Minggu, 07 Oktober 2018

Ragu .

Sudah Benarkah Calon Istriku ?

Suganda – Rabu, 18 Rabiul Akhir 1430 H / 15 April 2009 22:50 WIB

Assalamu’alaikum wr.wb

Yang terhormat Bapak Satria Hadi Lubis, rencananya tahun depan saya akan menikah, tapi saya masih ragu terhadap keputusan calon pasangan saya untuk bisa menjadi seorang istri  yang baik yang bisa membimbing keluarga dan anak-anak sesuai dengan ajaran agama Islam. Perlu diketahui bahwasannya calon istri saya dulunya punya sifat cendrung nakal, tetapi Alhamdulillah sampai saat ini saya dan keluarganya sedikit banyak telah berhasil mengarahkannya ke jalan yang benar meskipun belum 100 %.Adapun yang menjadi pertanyaan saya adalah :

Dengan cara yang bagaimana sehingga saya bisa meyakinkan hati saya bahwasanya calon istri  saya memang benar-benar sudah siap untuk menikah dan menjadi seorang istri yang baik yang bisa membimbing keluarga dan anak-anak sesuai/berdasarkan ajaran agama ISalam …??

Adakah cara yang bisa menjamin agar nantinya saya sudah berumah tangga calon istri saya tidak lagi terjangkit oleh sifat nakalnya yang mungkin pada saat ini belum bisa 100 % di hilangkan …??

Sebelumnya, atas bimbingan dan jawaban Bapak berikan saya ucapkan terima kasih…

Wassalamu’alikum wr.wb

Saudaraku yang dirahmati Allah SWT, Anda bimbang apakah calon isteri Anda sudah benar-benar baik dan dapat menjadi isteri yang sholihah kelak. Kebimbangan ini menurut saya adalah hal yang wajar, dan hal ini bukan saja terjadi pada diri Anda tapi banyak pasangan lain yang akan menikah. Mungkin kekhawatiran yang sama juga ada di pihak wanita, apakah calon suaminya dapat menjadi suami yang sholih dan mampu membimbing isteri dan anak-anaknya kelak untuk mencapai ridho Allah SWT.
Saudaraku, agar Anda dapat mengurangi kebimbangan tersebut (untuk menghilangkannya 100% mungkin sulit ya. Apalagi menjaminnya. Karena tidak ada seorang pun yang tahu masa depan orang lain), maka Anda dapat memperhatikan perilakunya sekarang ini. Apakah ia benar-benar sudah banyak berubah dan meninggalkan kebiasaan buruknya di masa lalu? Apakah ia lebih sering membicarakan hal-hal yang positif tentang dirinya, tentang hubungannya dengan Anda dan tentang masa depannya berdua dengan Anda? Jika jawabannya iya, Anda tidak perlu ragu lagi untuk menikahinya. Masa lalunya yang kelam jangan lagi diingat-ingat, apalagi sampai diungkit ketika suatu ketika Anda berselisih dengannya. Hal itu hanya menambah persoalan. Beri dia kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Jika ia saat ini belum berubah 100% maka tugas Anda lah untuk membimbimbingnya dengan penuh kesabaran. Jika Anda sabar, insya Allah Anda akan mendapatkan pahala yang berlimpah ruah dari Allah SWT karena bersedia dengan sabar membimbing orang lain (apalagi orang tersebut adalah orang yang Anda cintai).
Jika Anda ingin agar perubahan isteri lebih cepat ajak ia untuk lebih sering mendengarkan ceramah agama secara rutin (mengikuti pengajian). Misalnya, dengan mengajak nya ikut organisasi pemuda/remaja mesjid, perkumpulan majelis ta’lim, atau forum-forum tarbiyah (pengajian) yang ada di kantor/kampus tertentu. Sebaiknya hal ini Anda lakukan sebelum menikah dengannya. Jangan tunggu memperbaiki calon isteri setelah menikah dengannya dengan alasan saya belum ‘berhak’ mengaturnya. Lakukan lebih dini sebelum menikah, sehingga Anda dapat mengetahui apakah ia benar-benar ingin berubah atau tidak. Orang yang ingin sungguh-sungguh berubah biasanya dengan ringan akan meninggalkan kebiasaan lamanya,
Perlu diketahui juga bahwa seseorang itu akan berubah karena tiga faktor : lingkungan yang baik, coach (pembimbing) yang sabar dan doa yang intensif dari orang-orang yang mencintainya. Lakukan bimbingan dengan gigih kepada calon isteri Anda tersebut. Anda harus mempunyai slogan, “jika ia (calon isteri Anda) sabar untuk tidak berubah dengan cepat, saya harus lebih sabar lagi membimbingnya. Ayo kita berlomba siapa yang paling sabar di antara kita!”. Saya percaya, banyak masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan asalkan kita lebih sabar menghadapi permasalahan tersebut.
Demikianlah saran saya dan semoga bermanfaat.

Salam Berkah!

(Satria Hadi Lubis)

Mentor Kehidupan

Kala Ragu Datang Melanda, Apa yang Harus Dilakukan???
Bimbang dan ragu terkadang datang menghampiri kita makhluk-Nya. Menandakan betul betapa lemah dan rapuhnya kita. Untuk mengambil keputusan sekecil apapun, bersitan rasa ragu hadir. Ragu dan bimbang ketika dihadapkan pada dua atau banyak pilihan. Entah akhirnya menjadi besar atau kemudian sirna.

Banyak yang ketika saat untuk memilih pasangan hidup tiba menjadi ragu-ragu dan bimbang. Begitu halnya dengan saya dulu. Aduh, betul tidak pilihan saya? Kata jangan-jangan masih terekam di benak. Gelisah…. bingung…. gimana enaknya ya. Menerima yang satu dan menolak yang lain tanpa alasan syar’i kadang menimbulkan perasaan berdosa. Wajar tidak ya?

Kebebasan untuk memilih calon pasangan itu bukan saja pada laki-laki, namun kita muslimah juga punya hak untuk memilih dan juga hak untuk menolak, meski alasannya misal hanya masalah tampang yang kurang menarik. Hal itu dibenarkan dan ada dasarnya dari sumber hadits yang terpercaya, misalnya hadits berikut ini:

Dari Ibnu Abbas berkata bahwa Jamilah binti Salul mendatangi Nabi dan berkata,
“Demi Allah, aku tidak mencela Tsabit (suaminya) dalam masalah agama dan akhlaqnya. Namun aku membenci kekufuran dalam Islam.”
Maka Rasulullah Saw berkata,
“Apakah kamu siap untuk mengembalikan kebun kepada suamimu?”.
Dia menjawab, “Ya”.
Maka beliau memerintahkan Tsabit untuk mengambil kebun Jamilah tanpa tambahan”. (HR Ibnu Majah).

Dalam riwayat Tabari dijelaskan bahwa yang menjadi alasan Jamilah untuk minta cerai dari suaminya itu adalah karena suaminya (Tsabit bin Qais) kulitnya hitam legam, pendek dan mukanya jelek.
Dari Khansa’ bin Khadam Al-Anshariyah bahwa ayahnya menikahkannya dan dia seorang janda dan dia tidak suka. Maka dia datang kepada Rasulullah dan ditolaklah nikahnya. (HR. Bukhari 9: 194).

Yang lebih bikin pusing justru ketika pilihan sudah dijatuhkan, eh keraguan masih ada. Ya.. Allah kenapa rasa mantap itu masih belum ada ya. Malah bikin tambah puyeng.
Allah memberikan kita alternatif dengan sholat istikharah. Dia yang Menguasai hati dan Maha membolakbalikannya. Kalaupun hasilnya masih nihil mungkin kita harus introspeksi akan kualitasnya. Siapa tahu masih dikotori oleh keinginan dan kecondongan pribadi. Belum tentu yang menurut pandangan kita dan manusia umumnya jelek, itu yang jelek menurut Allah juga sebaliknya. Allah tidak mengenal fungsi waktu, Allah yang Maha Tahu yang terbaik bagi kita. Kita minta dari-Nya yang terbaik bagi diri kita.

Saya belajar bahwa keraguan identik dengan rasa takut. Takut menghadapi konsekuensi dan resiko dari pilihan kita. Apa jadinya kalau pilihan saya salah.
Belum terjadi apa-apa sudah cemas. Bayangan-bayangan buruk lantas berseliweran. Di sini kita perlu memaknai betul-betul arti tawakkal. Berserah diri pada-Nya semata. Keraguan dihembus-hembuskan syetan untuk menjauhkan kita dari rasa tawakkal. Keyakinan tidak ada yang bakal terjadi kecuali dengan ijin Allah. Kepasrahan dalam tingkat yang seutuhnya. Bahwa kita ini makhluk, hamba-Nya.
Ketika permintaan kepada Allah untuk dimantapkan hati sudah dilakukan dan keputusan diambil. Dapat dikatakan sudah selesai tugas kita. Kita telah membulatkan niat dan menguatkan ikhtiar. Pasrahkan semuanya pada-Nya. Berprasangka baik pada-Nya.

Kembali soal pasangan hidup, Allah sendiri sudah menjamin, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”. (Al-Qur’an 24:26).
Apakah pasangan hidup kita sebanding dan cukup baik bagi kita? Keimanannya bagus, rupawan, kaya, hanif? Tentunya kita bisa mendapatkannya sesuai dengan janji Allah tersebut jika kita pun meningkatkan kesholehan kita, keimanan kita, dan kualitas kita. Jika kita pun sebanding dengannya. Seperti apa kita, seperti itu juga cerminan pasangan hidup kita.
Semoga Allah memberikan kita kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi segala ‘ketidakpastian’ dunia, dan senantiasa diberi kemampuan untuk bertawakkal pada-Nya. Amien ya Rabbal ‘alamin.
Wallahu’Alam bishshowab.

“Dan nikahkanlah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak nikah di antara hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya, dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui”. (An Nur: 32)
Di copas dari blog seorang Ukhtiy…
NB dari ukhtiyfillah:
Jadi kesimpulah yang dapat di ambil dari pelajaran kita hari ini adalah,
Bahwa muslimah pun memiliki hak yang sama dalam memilih dan menentukan calon pasangan hidupnya. Ia berhak menolak jika ia tidak memiliki ketertarikan hati dengan calon pasangannya meskipun hal tersebut hanya berupa alasan fisik. Dan hal tersebut dibenarkan serta memiliki dasar berupa hadist-hadist terpercaya dari Rasulullh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Saat keraguan datang tanpa alasan yang jelas dalam memilih calon pasangan hidup yang akan menemani selama hidup meski tak ada lagi faktor yang menguatkan untuk kita menolaknya, maka hal yang bisa dilakukan adalah meminta petunjuk dari Allah dengan shalat istakharah. Karena hanya Allah yang paling mengetahui apa yang terbaik buat kita.
Yakin dan resapi makna ayat “...wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)…” (Al-Qur’an 24:26). Maka kita pasti akan semakin yakin.
Nah insyaAllah jika sudah melakukan hal itu semua maka yakin deh perasaan ragu dalam diri kita akan berkurang sedikit demi sedikit. Wajar jika masih terbetik sedikit rasa ragu dihati. Karena itulah fithrahnya manusia. Dan mungkin juga bisikan-bisikan dari setan yang berusaha menghalang-halangi kita dari mengerjakan sunnah menikah yang mulia ini.
Terakhir, ukhtiyfillah ucapkan, selamat mencoba tips-tips ini bagi ukhtiy yang berniat akan segera melepas masa kesendiriannya. Barakallahu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar