikiran atau penilaian negatif juga dapat muncul dari sistem keyakinan bawah sadar mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia. Yang terakhir ini bisa timbul dari pengajaran mau pun dari pengalaman, baik yang traumatik atau pun yang tidak.Tanda-Tanda DepresiSebagaimana telah disebutkan sebelumnya, kehilangan motivasi bisa menjadi gejala Anda sedang dilanda depresi. Akan tetapi, kehilangan motivasi saja tidak cukupuntuk memvonis bahwa Anda benar-benar dilanda depresi. Masih banyakgejala lain yang harus Anda perhatikan untuk meyakinan bahwa Anda benar-benar dilanda depresi. Gejala-gejala ini berhubungan satu sama lain. Saat Anda dilanda depresi, gejala kehilangan motivasi yang Anda derita senantiasa dibarengi dengan gejala lain yang berkaitan dengan hal itu.Dalam buku yang berjudulMind overMood: Change How You Feel by Changing How You Think, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judulManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky menjelaskan gejala-gejala depresi yang terbagi ke dalam empatkategori gejala sebagai berikut.Gejala KognitifGejala kognitif adalah gejala yang berupa perubahan pikiran atau persepsi. Dalam kajian psikologi (terutama sistem kognitif), orang yang menderita depresi senantiasa menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang tidak berguna. Mereka berpikir bahwa mereka orang yang sangat hina. Singkatnya, orang yang mengalami depresi senantiasa menganggap dirinya sendiri rendah, menyedihkan, pecundang, memalukan, merepotkan orang lain, bahkan tidak pantas hidup di dunia.Seperti yang disebutkan sebelumnya, pikiran-pikiran negatif mengenai diri sendiri ini muncul sebagai akibat dari pengalaman masa lalu yang menyakitkan atau memalukan. Dalam bukuManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky memberikan contoh menarik mengenai bagaimana persepsi negatif mengenai diri sendiri terjadi.Dikisahkan, salah seorang pasien terapi bernama Marissa menderita depresi. Penyebab depresi yang dideritanya adalah trauma masa lalu yaitu sebagai korban pelecehan seksual oleh ayahnya sendiri.Depresi bukan terjadi lantaran kejadian itu sendiri, melainkan lantaran persepsi negatif tentang kejadian itu. Lalu, apa persepsi negatif itu? Persepsi itu ialah Marissa menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu, bukan menyalahkan ayahnya atau pun keluarganya. Ia menyesali bahwa seharusnya ia bisa bersikap tegas terhadap tindakan sang ayah.Akibat persepsi negatif itu, Marissa merasa dirinya tidak berguna. Dia bahkan merasa dirinya memang hinadan oleh karenanya pantas mendapatkan pelecehan. Persepsi-persepsi negatif ini dibawanya hingga ia tumbuh dewasa.Perubahan PerilakuAkibat dari persepsi negatif tentang diri sendiri seperti di atas, orang yang mengalami depresi memiliki perubahan dalam perilaku. Mereka menjadi pemurung, penyendiri, dan kehilangan motivasi sama sekali sehingga malas melakukan apa pun.Gejala FisikGejala fisik yang mengindikasikan bahwa seseorang sedang dilanda depresi diantaranya insomnia (susahtidur), tidur berlebihan, mudah capai, nafsu makan berkurang atau sebaliknya, bertambah, dan perubahan berat badan (naik atau turun drastis).Perubahan fisik ini terjadi sebagai akibat dari pemikiran atau persepsi negatif mengenai dirinya seperti yang tertulis di atas mau pun persepsi negatif mengenai orang laindan dunia.Sebagi contoh, andaikanlah Anda mengalami depresi. Anda berpikir bahwa Anda merupakan orang yang paaaaling aneh sedunia. Apap pun yang ada di dalam diri Anda mengindikasikan bahwa Anda berbeda dari orang lain. Jika Anda adalah orang yang aneh, tidak berguna, membosankan, tidak bakalan bisa menjalin hubungan dengan orang lain, dan tidak akan pernah berhasil, maka orang lain adalah kebalikan dari Anda. Anda berpikir bahwa orang lain senantiasacerdas, antusias, cekatan, percaya diri, berpotensi besar untuk maju danberhasil, dan pemberani.Pemikiran-pemikiran tersebut pada ujungnya mengakibatkan perubahanfisik pada diri Anda. Anda menjadi mudah capai, misalnya. Menurut kajian ilmiah, rasa capai yang dialamioleh penderita depresi diakibatkan oleh tingginya kandungan enzim monoamin oksidase A, suatu enzim yang menghancurkan neurotransmitter yang berperan dalam pengaturanmooddan tingkat energi seperti serotonin, norepinephrine, dan dopamine. Dilaporkan bahwa tingginya kandungan MAO-A (monoamine oxidase A) mengakibatkan rendahnya serotonin, dopamine, dan norepinepherine, di mana rendahnya kandungan tiga neurotransmitter itu di dalam otak menyebabkan berkurangnyamood.Gejala EmosionalGejala emosional yang menyertai depresi antara lain sedih, serba salah, kecewa pada diri sendiri, malu,dan gugup. Perasaan-perasaan emosional itu pun muncul sebagai akibat dari persepsi-persepsi negatif mengenai diri sendiri, orang lain, dan dunia.Sebagai contoh, Anda baru saja dimarahi oleh atasan Anda karena Anda melakukan suatu kesalahan fatal (di mana Anda pernah melakukan kesalahan seperti itu sebelumnya). Karena hal itu, Anda menyalahkan diri Anda sendiri. Anda terus menerus memikirkan kesalahan itu hingga timbul keyakinan dalam bawah sadar Anda bahwa Anda memang salah. Bahkan Anda berpikir bahwa Anda tidak akanmelakukan kesalahan fatal itu jika saja Anda bukanlah orang yang bodoh.Nah, dari pemikiran itu, Anda mulai berpikir bahwa secara alami Anda memang bodoh. Anda bagaikan keledai dungu yang sulit mengambil pelajaran dari masa lalu. Pemikiran ini bahkan tersimpan di dalam bawah sadar Anda dan menjadimindsetAnda. Akibatnya, Anda pun menganggap bahwa Anda orang yang tidak berguna karena Anda tidak mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik (karena Anda dungu, Anda tidak mampu belajar apa pun. Karena Anda tidak mampu belajar apa pun, Anda tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang membutuhkan keterampilan. Karena Anda tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan, itu artinya Anda tidak berguna).Nah, saat Anda menganggap diri Anda sendiri tidak berguna, Anda pun sedih, malu, dan kecewa terhadap diri Anda.Mengapa Depresi Membuat Anda Kehilangan Motivasi?Pada bab sebelumnya, sudah penulis jelaskan salah satu gejala depresi yaitu perubahan fisik seperti capai sepanjang waktu, insomnia, nafsu makan menurun atau bertambah, berkurang atau bertambahnya berat badan, dan kehilangan motivasi danmood. Pada bab tersebut, penulis menyebutkan bahwa rasa capai pada orang yang menderita depresi diakibatkan oleh meningginya level enzim monoamin oksidase A, yang pada ujungnya menurunkan asupan zat-zat pemicumooddan gairah, yaitu serotonin dan dopamin di dalam otak.Yang menjadi pertanyaan, jika depresi diakibatkan oleh persepsi atau pikiran-pikiran negatif orang yang menderitanya, lantas bagaimana persepsi dan pikiran negatif itu memengaruhi otak, atau dalam kata lain bagaimana persepsi negatif memengaruhi level monoamin oksidase A di dalam otak atau menurunkan kadar serotonin dan dopamin?Berbeda dengan kajian-kajian sebelumnya yang menemukan bahwa depresi diakibatkan oleh rendahnya hormon serotonin dan dopamin karena faktor genetik atau paparan zat-zat kimia, penelitian ilmiah terakhir mengenai depresi justru menunjukkan hasil sebaliknya.Menurut kajian psikologi kognitif, yang terjadi bukanlah bahwa depresidiakibatkan oleh rendahnya kadar serotonin yang asli dari sononya, melainkan diakibatkan oleh pemikiran-pemikiran negatif yang memengaruhi perubahan biokimia pada otak. Dijelaskan bahwa pemikiran-pemikiran negatif dapat menyebabkan penurunan kadar serotonin dan dopamin di dalam otak. Padahal, kedua hormon itu berperan dalam munculnyamooddan rasa senang.Inilah mengapa orang yang memiliki pemikiran-pemikiran negatif mengenai dirinya sendiri, orang lain, dan dunia rentan kehilangan motivasi.Bagaimana Mengetahui Andasedang Dilanda Depresi?Dalam bukuManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Greenberger dan Padesky memaparkan cara efektif untuk mengidentifikasi apakah seseorang sedang menderita depresi atau tidak.Untuk mengaplikasikan cara itu, pasien diminta untuk mengisi tabel yang berisi daftar gejala depresi. Pasien diminta untuk memilih dan melingkari salah satu dari tiga pilihanmengenai frekuensi (sering-tidaknya) gejala depresi yang dialaminya.Anda pun dapat mengaplikasikan cara di atas. Caranya, siapkan dua lembar kertas. Buatlah tabel yang terdiri dari 5 kolom. Isi kolom pertama dengan daftar gejala depresi; Kolom kedua dengan angka 0, yang menunjukkan bahwa Andatidak pernahmengalami gejala depresi tersebut; Isi kolom k-3 dengan angka 1, yang menunjukkan bahwakadang-kadangAnda merasakan gejala tersebut; Isi kolomke-4 dengan angka 2, yang menunjukkan bahwa Andaseringmengalami gejala tersebut; Isi kolomke-5 dengan angka 3, yang menunjukkan bahwa Andahampir selalumengalami gejala depresi tersebut.Berikut beberapa gejala depresi yangbisa Anda masukkan ke dalam tabel.1.Sedih2.Merasa bersalah3.Jengkel4.Kehilangan minat5.Menarik diri dari pergaulan6.Kesulitan melakukan aktivitas7.Menganggap diri tidak berguna8.Sulit berkonsentrasi9.Sulit mengambil keputusan10.Ingin bunuh diri11.Berpikir tentang kematian12.Merencanakan bunuh diri13.Rendah diri14.Menganggap masa depan tanpa harapan15.Menganggap diri sendiri buruk16.Kehilangan tenaga dan capai17.Berat badan dan nafsu makan menurun18.Insomnia atau kelebihan tidur19.Nafsu seks menurunPilih dan lingkari angka yang menunjukkan frekuensi (sering-tidaknya) Anda mengalami tiap-tiap gejala depresi yang tersebut di dalam tabel. Setelah semuanya terisi,jumlahkan angka-angka tersebut.Jika jumlah skor Anda tinggi, itu pertanda bahwa mungkin Anda menderita depresi. Anda harus segera mencari pertolongan.KesimpulanMotivasi merupakan penggerak kehidupan. Tidak akan ada yang maubersusah payah bekerja, bangun pagi buta setiap hari tanpa motif yang jelas. Namun demikian, seringkali kita kehilangan motivasi. Berbagai cara sudah kita lakukan untuk membangkitkannya kembali, namun kita semakin terpuruk. Semakin hari kita semakin enggan beranjak dari tempat duduk, produktivitas pun menurun. Tidak bisa dibayangkan apa lagi yang akan menimpa diri kita hanya karena kita kehilangan motivasi.Depresi merupakan salah satu akar penyebab kita kehilangan motivasi. Jika Anda merasa akhir-akhir ini Anda kehilangan motivasi, curigailah bahwa jangan-jangan Anda sedang dilanda depresi. Jangan malu dan takut untuk menelusuri apakah Anda benar-benar depresi atau tidak. Pengetahuan ini penting bagi Anda. Karena, saat Anda mengetahui bahwa akar penyebab Anda kehilangan motivasi adalah karena Anda sedang depresi, dengan segera Anda dapat melakukan tindakan untuk menyembuhkan depresi yang Anda derita.Dalam tulisan selanjutnya, penulis akan mengulas cara mengurangi depresi secara mandiri (self-healing).

Kunci Sukses Melenyapkan Depresi Ini Saaaangat Luar Biasa!Standard09 May 20140 CommentsRina UlwiaAkhir-akhir ini, Anda sering murung dan tak bergairah. Anda, yang biasanya paaaaaling cerewet di kantor mendadak menjadi pendiam dan pemalu. Sebenarnya, apa yang terjadi pada diri Anda?Beberapa waktu yang lalu, atasan menegur Anda bahwa Anda telah melakukan kesalahan besar dalam pekerjaan Anda.Karena hal itulah, perilaku Anda berubah 180 derajat. Bukan hanya dikantor Anda berubah menjadi pemurung. Di rumah, Anda pun hanya duduk termenung di kursi, malas melakukan apa pun, sekali pun untuk sekadar mandi.Saya tahu apa yang Anda rasakan. Anda merasa kecewa pada diri sendiri, bukan? Anda merasa bahwa Anda adalah orang yang kurang terampil dan ceroboh. Buktinya adalah, pekerjaan Anda yang berantakan.Lantas, apa yang harus Anda lakukan? Tarik napas yang dalam, hembuskan perlahan, dan coba renungkan kembali apa yang menimpa diri Anda.Seperti yang telah saya bahas pada artikel yang berjudulKehilangan Motivasi Kerja? Jangan-Jangan Anda sedang Dilanda Depresi, menurut kajikan psikologi, perubahan perilaku,mood, dan pikiran seperti yang Anda alami merupakan gejala depresi. Dalam kasus Anda, gejala depresi muncul lantaran Anda mengalami peristiwa yang mengguncang mental Anda. Peristiwa apakah itu? Yach, peristiwadi mana atasan menegur Anda lantaran Anda melakukan kesalahan besar dalam pekerjaan Anda.Jangan anggap sepele jika akhir-akhir ini Anda benar-benar terusik dengan peristiwa itu. Jangan diamkan pikiran-pikiran Anda bahwa Anda adalah orang yang ceroboh dan tidak terampil. Jangan pula menganggap bahwamooddan motivasi Anda akan kembali seperti semula setelah kejadian itu.Membiarkan pikiran-pikiran itu sama artinya memberikan mereka kesempatan untuk menghantui dan merusak diri Anda. Demikian juga, meremehkan hilangnya motivasi karena kejadian itu sama artinya memberi kesempatan kepada hal itu (hilangnya motivasi) untuk membuatAnda semakin depresi.Anda harus segera mencari pertolongan untuk melenyapkan pikiran-pikiran itu dan untuk mengembalikan gairah dan motivasi Anda.Nah, artikel ini ditulis khusus untuk Anda, yang ingin sembuh dari depresi dan terbebas dari perasaan serba salah. Untuk itu, jangan beranjak ke mana-mana; terus simakartikel ini dan temukan rahasia menyembuhkan depresi yang Anda alami.Sekilas tentang DepresiDalam artikel yang berjudulKehilangan Motivasi? Jangan-Jangan Anda sedang Dilanda Depresi, telah saya jelaskan apa yang dimaksud dengan depresi. Untuk mengingatkan kembali kepadaAnda, dalam artikel ini, kembali saya ulas sedikit penjelasan mengenai apa itu depresi. Hal ini bertujuan untuk memudahkan Anda memahami cara-cara menyembuhkan depresi yang akan saya sampaikan, mengingat cara-cara tersebut didasarkan pada bagaimana depresi terjadi.Mengutip apa yang dijelaskan oleh Aaron T. Beck, Bapak Terapi Kognitif,sebuah artikel berjudulCognitive Causal Model of Depression, yang termuat di dalam situswww.1appstate.edumenyebutkan, “Depressive symptoms results when people’s attributions for external events are based on maladaptive beliefs and attitudes.” Gejala depresimuncul ketika anggapan seseorang mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi didasarkan pada keyakinan-keyakinan yang maladaptif (menyimpang).Depresi terjadi manakala penderita menginterpretasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara negatif.Pertanyaannya, mengapa ia menginterpretasikan peristiwa secara negatif? Karena peristiwa itu mengguncang mentalnya.Peristiwa kematian anak atau pasangan hidup bisa menjadi penyebab seseorang terjangkit depresi. Akan tetapi, sebenarnya, bukan hanya peristiwa itu saja yang menyebabkannya depresi, melainkankeyakinan dan persepsi negatif mengenai kematian itu.Dalam buku yang berjudulManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya,  Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky mengilustrasikan terjadinyadepresi dengan contoh pasien mereka yang bernama Vic.Disebutkan bahwa Vic merupakan seorang pecandu alkohol yang mengalami masa kanak-kanak yang sulit. Pendidikan orangtua yang menuntutnya menjadi yang terbaik telah membebani otak dan pikirannya. Orangtuanya selalu membandingkan prestasi akademisnya yang tak sehebat prestasi akademis sang kakak. Padahal, secara umum, prestasi Vic tetaplah sangat memuaskan. Dia hanya kalah satu level di bawah kakaknya. Tetapi, menurut anggapandiri dan keluarganya, prestasi akademis Vic sangat memalukan.Akibat anggapan tersebut, secara tidak sadar, Vic menyimpulkan bahwa dirinya memang payah dan memalukan. Dia menganggap bahwa dirinya tidak dapat diandalkan. Ia menyalahkan dirinya sendiri.Dan, pada ujungnya, pandangan-pandangan buruk mengenai diri sendiri ini, yang dibawanya hingga ia dewasa, menyebabkan perubahan-perubahan perilaku, fisik, emosi, dan kognitif pada diri Vic. Ia menjadi seorang pecandu alkohol, selalu cemas menghadapi situasi, dan mengalami kemunduran motivasi.Para pakar psikologi membedakan depresi dari gangguan kejiwaan lainnya melalui gejala-gejala yang ditimbulkannya. Menurut mereka, gejala khas depresi adalah munculnya persepsi negatif mengenai diri sendiri dan persepsi (bisa positif, bisa juga negatif) mengenai orang lain dan dunia (lingkungan).Persepsi negatif mengenai diri sendiri dapat berupa perasaan kecewa terhadap diri sendiri, anggapan bahwa diri sendiri adalah bodoh, memalukan, menyedihkan, pengecut, dan tidak berguna.Sementara itu, persepsi mengenai orang lain yang dapat ditemukan pada penderita depresi antara lain orang lain adalah orang yang baik, cerdas, terampil, pemberani, dan memiliki peran penting di dalam kehidupan.Terakhir, penderita depresi senantiasa memandang dunia sebagai tempat yang tidak cocok bagi mereka. Mereka menganggap bahwa dunia senantiasa menyulitkandirinya dan tidak pernah berpihak kepadanya.Anggapan yang KeliruBanyak dari kita yang menganggap bahwa akar semua permasalahan adalah pikiran, dan oleh karenanya semuanya akan selesai hanya dengan merubah cara berpikir. Padahal, pada kenyataannya, masalahnya tidaklah sesederhana itu. Seringkali, kejadian-kejadian tertentu, terlebih yang traumatis, memaksa kita untuk berpikir negatif. Atau, memang pikiran negatif itu benar adanya (sesuai kenyataan).Apa yang terjadi manakala kita menganggap bahwa akar semua permasalahan adalah pikiran? Kita akan menganggap bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan peristiwa-peristiwa yang kita alami. Yang salah adalah pikiran-pikiran atau inetrpretasi kita mengenai peristiwa itu. Pada akhirnya, kita hanya akan sampai pada kesimpulan bahwa semua masalah dapat diatasi cukup denganmenerima, bersyukur, ikhlas, berpikir positif mengenai diri sendiri, dan melihat sisi positif dari apa yang menimpa kita. Kita juga akan mengabaikan fakta-fakta penting yang sejatinya bisa dijadikan sebagai sarana untuk memecahkan masalah-masalah tersebut.Terhadap anggapan bahwa semua permasalahan berakar pada pikiran, kita bisa mengajukan pertanyaan, “Bagaimana dengan kasus penganiaan fisik yang menimbulkan penderitaan fisik pada korbannya? Apakah penderitaan itu ditimbulkan oleh pikiran dari sang korban sendiri? Apakah dengan menyarankan kepada sang korban untuk mengikhlaskan peristiwa penganiayaan itu masalah lantas selesai?”Kita juga dapat mengajukan pertanyaan berikut: “Bagaimana halnya dengan depresi yang diakibatkan oleh tekanan ekonomi? Apakah hanya dengan menyarankan si penderita untuk merubah persepsi(contohnya, menyarankan si penderita untuk bersyukur atas apa yang menimpanya) apakah masalah lantas selesai?”Dalam bukuManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya, Greenbergen dan Padesky bahkan menjelaskan:“Meskipun mengidentifikasi dan mengubah pemikiran merupakan bagian penting…, seringkali sama pentingnya untuk membuat perubahan fisik, perilaku, atau lingkungan. Misalnya, apabila Anda telah merasa cemas untuk waktu yang lama, Anda mungkin akan menghindari hal-hal yang membuat Anda cemas. Bagian dari menghadapi rasa cemas adalah rileks (perubahan fisik) dan mengatasi bahaya yang Anda rasakan sehingga Anda berhenti menghindar (perubahan perilaku).”Lebih jauh, Padesky dan Greenberger menjelaskan, “Untuk membantu Anda merasa lebih baik, yang juga penting adalah membuat perubahan dalam lingkungan Anda.”Sebagai contoh, Anda diberi tanggung jawab yang sangat besar oleh atasan Anda, di mana sebenarnya, Anda tidak sanggup mengemban tugas itu sendirian. Akan tetapi, Anda tetap menerima tanggung jawab itu.Suatu saat, Anda melakukan kesalahan besar menyangkut tanggung jawab Anda.Pertanyaannya, apa kesan (persepsi)Anda mengenai kesalahan yang terjadi? Jika Anda menganggap bahwa semua kesalahan itu merupakan tanggung jawab Anda, maka konsekuensinya, bisa jadi Anda mengalami depresi karena kesalahan itu. Anda mulai berpikir bahwa Anda memang tidak pantas mengemban tugas tersebut; Anda berpikir Anda tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk mengemban tanggung jawab tersebut; Anda merasa Anda tidak berguna.Sebaliknya, jika Anda memandang (berpersepsi) bahwa bukan hanya Anda yang patut disalahkan, Anda akan mencari cara apa pun supaya ke depannya Anda tidak lagi mengulangi kesalahan itu. Dan, setelah memeriksa kesalahan Anda, Anda mendapati bahwa ternyata tanggung jawab yang diberikan kepada Anda terlalu berat. Masalahnya bukan karena Anda tidak memiliki kompetensi dalam tugas itu, melainkan Anda tidak memiliki cukup waktu untuk mengemban tanggung jawab itu sendirian. Anda membutuhkan orang lain untuk membantu Anda.Nah, pada akhirnya, untuk mengantisipasi kesalahan itu terulang lagi, Anda pun meminta kepada atasan Anda seorang asistenyang membantu mengerjakan tugas-tugas Anda.Di sini, perubahan persepsi (pikiran) saja tidaklah cukup (perubahan persepsi bahwaAnda 100% bersalahke persepsi bahwakesalahan itu bukan hanya kesalahan Anda). Berubahnya persepsi Anda harus disertai dengan bukti-bukti yang mendukung persepsi itu. Jika persepsi baru tidak didukung oleh bukti-bukti yang menguatkannya, maka persepsi itu hanya akan bertahan sementara. Selebihnya, persepsi lama (yang merusak) akan kembali muncul.Dalam contoh kasus di atas, faktor yang mendukung persepsi Anda bahwakesalahan bukan 100% tanggung jawab Andaadalah kenyataan bahwa setelah lingkungandirubah (ada asisten yang membantu mengerjakan tugas-tugasAnda) ternyata Anda mampu mengemban tanggung jawab Anda tanpa kesalahan sedikit pun. Jadi, faktor pendukung persepsi Anda adalah lingkungan.Apa jadinya manakala persepsi baru Anda tidak didukung oleh bukti di atas? Atasan Anda akan semakin menuding Anda sebagai orang yang tidak dapat menerima kesalahan dankenyataan. Hasilnya, Anda pun akan kembali berkubang pada masalah yang sama, yang bahkan semakin parah.Setelah membaca mulai dari penjelasan awal hingga penjelasan terakhir, apa yang dapat Anda simpulkan? Berkaitan dengan depresi, setidaknya ada dua kesimpulan umum yang dapat kita ambil dari semua penjelasan di atas, yaitu:1.Ada tiga unsur yang menyebabkan seseorang depresi, yaituperistiwa,persepsi mengenai peristiwa itudanpersepsi turunannya. (Persepsi mengenai peristiwaadalahpenilaian/ maknaperistiwa itu sendiri, sedangkanpersepsi turunanadalah persepsi yang muncul dari persepsi mengenai peristiwa).1.Depresi terjadi manakala kita mempersepsikan (memaknai) peristiwa itu sebagai masalah (ketidakberesan), di mana karena ketidakberesan itu, kita menganggap (muncul persepsi turunan) bahwa kitalah yang bertanggung jawab penuh atas masalah itu.Yang perlu kita perhatikan, ada kalanya, peristiwa itu pada kenyataannya (secara objektif) memang merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan. Sebagai contoh, peristiwa kemiskinan, pengangguran (tidak memiliki pekerjaan), penganiayaan, dan pelecehan. Pada kasus seperti ini, depresi terjadi akibat persepsi-persepsi turunan yang menyimpang.Perlu dilakukan perubahan kondisi lingkungan untuk menyembuhkan depresi karena peristiwa-peristiwa seperti ini agar hasilnya bertahan dalam waktu yang lama atau permanen.Ada kalanya pula, peristiwa itu sebenarnya bukanlah suatu masalah(ketidakberesan); Hanya persepsi kita saja yang menganggapnya sebagai masalah. Contohnya adalah,kasus yang dialami oleh Vic pada penjelasan di atas.Prestasi akademis Vic sejatinya bukanlah masalah yang mendesak Vic untuk menyelesaikannya. Pandangan Vic bahwa prestasi akademisnya merupakan masalah merupakan cerminan darimindsetyang lahir dari pendidikan keluarganya. Perspesi itu merupakanpersepsi yang subjektif.Pada kasus seperti itu, depresi terjadi baik akibat persepsi subjektif yang menyimpang mengenai peristiwa yang dialami, mau pun persepsi turunan yang menyimpang berkenaan dengan peristiwa itu.Kunci Menyembuhkan DepresiDari kesimpulan di atas, kita tahu bahwa kata kunci daripada depresi adalahpemikiranaliaspersepsi. Depresi muncul dari pemikiran-pemikiran yang menyimpang mengenai suatu peristiwa. Oleh karena itu, kunci untuk menyembuhkan depresi adalahpersepsiitu sendiri.Dalam kajikan psikologi, penyembuhan gangguan kejiwaan berdasarkan pada pemikiran-pemikiran atau persepsi disebut terapi kognitif. Selain mendatangi terapis, Anda juga dapat melakukan tindakan untuk melenyapkan depresiAnda di rumah. Berikut beberapa langkah yang dapat Anda lakukan.1. Identifikasi peristiwaDepresi muncul karena peristiwa tertentu yang mengguncang mental Anda. Untuk menyembuhkan depresiAnda, yang perlu Anda lakukan pertama adalah mengetahui peristiwa yang membuat Anda terguncang.2. Identifikasi suasana hati atau perasaanSetelah mengetahui peristiwa yang membuat Anda terguncang, selanjutnya Anda perlu mengidentifikasi secara detail perasaan atau suasana hati yang muncul sebagai reaksi dari peristiwa itu.Sebagai contoh, peristiwa yang mengguncang Anda adalah teguran atasan bahwa Anda telah melakukankesalahan besar. Identifikasi perasaan yang seketika muncul ketika Anda mendengar teguran tersebut. Mungkin Anda akan menemukan bahwa diri Anda merasacemasatautakut.3. Identifikasi pemikiran yangmunculSetelah mengetahui perasaan atau suasana hati yang muncul berkaitan dengan peristiwa yang Anda alami, sekarang identifikasikan dan catat pemikiran yang muncul seketika Anda mengalami peristiwa itu.Jika peristiwa yang menimpa Anda adalah teguran atasan karena Anda telah melakukan kesalahan besar, mungkin yang terbersit di dalam pikiran Anda adalah, “Saya akan dipecat”, “Posisi saya terancam”, “Saya tidak kompeten”, “Saya ceroboh”, atau bahkan Anda berpikir bahwa semua ini memang kesalahan dan tanggung jawab Anda.4. Identifikasi pemikiran yangpaling mengusik AndaDari sekian pemikiran yang berhasil Anda catat, tentukan satu pemikiran yang paaaaling mengusik Anda dan paaaaaling membuat Anda merasakan suasana hati atau perasaan yang kuat.Misalnya, di antara pemikiran-pemikiran Anda yang terbersit ketika atasan menegur Anda karena Anda melakukan kesalahan, Anda dapati pemikiran bahwaAnda adalah orang yang tidak kompetenmerupakan pikiran yang paaaaling mengusik diri Anda. Pemikiran itu yang paaaaling membuat hati Anda cemas.Tandai atau lingkari pemikiran itu.5. Identifikasi bukti-bukti yangmendukung pemikiran ituSetelah Anda mengetahui pemikiran yang paaaaling mengusik diri Anda, lanjutkan langkah ke-5, yaitu mengidentifikasi bukti-bukti yang mendukung pemikiran itu.Andaikanlah, Anda telah sampai pada langkah ke-4 dan menemukan bahwa pikiran yang paling mengusik Anda yaitu pemikiran bahwaAnda bukanlah orang yang kompeten.  Cari bukti-bukti yang mendukung pemikiran itu. Sebagai contoh, mungkin Anda akan menemukan sejumlah bukti seperti berikut: “Saya selalu membutuhkan banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan saya”;“Saya sering meminta bantuan orang lain”;  “Masih banyak yang harus saya pelajari dari bidang yang sekarang saya tekuni.”Catat semua bukti-bukti itu.6. Identifikasi bukti-bukti yangtidak mendukung pemikiran ituSetelah menemukan bukti-bukti yangmendukung pemikiran itu, sekarang saatnya Anda mencari bukti-bukti yang tidak mendukung pemikiran itu.Dengan contoh yang sama dengan contoh di atas, Anda mungkin akan menemukan bukti yang tidak mendukung pemikiran Anda seperti berikut: “Saya dipercaya atasan untuk mengemban tanggung jawab itu”; “Saya biasa membantu orang lain mengerjakan tugas mereka”; “Saya sering membantu atasan menjelaskan cara memecahkan suatu masalah kepada rekan saya”; “Selama saya bekerja di bidang itu, baru kali ini saya menjumpai masalah besar.”Catat bukti-bukti ini.7. Susun kesimpulan objektifSetelah Anda menemukan bukti-bukti yang mendukung dan yang menyangkal pemikiran Anda, sekarang saatnya Anda menyusun kesimpulan secara objektif.Untuk membuat kesimpulan yang objektif, hindari menambah-nambahkan pemikiran positif dalam kesimpulan Anda. Menambah-nambahkan pemikiran positif bukannya membantu Anda, tetapi jutsru membuat kesimpulan Anda tidak objektif.Yang Anda butuhkan adalah kesimpulan atau bukti yang objektif, sekalipun bukti itu membuat Anda tetap depresi.Memang bukan tujuan langkah ini untuk melenyapkan depresi Anda 100%. Bisa jadi, langkah ini akan melenyapkan depresi Anda secara total, tetapi jika masalah yang Anda hadapi memang merupakan masalah (ketidakberesan) yang perludiatasi (bukan sekadar penilaian subjektif Anda saja bahwa peristiwa itu memang merupakan masalah), maka langkah ini paling banter hanyaakan meringankan depresi Anda.Anda masih harus melakukan langkah lainnya untuk melenyapkan depresi itu secara total.Cara menyusun kesimpulan objektif yaitu, pilih salah satu bukti yang mendukung pemikiran Anda dan salah satu bukti yang menyangkal pemikiran Anda. Selanjutnya, jadikankedua bukti itu dalam satu kalimat dengan menyambungkannya dengan kata sambung ‘dan’.Misalnya, masih menggunakan contoh di atas, Anda memilih salah satu bukti yang mendukung pemikiran Anda, yaitu, “Saya selalu membutuhkan waktu yang banyak untuk mengerjakan pekerjaan saya.”Kemudian, Anda memilih salah satu bukti yang menyangkal pemikiran Anda yaitu, “Selama bekerja di bidang itu, baru kali ini saya mendapatkan masalah besar.”Anda pun menyatukan kedua bukti itu dalam satu kalimat menjadi, “Saya selalu membutuhkan waktu yang banyak untuk mengerjakan pekerjaan saya dan selama saya bekerja di bidang itu, baru kali ini saya mendapatkan masalah yang besar.”Setelah menyusun dua bukti itu ke dalam satu kalimat, kira-kira apa kesimpulan Anda? Mungkin secara objektif, Anda akan menyimpulkan, “Meskipun saya membutuhkan waktuyang banyak untuk menyelesaikan pekerjaan saya, bukan berarti saya tidak memiliki kompetensi dalam pekerjaan itu. Buktinya, selama bertahun-tahun, saya tak pernah mengalami masalah besar. Hanya sekarang saja saya mengalami masalah.”Kesimpulan ini membantu meringankan depresi Anda.8. Buktikan kebenaran kesimpulan ituSebagaimana yang telah saya singgung sebelumnya, penggantian persepsi-persepsi lama ke persepsi-persepsi baru harus didukung dengan bukti-bukti yang menguatkankebenaran persepsi itu.Hasil kesimpulan objektif pada langkah ke-7 sejatinya merupakan perspesi baru yang menggantikan persepsi lama Anda.Yang patut diperhatikan, ada kemungkinan besar Anda tidak mempercayai hasil kesimpulan itu, sekali pun kesimpulan itu objektif atau sesuai dengan realitas. Hal ini dikarenakan, Anda masih terbiasa berpikir dengan persepsi lama Anda.Nah, untuk memperkuat hasil kesimpulan itu, Anda pun harus membuktikan kebenarannya.Jika Anda gunakan contoh di atas, Anda perlu membuktikan kebenaran kesimpulan, “Meskipun saya membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelesaikan pekerjaan saya, bukan berarti saya tidak memiliki kompetensi dalam pekerjaan itu. Buktinya, selama bertahun-tahun, saya tak pernah mengalami masalah besar. Hanya sekarang saja saya mengalami masalah.”Lantas, bagaimana cara membuktikan kebenarannya?Susunlah eksperimen. Siapkan kertas untuk mencatat eksperimen Anda. Tuliskan kesimpulan objektif atau persepsi baru yang ingin anda buktikan kebenarannya.Dalam contoh di atas, kesimpulan objektifnya adalah: “Meskipun saya membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelesaikan pekerjaan saya, bukan berarti saya tidak memiliki kompetensi dalam pekerjaan itu. Buktinya, selama bertahun-tahun, saya tak pernah mengalami masalah besar. Hanya sekarang saja saya mengalami masalah.”Anda perlu menguji kebenarannya saat Anda mempertanyakan kebenaran kesimpulan itu, “Ah, masa, sih, saya kompeten?”Rencanakan tindakan yang akan Anda lakukan untuk menguji kebenaran kesimpulan itu (untuk menguji apakah anda benar-benar kompeten atau tidak).Sebagai contoh, Anda merencanakan untuk berbicara kepada atasan Anda mengenai penyebab Anda melakukan kesalahan besar itu.Tentukan apa saja yang akan Anda ungkapkan kepadanya. Mungkin Anda akan mengatakan bahwa Anda tidak memiliki cukup waktu untuk mengerjakan semuanya. Anda butuhseseorang untuk membantu Anda mengerjakannya.Pertimbangkan masalah yang mungkin muncul ketika anda mengungkapkan hal itu kepada atasan Anda. Sebagai contoh, mungkin atasan Anda setuju dan mencarikan seseorang yang dapat membantu Anda. Tetapi, mungkin dia tidak bersedia membantu Anda.Untuk mengatasi kemungkinan seperti itu, carilah solusi yang menurut Anda dapat menguntungkannya. Anda dapat menawarkan makan gratis atau mengantarkannya saat pulang kerja.Setelah ekseprimen Anda berjalan, amati hasilnya, apakah hasilnya mengindikasikan bahwa Anda memang benar-benar berkompeten atau kah tidak. Saat hasilnya menunjukkan bahwa Anda memang berkompeten, maka hasil eksperimen itu niscaya akan menguatkan persepsi baru Anda, yaitu bahwa Anda memang berkompeten.Nah, dari situ, tingkat depresi Anda pun berkurang.Demikianlah kunci sukses menyembuhkan depresi yang Anda derita. Pada tulisan di atas, kunci sukses yang saya bagikan kepada Anda saya dasarkan pada buku berjudulManajemen Pikiran: MetodeAmpuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnyakarangan Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky.Cara-cara di atas dapat Anda lakukansendiri di rumah. Namun, jika setelahmenerapkan cara-cara ini nyatanya Anda masih memiliki rasa serba salah, masih sering mencela diri Anda sendiri, dan Anda masih kehilangan motivasi untuk melakukan aktivitas apa pun, dalam kata lain Anda merasa Anda masih depresi, Anda dapat meminta pertolongan. Anda dapat berkonsultasi ke psikolog, psikiater, atau pun terapis untuk menyembuhkan depresi Anda.

Pikiran-Pikiran yang Menyimpang yang Membuat Anda StresStandard22 Oct 20140 CommentsRina UlwiaBayangkan suatu malam Anda berada di rumah sendirian. Malam itu, kebetulan listrik di pemukiman tempat tinggal Anda padam. Saat hendak tidur, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di luar. Jika didengarkan secara saksama, langkah kaki itu seperti menuju pintu rumah Anda. Dan, karena hal itu, Anda berpikir bahwa seorang pencuri sedang menyasar rumah Anda.Nah, kira-kira, bagaimana perasaan Anda ketika berpikir bahwa langkah kaki itu langkah laki seorang pencuri? Anda ngeri? Takut? Deg-degan?Sekarang, bagaimana jika Anda berpikir bahwa suara langkah kaki itumerupakan langkah kaki suami Anda? Bagaimana kira-kira perasaan Anda? Penulis berani bertaruh, Anda akan merasa nyaman, tenang, gembira, dan berharap.Nah, sebagaimana dua ilsutrasi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa pikiran bisa memengaruhi perasaan kita. Jika kita berpikir positif, maka perasaan/suasana hati kita pun senang, tenang, dan nyaman. Sebaliknya, jika kita berpikir negatif, maka perasaan/suasana hatikita pun berubah menjadi sedih, takut, khawatir, cemas, atau stres.Kesimpulan di atas sama halnya dengan apa yang telah dijelaskan oleh Christine A. Padesky dan Dennis Greenberger dalam buku yang berjudulManajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan, dan Perasaan Merusak Lainnya. Dalam buku tersebut, Padesky dan Greenberger menjelaskan adanya hubungan yang saling memengaruhiantara pikiran, perasaan (suasana hati), perilaku, dan kondisi lingkungan.Pikiran senantiasa memengaruhi perilaku dan suasana hati. Sebaliknya, suasana hati turut memengaruhi pikiran dan perilaku kita. Lebih jauh, kondisi lingkungan/kenyataan juga berperandalam membentuk pikiran, perasaan,dan perilaku kita.Nah, keterkaitan antara pikiran, perasaan, perilaku, dan kondisi lingkungan ini pada ujungnya turut memengaruhi kebahagiaan dan tingkat stres yang kita alami. Pikiran yang negatif membuat orang sedih, kecewa, marah, stres, cemas, takut, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Sebaliknya, pikiran positif membuat orang senang, gembira, bahagia, nyaman, tenang, aman, dan perasaan-perasaan positif lainnya.Tiga macam pikiran positifNamun demikian, bukan berarti agar bahagia kita harus selalu berpikir positif. Tentu, tidak semudah itu merubah suasana hati kita sesuai dengan yang kita mau. Nah, di sinilahperan/pengaruh kondisi lingkungan (dan kondisi yang kita alami) terhadap pikiran dan suasana hati dapat kita saksikan. Saat kita tertimpa musibah, maka seberapa keras kita mencoba untuk berpikir positif, tetap saja pikiran positif itu tidak mampu membuat kita bahagia. Mengapa? Karena, otak kita tidak mempercayai pikiran positif tersebut karena pikiran positif itu tidak sesuai dengan kenyataan/kondisi yang kita hadapi.Jadi, ada kalanya, pikiran yang positifdapat membantu kita merasa lebih baik. Ini terutama saat pikiran tersebut sesuai dengan kenyataan/kondisi yang kita hadapi, atau saat kita belum mengetahui kenyataan/kondisi yang sebenarnya.Sebaliknya, saat pikiran positif tidak sesuai kenyataan, maka pikiran itu tidak akan banyak membantu merubah suasana hati kita.Pada ilsutrasi di atas, jika Anda dapati bahwa yang datang ke rumah Anda adalah seorang pencuri, maka sepositif apa pun pikiran Anda, Anda pun pada ujungnya harus mengakui bahwa langkah kaki itu adalah langkah kaki pencuri. Anda tidak bisaberpura-pura berpikir bahwa yang datang adalah suami Anda.Saat sang pencuri sudah di depan mata Anda, tentu tidak ada gunanya berpikir positif seperti ini: “Ah, tenang saja. Positif thinking. Yang datang pasti suami tercinta.”Tetapi, saat Anda belum tahu secara pasti apakah suara langkah kaki itu suara langkah kaki suami Anda atau bukan, maka pikiran yang positif masih berguna bagi Anda. Pikiran itudapat membuat Anda tetap tenang.Tiga macam pikiran negatifSekarang, bagaimana dengan pikiranyang negatif? Sebagaimana pikiran yang positif, pikiran yang negatif pundapat terbagi menjadi tiga: Pikiran negatif yang sesuai dengan kenyataan; Pikiran negatif yang tidak sesuai dengan kenyataan; Pikiran negatif yang belum diketahui kebenarannya (belum diketahui apakah sesuai kenyataan atau tidak).Nah, dari tiga jenis pikiran negatif itu, ada dua pikiran negatif yang dapat membuat kita sedih, marah, kecewa, stres, depresi, dan berbagai perasaan negatif lainnya. Pikiran negatif yang bagaimanakah itu? Pikiran negatif yang sesuai dengan kenyataan dan pikiran negatif yang belum diketahui kebenarannya (belum diketahui apakah sesuai kenyataan atau tidak). Sementara itu,pikiran negatif yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak banyak memengaruhi perasaan kita.Dalam ilustrasi di atas, jika Anda dapati ternyata yang datang suami Anda, maka kenyataan itu niscaya menepis pikiran negatif Anda. (Andaikanlah, Anda berpikir bahwa yang datang adalah seorang pencuri.Maka, niscaya Anda akan merasa cemas. Tetapi, saat mendapati ternyata yang datang suami Anda, maka kecemasan itu pun sirna).Dalam artikel ini, penulis akan berfokus pada pikiran negatif yang belum diketahui kebenarannya (apakah sesuai kenyataan atau tidak). untuk memudahkan dalam menyebutnya, mari kita sebut pikiran negatif yang belum diketahui kebenarannya dengan pikiran yang menyimpang/distorted thinking.Mengapa penulis berfokus padadistorted thinking? Karena, seringkali, kita stres, kecewa, depresi, dan cemas bukan lantaran kita mengalami kondisi yang penuh tekanan dan ketegangan, melainkan lantaran pikiran-pikiran yang menyimpang/distorted thinking.Sebagai contoh, kita tersinggung bukan lantaran orang lain menyindir kita, melainkan lantaran kita BERPIKIR/MENGIRA orang lain telah menyindir kita. Padahal, kita tidak tahu pasti apakah orang itu memang menyindir kita atau tidak.Nah, berikut ini beberapa pikiran yang menyimpang yang dapat membuat Anda stres.1. Tergesa-gesa menyimpulkanSalah satu cara berpikir yang membuat Anda stres yaitu tergesa-gesa menyimpulkan. Sebagai contoh, Anda sedang menghadiri pesta pernikahan. Di pesta itu, Anda berjumpa dengan teman lama Anda. Karena sudah lama tidak bertemu, Anda pun cepat-cepat menghampiri dan menyapanya.Mendapati Anda menyapanya, dia pun menjawab sapaan Anda. Tetapi, berbeda dengan Anda yang menyapanya dengan sumringah, ia menjawab sapaan Anda dengan rautmuka yang cemberut.Nah, melihat reaksinya, Anda pun berpikir bahwa dia tidak senang berjumpa dengan Anda. Dan, karena pikiran itu, Anda kecewa dan stres. Anda stres lantaran malu telah menyangka dia bakal menyambut Anda dengan gembira.Di sini, penyebab Anda kecewa dan stres yaitu Anda tergesa-gesa dalam menyimpulkan reaksinya. Anda tergesa-gesa menyimpulkan bahwa ia cemberut lantaran tidak senang berjumpa dengan Anda. Padahal, belum tentu ia cemberut lantaran kehadiran Anda. Bisa jadi, ia cemberut lantaran hal lain yang tidakberkaitan dengan Anda.Untuk itup membesar-besarkan/mendramatisasi masalah tersebut.Sebagai contoh, Anda sedang mengikuti psikotest seleksi karyawaan di sebuah perusahaan. Dalam test itu, ada beberapa soal yang sulit dijawab, menurut Anda. karena hal itu, Anda pun berpikir bahwa Anda tidak akan lulus dalam test tersebut dan tidak akan diterima sebagai karyawan.Nah, dalam contoh tersebut, apa yang membuat Anda berpikir Anda tidak bakal lulus yaitu Anda mengkatastropikan masalah yang sedang Anda hadapi, Anda mengkatastropikan soal-soal yang sulit dijawab. Dan, karena pikiran yang katastropik itu, Anda pun menjadi stres.Untuk melenyapkan stres lantaran Anda mengkatastropikan masalah Anda, berkatalah kepada diri Anda sendiri seperti berikut: “Tenang, hanya beberapa soal, kok, yang tidak bisa dijawab. Ga semuanya. Lagipula, pertimbangan diterima atautidak bukan hanya dari psikotest ini, tetapi juga dari wawancara nanti. Jadi, masih ada kesempatan untuk diterima.”3. Bias konfirmasiBentuk penyimpangan pikiran selanjutnya yakni bias konfirmasi. Bias konfirmasi adalah cara berpikir di mana kita hanya mencari bukti yang membenarkan/mengkonfirmasi dugaan kita, dan tidak mengindahkan bukti yang menyangkal dugaan tersebut.Sebagai contoh, sudah lebih dari 10 tahun Anda bekerja di perusahaan A.Namun demikian, Anda tidak kunjung diangkat menjadi supervisordi perusahaan itu. Sebaliknya, si B, yang baru 3 tahun bekerja di perusahaan itu sudah diangkat menjadi supervisor.Nah, karena hal itu, Anda pun berpikir/menduga bahwa sang manajer tidak suka (secara personal)terhadap Anda. Dan, untuk mendukung pikiran/dugaan itu, Andapun mencari-cari bukti yang mengkonfirmasi/membenarkannya, sembari mengesampingkan bukti-bukti yang menyangkalnya.Dalam contoh di atas, bias konfirmasi membuat Anda stres. Mengapa? Bias konfirmasi membuatAnda yakin bahwa sang manajer memang tidak menyukai Anda.Nah, agar tidak terjerumus dalam bias konfirmasi, bersikaplah seimbang. Carilah bukti yang mendukung dan bukti yang menyangkal pikiran Anda. Dengan demikian, pikiran Anda tidak bias/subjektif.Lebih jauh, untuk menghindari bias konfirmasi, Daniel Kahneman, dalam bukunya yang berjudulThinking, Fast and Slow, menyarankan agar kita selalu meragukan pikiran/persepsi/penilaian/dugaan kita terhadap suatu gejala.Misal, dalam contoh di atas, Anda menduga bahwa sang manajer membenci Anda. Nah, agar tidak terjerumus dalam bias konfirmasi, maka Anda harus meragukan kebenaran dugaan Anda itu.Saat Anda ragu terhadap dugaan Anda, tentu Anda terdorong untuk mencari-cari bukti yang menyangkal dugaan itu. Benar, bukan?Nah, pada gilirannya, bukti-bukti yangmenyangkal dugaan Anda tersebut dapat mengurangi stres Anda. Mengapa? Dugaan bahwa sang manajer membenci Anda runtuh oleh bukti-bukti yang menyangkal dugaan itu. Dengan runtuhnya dugaan Anda, maka Anda pun berhenti berpikir bahwa sang manajer membenci Anda. Ini tentu melegakan Anda, bukan?4. LabelisasiBentuk penyimpangan pikiran selanjutnya yakni labelisasi. Labelisasi adalah cara berpikir di mana kita menyematkan label/identitas tertentu pada diri kita, padahal belum tentu label atau identitas itu menggambarkan diri kitayang sesungguhnya.Sebagai contoh, Anda melabeli diri Anda sendiri dengan label “pemalas”. Dengan label itu, Anda selalu merasa serba salah saat Andaberhalangan masuk kerja, entah karena sakit atau ada urusan lainnya.Nah, untuk menghindari labelisasi, yakinkan diri Anda bahwa identitas seseorang senantiasa berubah; Tidak ada identitas yang tetap. Tidak ada pribadi yang secara alami pemalas. Anda tidak bekerja bukan lantaran Anda seorang pemalas, melainkan lantaran ada masalah lain seperti Anda sedang bosan, sedang tidak enak badan, takut gagal, dan sebab lainnya.5. Mendiskualifikasi informasipositifSuatu hari Anda menerima SMS dari teman lama Anda. Dalam SMS itu, ia menanyakan kabar Anda. Selain itu, ia juga berkata bahwa ia sangat rindu kepada Anda dan teman-temanlainnya.Menanggapi SMS itu, Anda bukannya senang, tetapi justru marah. Mengapa Anda marah? Anda berpikir ia menghubungi Anda lantaran ada maunya.Nah, dalam ilustrasi di atas, Anda mendiskualifikasi informasi positif. Informasi positif apa yang Anda diskualifikasi? Informasi bahwa sangteman sangat rindu kepada Anda dan teman-teman lainnya. Bukan hanya itu, Anda juga merubah informasi positif itu menjadi informasi yang negatif, yakni bahwa ia menghubungi Anda lantaran ada maunya.Di sini, informasi negatif itulah yang membuat Anda marah, stres, dan kecewa. Padahal, informasi itu belum tentu benar.Cara berpikir seperti di atas (diskualifikasi informasi positif) merupakan cara berpikir yang menyimpang dari kenyataan. Anda tahu benar (berdasarkan informasi yang Anda dapatkan dari SMS itu) bahwa sang teman merindukan Anda. Tetapi, Anda menyangkal informasi itu dan menggantinya dengan informasi negatif.Demikian beberapa pikiran yang menyimpang yang dapat membuat Anda stres.Semoga, uraian di atas bermanfaat bagi Anda.

By : aquarius learning.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar