Kamis, 13 Desember 2018

SOLO

Allah maha mengetahuai, ambil hikmahnya kaya akan nikmat bekal .

Usahamu tidak berarti apapun jika.allah tidak memberimu yang terbaik .

I don't know what looks like it is gonna be .

I just feel tired for people doesn't apreciate me .

Naon sih nu jadi masalah jang maneh can kawin ? Termakan ilusi yang anda buat sendiri .

Sementara .

Nikmati waktumu ketika masih sendiri .
Konsekuensi.

Rencana itu harus tetap ada meskipun pasangannya belum ada .

Bahaya Hidup Membujang

By Saad Saefullah  Last updated 5 Juli 2017
0
Share
Advertisements
SUNGGUH, hampir saja kaki kita tergelincir kepada maksiat-maksiat besar kalau Allah tidak menyelamatkan kita. Dan kita bisa benar-benar memasukinya (na’udzubillahi min dzalik tsumma na’udzubillahi min dzalik) kalau kita tidak segera meniatkan untuk menjaga kesucian kemaluan kita dengan menikah. Awalnya menumbuhkan niat yang sungguh-sungguh untuk suatu saat menghalalkan pandangan mata dengan akad nikah yang sah. Mudah-mudahan Allah menolong kita dan tidak mematikan kita dalam keadaan masih membujang.

Rasulullah Muhammad Saw. pernah mengingatkan:

“Orang meninggal di antara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.”

Rasulullah Saw. juga mengingatkan bahwa, “Sebagian besar penghuni neraka adalah orang-orang bujangan.”

Seorang laki-laki yang membujang harus menanggung beban syahwat yang sangat berat. Apalagi pada masa seperti sekarang ini ketika hampir segala hal memanfaatkan gejolak syahwat untuk mencapai keinginan. Perusahaan-perusaan obat memanfaatkan gambar-gambar wanita untuk menarik pembeli. Perusahaan-perusaan rokok juga memanfaatkan gadis-gadis muda yang seronok untuk mempromosikan rokoknya di stasiun-stasiun dengan merelakan diri mengambilkan sebatang rokok sekaligus menyalakan apinya ke laki-laki yang sedang lengah ataupun sengaja “melengahkan” diri.

Tidak sekadar sampai di situ, acara-acara TV, radio bahkan artikel-artikel kesehatan dan olahraga di koran dimanfaatkan untuk mengekspos rangsang pornografis demi meningkatkan oplah. Kadang malah acara-acara keislaman yang diselenggarakan organisasi keislaman, tanpa sadar tergelincir untuk untuk ikut memanfaatkan hal-hal semacam ini lantaran ikut-ikutan dengan prosedur protokoler di TV.

Maka, tak semua dapat menahan pikiran dan angan-angannya. Dorongan-dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita konsentrasi. Daya serap terhadap ilmu tidak tajam. Apalagi untuk shalat, sulit merasakan kekhusyukan. Ketika mengucapkan iyyaKa na’budu wa iyyaKa nasta’in yang muncul bukan kesadaran mengenai kebesaran Allah yang patut disembah, melainkan bayangan-bayangan kalau suatu saat telah menikah. Malah, sebagian membayangkan pertemuan-pertemuan.

Shalat orang yang masih belum menikah memang sulit mencapai kekhusyukan, apalagi memberi bekas dalam akhlak sehari-hari. Barangkali itu sebabnya Rasulullah Muhammad Saw. menyatakan, “Shalat dua rakaat yang didirikan oleh orang yang menikah lebih baik daripada shalat malam dan berpuasa pada siang harinya yang dilakukan oleh seorang lelaki bujangan.”

Maka, bagaimana seorang yang masih membujang dapat mengejar derajat orang-orang yang sudah menikah, kalau shalat malam yang disertai puasa di siang hari saja tak bisa disejajarkan dengan derajat shalat dua rakaat mereka yang telah didampingi istri. Padahal mereka yang telah mencapai ketenangan batin, penyejuk mata dan ketenteraman jiwa dengan seorang istri yang sangat besar cintanya, bisa jadi melakukan shalat sunnah yang jauh lebih banyak dibandingkan yang belum menikah. Maka, apa yang bisa mengangkat seorang bujangan kepada kemuliaan di akhirat?

Alhasil, membujang rasanya lebih dekat dengan kehinaan, sekalipun jenggot yang lebat telah membungkus kefasihan mengucapkan dalil-dalil suci Al-Qur’an dan Al-Hadis. Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah, “Orang meninggal di antara kalian yang berada dalam kehinaan adalah bujangan.” Bujangan. Tanpa seorang pendamping yang dapat membantunya bertakwa kepada Allah, hati dapat terombang-ambing oleh gharizah (instink) untuk memenuhi panggilan biologis, oleh kerinduan untuk mempunyai sahabat khusus yang hanya kepadanya kita bisa menceritakan sisi-sisi hati yang paling sakral, serta oleh panjangnya angan-angan yang sulit sekali memangkasnya. Dalam keadaan demikian, agaknya sedikit sekali yang sempat merasakan khusyuknya shalat dan tenangnya hati karena zikir. Dalam keadaan demikian, kita bisa disibukkan oleh maksiat yang terus-menerus. Sesekali dapat melepaskan diri dari maksiat memandang wanita ajnabi (bukan muhrim), tetapi masuk kepada maksiat lainnya. Pikiran disibukkan oleh hal-hal yang kurang maslahat, sedang mulut mengucapkan kalimat-kalimat yang memiriskan hati.

RELATED POSTS
Kalau Pacaran untuk Nikah
1 tahun lalu
Hindari Zina dengan Menikah, tapi Harus Tahu Ilmunya
1 tahun lalu
Ini Ciri-ciri Laki-laki yang Cocok Jadi Suami
1 tahun lalu
Bahaya Hidup Membujang
1 tahun lalu
PREV  NEXT  1 of 3

Di saat seperti ini, kita dapat merenungkan sekali lagi peringatan Rasulullah Muhammad yang terjaga. Dalam sebuah hadis yang berasal dari Abu Dzar r.a., Rasulullah Saw. menegaskan:

“Orang yang paling buruk di antara kalian ialah yang melajang (membujang), dan seburuk-buruk mayat (di antara) kalian ialah yang melajang (membujang).” (HR Imam Ahmad dalam Musnadnya, diriwayatkan juga oleh Abu Ya’la dari Athiyyah bin Yasar. Hadis ini dha’if, begitu ‘Abdul Hakim ‘Abdats menjelaskan).

Semoga Allah ‘Azza wa Jalla melindungi kita dari kematian dalam keadaan membujang, sementara niat yang sungguh-sungguh untuk segera melangsungkan pernikahan, belum tumbuh. Semoga Allah Swt. menolong mereka yang telah mempunyai niat. Kalau belum lurus niatnya, mudah-mudahan Allah mensucikan niat dan prasangkanya. Kalau telah kuat tekadnya (‘azzam), semoga Allah menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Kalau mereka masih terhalang, mudah-mudahan Allah melapangkan dan kelak memberikan keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.

Ingatlah terhadap hal-hal yang sangat dikecam dan diberikan peringatan mengenai bahayanya, biasanya Islam memberikan penghormatan yang tinggi untuk hal-hal yang merupakan kebalikannya. Kalau membujang sangat tidak disukai, kita mendapati bahwa menikah mendekatkan manusia kepada surga-Nya. Ketika dikabarkan kepada kita bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah bujangan, kita banyak mendapati di dalam hadis tentang kemuliaan akhirat dan bahkan keindahan hidup di dunia yang insya-Allah akan didapatkan melalui pernikahan. Seorang yang menikah, berarti menyelamatkan setengah dari agamanya. Bahkan, bagi seorang remaja, menikah berarti menyelamatkan dua pertiga dari agamanya.

Kita menjumpai hadis yang memberikan pertanyaan retoris sebagai sindiran, “Apa yang menghalangi seorang mukmin untuk mempersunting istri? Mudah- mudahan Allah mengaruniainya keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illaLlah.” Maka kita juga menjumpai hadis-hadis yang menjaminkan kepada kita yang ingin menikah demi menjaga kehormatan dan kesucian farjinya.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., seorang penulis yang selalu memberi penawar, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.” (HR. Thabrani)

Dalam hadis lain dalam derajat shahih, Rasulullah Saw. bersabda:
“Tiga golongan orang yang pasti mendapat pertolongan Allah, yaitu budak

mukatab yang bermaksud untuk melunasi perjanjiannya, orang yang menikah dengan maksud memelihara kehormatannya, dan orang yang berjihad di jalan Allah.” (HR Turmudzi, An-Nasa’i, Al-Hakim dan Daruquthni).

Masih ada hadis senada. Namun demikian, ada baiknya kalau kita alihkan perhatian sejenak kepada peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah, “Bukan termasuk golonganku orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah kemudian ia tidak menikah.” (HR Thabrani).

Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang memiliki keyakinan. Tanpa keyakinan, ilmu akan kosong maknanya. []

Sumber: Kupinang dengan Hamdallah/Muhammad Fauzhiel Adhiem

Hindari Zina dengan Menikah, tapi Harus Tahu Ilmunya

By Saad Saefullah Last updated 23 September 2017
0
Share
Advertisements
Menikah bukanlah hal yang gampang dijalani, bukan pula hal yang terlalu susah untuk dilaksanakan. Di zaman ini manusia sudah tidak terlalu mengindahkan syariat islam. Hal ini dilihat dari banyaknya anak muda yang terjerumus ke dalam hal yang melanggar syariat seperti pacaran.

Harus diketahui bahwa laki-laki atau wanita yang memilih menikah itu lebih terhormat dibanding mereka yang berpacaran. Namun ketika Anda memutuskan menikah, sebaiknya Anda juga mempersiapkan apa saja hal yang harus diketahui ketika menikah kelak.

Karena walaupun mampu menafkahi belum tentu bisa mengimami, maka ilmu agama dan kepemimpinan mesti dipersiapkan. Jangan sampai mandi junub saja tidak mengerti, baca Qur’an saja tidak bisa. Bagaimana mau bimbing keluarga? Karena nanti di akhirat suami akan dimintai pertanggungjawaban.

Begitu pula apabila seorang wanita memutuskan untuk menikah, banyak hal yang harus ia pelajari agar kehidupan rumah tangganya berjalan dengan baik.

RELATED POSTS
Kalau Pacaran untuk Nikah
1 tahun lalu
Ini Ciri-ciri Laki-laki yang Cocok Jadi Suami
1 tahun lalu
Memilih Calon Suami Berdasarkan Adab Islam, Ini Dia
1 tahun lalu
Jika Usia Ibnu Mas’ud Tinggal Sepuluh Hari Lagi
1 tahun lalu
PREV  NEXT  1 of 2

Ketaatan terhadap suami lebih diutamakan bagi seorang istri, karena dengan taat kepada suami, seorang istri dijanjikan masuk surgaNya Allah dari pintu mana pun.

Seorang isri juga harus mau belajar, karena kelak akan menjadi ibu dan menjadi madrasah bagi anak-anaknya.

Akhi, Ukti, yang mau menikah banyak, yang siap nikah belum tentu. Yang siap nikah juga ada, tapi yang pantas menikah belum tentu. Maka, persiapkan sejak dini. Dan semua berawal dari benarnya memilih pasangan. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar