Selasa, 14 Maret 2017

Soulmate



Sambil berjalan.

Can dipanggihkeun, can waktuna.

Jodoh, Antara Takdir dan Usaha

By Redaksi Konsultasi -

Nov 10, 2010

    

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Saya akhwat berusia 31 tahun. Di usia ini saya betul-betul sedih, cemas dan gelisah karena belum menikah. Saat masih kulaih saya mempunya teman dekat lelaki Katolik, sebenarnya banyak yang menegur pilihan saya. Saya sangat setia dengannya, bahkan banyak lamaran ikhwan yang saya tolak, ada juga dari luar negeri yang bersedia menjadi muallaf.

Saya tak bergeming dan tetap jalan dengannya hingga selesai kuliah dan dia kembali ke negeri seberang. Kami punya komitmen untuk menikah di KUA. Kemudian, dia datang dengan keluarganya untuk melamar saya, tapi dengan syarat menikah di gereja. Keluarga saya menolak mentah-mentah dan marah besar, kalau saya tetap nekad, maka saya tak akan diakui oleh keluarga. Saya jelas tidak berani menentang keluarga disamping telah kecewa dan waspada dengan trik-trik dari keluarga lelaki teresbut. Saya lebih memilih mempertahankan akidah, walau setelah itu sempat shock berat dan mulai pesismis dan putus asa menghadapi hidup. Berkat dorongan keluarga dan merenungkan arti hidup, saya mulai bisa menerimanya dan berusaha semakin mendekat kepada Allah. Saya memperbanyak dzikir, doa dan memperdalam Islam. Pertanyaan saya:

Apa yang dimaksud dengan jodoh dan apabila Allah telah menetapkannya, namun apakah jika tanpa usaha tak akan mendapatkannya? Apakah jika beda agama bukan jodoh, lalu bagaimana yang telah terlanjur menikah?

Bila ingat masa lalu, begitu banyak penyesalan. Bagaimana cara menghilangkannya dan tetap optimis?

Apakah saya masih bisa mendapatkan jodoh? Dan apakah belum menikahnya saya karena kesalahan nsaya masa lalu atau memang sebuah takdir?

Demikian pertanyaan saya, terima kasih atas jawabannya. Semoga bisa menegaskan hati saya bahwa Allah mempunyai rencana lebih baik juga sebagai pelajaran tentang misi kristenisasi.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Jawaban:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah. Karena pada akhirnya Ukhti lebih memilih langkah yang dapat menentukan keselamatan Ukhti, membebaskan diri dari bencana yang amat menakutkan, hidup dalam pelukan lelaki kafir. Sebuah kondisi yang paling buruk bagi seorang wanita muslimah. Para ulama, dari madzhab dan golongan manapun, sepekat mengharamkan wanita muslimah menikah dengan pria kafir, dalam kondisi dan dengan alasan apapun.

Apa yang Ukhti alami tidak lain adalah petualangan panah iblis, yakni saat syahwat cinta menggoda hati seorang anak manusia terhadap lawan jenisnya. Disebut panah iblis atau syahwat cinta, karena cinta kasih itu muncul sebelum sepasang manusia dihalalkan untuk berduaan, hidup bersama, karena mereka belum terikat tali pernikahan.

Petualangan panah iblis ini memang sebuah perangkap setan yang amat halus, namun memiliki hasil menakjubkan, membuat seseorang bisa melakukan apa saja demi cinta. Karena, ia sudah seperti yang digambarkan al-Quran yang artinya, “Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.” (Qs. al-Furqan: 43).

Syahwat dan hawa nafsu itulah yang dia sebut sebagai cinta dan yang dia jadikan sebagai Tuhannya.

Tapi biarlah, semuanya sudah terlewati. Ukhti sudah berhasil selamat, dengan taufiq dari Allah. Semoga Allah memberikan ketahanan dalam jiwa Ukhti, untuk tetap bersabar menghadapi segala godaan syahwat tersebut, sehingga betul-betul selamat di dunia dan di akhirat.

Masalah jodoh, memang rahasia ilahi. Seperti disebutkan dalam hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, di saat manusia masih berada dalam perut ibunya, “Kemudian diperintahkan malaikat untuk menuliskan rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, kebahagiaan atau kesengsaraannya…”

Jodoh, termasuk rezeki seseorang. Jadi memang sudah ditentukan oleh Allah semenjak manusia belum diciptakan, dan sudah ditulis di Lauh Mahfuzh. Dalam hal ini, kita tidak diperintahkan untuk memikirkan tentang takdir tersebut, tapi hanya diperintahkan untuk berusaha. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Beramallah, masing-masing akan dimudahkan melakukan apa telah dituliskan baginya.” (Riwayat Muslim).

Sebenarnya, berusaha atau tidak berusaha, jodoh sudah ditetapkan. Tapi masalahnya bukan itu. Bahwa kita tetaplah dianggap berbuat keliru, bila kita tidak berusaha. Yang dituntut oleh Allah dari kita adalah upaya, ikhtiar dan niat baik. Jodoh tetap Allah yang menentukan. Jadi soal jodoh, rezeki dan takdir kita tidak berhak mengurusnya, tapi kita hanya diperintahkan untuk berusaha. Dengan upaya yang benar dan niat yang bersih itulah, kita akan diberi pahala. Hasilnya, Allah yang menentukan.

Penyesalan terhadap kekeliruan masa lalu, justru harus tetap ada. Karena hakikat taubat adalah penyesalan. Salah satu syarat taubat adalah menyesali perbuatan dosa yang dilakukan. Dan penyesalan itu muncul, karena adanya rasa takut terhadap siksa dan murka Allah. Tapi, jangan biarkan penyesalan itu mengganggu pikiran, sehingga mengganjal kreativitas. Selain rasa takut, kita juga harus memiliki rasa berharap-harap, atau rajaa. Yakinlah bahwa Allah akan mengampuni segala dosa-dosa Ukhti, dosa-dosa kita semua. Sambutlah hari esok dengan penuh rasa percaya diri. Lakukanlah perbaikan diri secara bertahap, mulai keyakinan, ibadah, hingga adab pergaulan. Semakin dekat dengan Allah, Ukhti akan semakin memperoleh ketenangan batin yang sejati.

Sekali lagi, persoalan jodoh berada di tangan Allah, kita hanya diperintahkan untuk berusaha. Selama Ukhti menjaga kehormatan dan berupaya memperbaiki diri, insya Allah, Ukhti akan mendapatkan jodoh yang sesuai dengan harapan. Wanita baik akan dipertemukan dengan pria yang baik. Asalkan niat tulus selalu dijaga. Peliharalah kualitas ibadah, dan tingkatkan dari waktu ke waktu. Sehingga saat pernikahan tiba, Ukhti dalam kondisi iman terbaik, dan pilihan Ukhti juga lebih didasari oleh luapan iman, bukan desakan nafsu dan syahwat.

Ketika seseorang terlambat mendapatkan jodoh, semua sudah suratan dari Allah. Soal kekeliruan, kelalaian, atau keteledoran, itu semua hanya jalannya saja. Jalan yang menyebabkan kita kesulitan mendapatkan jodoh. Kalau itu kita lakukan dengan sengaja, kita berkewajiban bertaubat. Taubat itu sudah menghapus segalanya, bila dilakukan dengan tulus. Dan dengan taubat, pengalaman masa lalu (meskipun pengalaman maksiat) menjadi pelajaran berharga. Setidaknya, agarUkhti lebih berhati-hati terhadap bujuk rayu iblis. Agar Ukhti juga menjaga anak-anak Ukhti kelak, untuk tidak terjerumus ke dalam kesalahan yang sama. Dan bisa jadi, Allah menyimpan jodoh yang paling layak untuk Ukhti, yang paling mampu memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang jodoh itu tidak bisa didapatkan kalau Ukhti mencarinya di waktu dulu. Artinya, keterlambatan itu bisa jadi membawa hikmah besar. Hikmah yang muncul, karena Ukhti bertaubat. Artinya, segala kekeliruan itu tetap saja kekeliruan. Tapi dengan taubat, seseorang mampu mengambil hikmah di balik kekeliruan itu. Kalau tanpa taubat, semua tidak berarti apa-apa.

Itu terbukti, bahwa pengalaman itu memberitahukan salah satu dari bahaya laten kaum Nasrani yang menyebarkan misi kristenisasi. Betapa wanita-wanita muslimah, menjadi target paling utama dalam misi tersebut. Di antaranya melalui perkawinan dengan pria-pria Kristen. Demikian juga kaum prianya. Saat seorang muslim atau muslimah yang berpacaran dengan wanita atau pria Kristen masih beranggapan bahwa ia memperjuangkan cinta sejati, pihak Nasrani malah sedang berkeyakinan bahwa mereka sedang menjalankan misinya. Betapa amat sengsaranya muslim atau muslimah yang terperangkap dalam perang pemikiran ini! Oleh sebab itu, bersyukurlah, karena Allah telah menyelamatkan Ukhti dari bahaya tersebut. Kini, bukalah lembaran baru. Soal jodoh, setidaknya di Surga nanti sudah menanti pasangan cinta abada untuk wanita muslimah yang taat. (Abu Umar Basyir)

Sumber: Majalah Nikah, Vol.04/No.07/2005
Dipublikasikan dengan pengubahan tata bahasa seperlunya oleh redaksi www.konsultasisyariah.com

Read more https://konsultasisyariah.com/3128-jodoh-takdir-usaha.html

Mungkin 5 Hal Ini yang Jadi Penyebabnya

27 November 2016

 Mustika Karindra

 3,089  1

http://dylandsara.com

Menunggu jodoh datang rasanya mirip-mirip menunggu hujan di musim kemarau. Kadang kamu merasa hujan sudah akan turun. Tapi ternyata awan hujan hanya lewat sebatas menabur mendung dan angin. Ada sedikit rasa kecewa. Apalagi untuk soal jodoh, kamu sendiri tak henti-hentinya berjuang. Kamu merasa sudah mengusahakan semua hal. Tapi sayangnya jodohmu sendiri belum juga datang.

Lalu sebenarnya apa yang salah atau apa yang kurang dari usahamu? Kenapa saat sudah merasa sesiap ini, belum jugadipertemukan? Bisa saja beberapa alasan ini terlewat kamu renungkan.

1. Kamu mungkin berupaya terlalu keras. Padahal kadang jodoh datang dengan cara tak terduga

Jodoh seperti bintang jatuh yang kadang tak terduga viadylandsara.com

Membenahi diri, mulai dari penampilan sampai pribadi supaya terlihat menyenangkan sudah kamu lalui. Membuka diri ke lingkungan yang lebih luas pun tak kurang-kurang. Selama ini kamu fokus dengan semua usaha pencarian jodoh. Seolah jodoh adalah salah satu perjuangan penting di hidup yang harus diupayakan dengan keras. Tapi sayangnya setelah melalui itu semua, dia tak juga datang. Membuatmu resah dan berpikir, apa mungkin perjuanganmu kurang keras?

Padahal jodoh sendiri seperti bintang jatuh, yang sering muncul tanpa prediksi. Toh mau kamu usahakan dengan keras atau pikirkan sampai kepalamu panas, kalau memang belum waktunya, tak bisa dipaksakan juga. Jalani saja porsi hidupmu yang ada sekarang dengan baik. Sambil terus percaya, dia pasti datang kelak.

BACA JUGA

UNCATEGORIZED

Sulitkah Menjalin Hubungan Dengan Seorang dari Keluarga Broken Home?

2. Siap menjalin hubungan, tapi ternyata belum selesai dengan urusan dirimu. Ada hal-hal yang harus diperjuangkan dulu olehmu

Ada yang harus diperjuangkan dulu selain jodoh viaunsplash.com

Aku udah siap buat nikah sekarang. Tapi jodohnya belum datang.


Sering kali kamu merasa sangat siap untuk menjalin hubungan, bahkan bukan yang sekadar pacaran. Kadang kamu sendiri membayangkan bagaimana kehidupan kelak saat harus berbagi peran. Ada rasa percaya diri, kamu sudah bisa diandalkan untuk saling berkompromi. Tapi nyatanya, kamu lupa urusan membagi waktu antara kerjaan, keluarga, teman atau diri sendiri saja masih keteteran. Kamu pun sering dibuat bingung dengan perjalanan karirmu ke depan.

Bukankah ini tanda, kalau sebenarnya urusan dengan dirimu saja belum selesai. Selama ini kamu sibuk mencari. Berbenah pun semata-mata demi jodoh. Sedangkan perjuangan untuk sisi lain hidupmu, seperti membangun karir dikesampingkan begitu saja. Kalau tak selesai begini, pantas saja dia belum datang.

3. Kadang kayakinanmu soal kesiapan ini bagian dari nafsu semata, saat melihat teman yang sudah berkeluarga

ternyata keyakinanmu hanya napsu semata viaunsplash.com

BACA JUGA

UNCATEGORIZED

Yakin Kamu Sudah Siap Menikah? Banyak yang Harus Disiapkan, Lho

Teman-temanmu kebanyakan sudah banyak menikah dan punya anak. Ada beberapa juga yang dalam proses perencanaan berumah tanga bersama pasangannya. Sedangkan kamu, pacar saja tak punya. Gebetan seringnya datang seperti hembusan angin, kencang di awal lalu hilang begitu saja.

Melihat keadaan yang seperti itu, diam-diam kamu meyakinkan diri sendiri bahwa kamu pun siap seperti mereka. Keyakinan ini seolah semakin kuat seiring dengan bertambahnya keinginan untuk memiliki pasangan. Kamu menggebu-gebu berjuang memantaskan diri, mengenal banyak orang, sampai sesekali tanpa segan meminta bantuan teman untuk mengenalkan dengan seseorang.

Apa ini yang disebut kesiapan yang murni naluri? Bukankah yang seperti ini terlihat seperti obsesi?


4. Urusan hati yang lalu belum tuntas. Sosok mantan masih kamu anggap sebagai patokan jodoh yang pantas

Kamu masih mencari sosok yang seperti mantanmu viadylandsara.com

Mungkin kamu bisa bilang, sudah move ondari mantan. Karena kamu sudah tak mengejar-ngejar dia lagi atau sudah biasa juga saat melihat sosoknya. Tapi sayangnya, sampai sekarang kamu masih mencari seseorang yang sosoknya mirip dengan mantan. Kamu pun sering membandingkan cowok yang kamu kenal sekarang dengan sosok mantan. Entah secara penampilan, cara berbicara, sampai sikap, dan pemikiran.

Hal seperti ini yang membuatmu lupa, kalaumove on itu soal beranjak sepenuhnya, termasuk bayang-bayang sosoknya. Sebab sosok mantan pun tak bisa kamu jadi patokan untuk mencari jodoh. Kamu harus berani mengenal orang baru, termasuk dengan kepribadian yang baru pula.

5. Klise, tapi jodoh memang di tangan Tuhan dan semesta. Dirimu bisa mencari dengan usaha, tapi semua tetap butuh restu dari-Nya

kamu mengamini, Tuhan dan semesta yang merestui viaunsplash.com

Sudah sering sekali kamu mendengar soal jodoh yang ada di tangan Tuhan. Klise, tapi memang pada akhirnya segala usahamu harus diserahkan kepada-Nya. Apa gunanya memperbaiki sikap, penampilan, dan meluaskan pergaulan dengan mengenal banyak orang baru, kalau kamu tak meminta restu dari-Nya?

Mau dipikirkan dan dirasakan sampai gregetan sendiri pun tak akan pernah selesai rasanya


Pada akhirnya menemukan pasangan itu tak hanya proses atau usaha yang kamu amini sendiri. Sedangkan sisanya kamu serahkan kepada Tuhan dan semesta. Kamu cukup bermodal percaya, kalau jodoh datang setelah ada restu dari-Nya.

Kalau kita mau tenang sebentar saja, sebenarnya urusan jodoh tak ada hitungan matematisnya. Dia bisa datang kapan saja, bahkan di saat yang tidak kita duga.


Merdeka.com - Kisah percintaan yang dialami setiap insan manusia selalu unik dan berbeda-beda. Banyak yang bernasib mujur dan tidak sedikit pula yang kurang beruntung jika sudah bicara soal jodoh.



Banyak orang yang berharap untuk segera dipertemukan dengan jodohnya, namun kadang kala hingga diusia senja tak pula kunjung mendapatkan jodoh.

Hingga banyak cara yang dilakukan orang untuk dapat menggapai jodoh yang dia inginkan, seperti ke biro jodoh, reality show bertajuk mencari pasangan, ataupun ke paranormal.

Biasanya, jodoh tak kunjung datang itu akibat dari pribadi yang tidak mau berusaha dan berbenah diri untuk mencari alasan mengapa jodoh tak juga menghampiri kita.

Padahal, sesuai dengan yang telah di janjikan oleh Allah bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, artinya Allah memang telah mempersiapkan seseorang untuk dijodohkan dengan kita.

Lalu mengapa jodoh tak kunjung datang? Di mana pasangan yang telah Allah janjikan? Apakah Allah telah ingkar dengan janjinya? Atau kita yang harus mengejar jodoh?

Tidak mungkin Allah ingkar, karena Allah maha menepati janji. Jadi, seandainya jodoh itu tak kunjung datang juga, mungkin saja ada yang salah dengan diri kita. Dari pada pusing untuk datang ke biro jodoh atau mencari dan mengejar jodoh melalui ramalan bahkan paranormal, lebih baik menunggu sembari berdoa agar diberikan jodoh yang terbaik oleh Allah.

Menurut Ketua Masjid Jami Al Muhajirin Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor, Soedjoko, jodoh merupakan suratan takdir yang telah ditentukan Allah sejak manusia lahir. Sehingga, sebagai manusia yang bertaqwa harusnya manusia berserah dan berdoa kepada Allah agar diberikan jodoh yang sholeh atau sholehah.

Pria yang akrab disapa Djoko ini juga mengatakan, jodoh itu memang benar-benar di tangan Allah. Artinya, kita tidak pernah tau kapan, di mana, bagaimana dan dengan siapa kita akan berjodoh.

"Tugas kita bukan untuk mencarinya (jodoh), tapi mempersiapkan diri untuk menerimanya. Ketika sudah siap menurut Allah, pastilah jodoh itu akan datang dari jalan yang tidak terpikirkan oleh kita," ujar Djoko saat berbincang dengan merdeka.com di pelataran Masjid Al Muhajirin, Minggu (25/11).

Untuk itu, lanjut dia, di dalam ajaran Islam tidak dianjurkan untuk berpacaran dengan segala alasan termasuk mencari kecocokan dan mengenal lebih dekat satu sama lain. Apalagi, tambah dia, dengan melakukan cara-cara yang tidak dianjurkan atau bahkan diharamkan di dalam Islam, seperti pergi ke paranormal untuk mendapat pasangan.

Lebih jauh dia memaparkan, yang perlu di garis bawahi adalah jodoh di tangan Allah. Jadi, jemputlah jodoh itu dengan cara-cara yang sesuai ajaran Islam, serta memohonlah agar Allah memberikan jodoh yang baik kepadamu.

"Dalam surat Asy-Syura ayat 83, Allah berfirman, Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku Hikmah dan pertemukanlah aku dengan orang-orang yang shaleh," terang dia.

Selain itu, kata Djoko, jodoh tidak dapat dihindari walau kita belum menginginkannya. Jodoh juga tidak dapat dikejar walaupun ketika kita terlalu menginginkannya.

"Oleh sebab itu, Allah menentukan jodoh kita, maka tidak layak bagi kita merasa bimbang atau grasa grusu karena belum dapat (jodoh), kalau sudah sampai waktunya, jodoh itu pasti akan datang sendiri," tegas dia.

Lalu bagaimana apabila kita sudah beranjak tua dan jodoh pun tak kunjung menghampiri?

"Firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 45, Dan jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya yang demikian itu amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Rabbnya, dan mereka akan kembali kepada-Nya," jelas dia.

Dengan ayat itu, lanjut Djoko, Allah memberi harapan bahwa setiap doa yang disampaikan pada-Nya dengan tulus dan sungguh-sunguh pasti akan dikabulkan.

Karena dengan bersikap sabar dan melaksanakan salat, kata Djoko, hal itu yang membentengi kita dari godaan syaitan yang berharap manusia salah langkah dalam masalah jodoh.

Untuk itu dia berharap, bagi siapa saja yang sulit dan belum mendapatkan jodoh untuk tetap bersabar dan bertawakal kepada Allah agar diberikan pasangan yang terbaik dan beriman.

"Jangan sampai anak-anak muda sekarang ingin punya pacar tapi pergi ke biro jodoh dan dukun, bukan mereka yang kasih kita jodoh kok," tutup dia.

Tapi, jangan sampai juga terlalu memaksakan diri. Agar kamu tak tersakiti, dengan dia yang kurang tepat untuk kamu cintai.



mencintai orang yang tak tepat  via lolosbarcelona.com


Perlu kamu tahu, konsep berusaha itu berbeda dengan memaksakan diri. Dalam berusaha kamu sadar jika hasilnya kelak tergantung dengan apa yang kamu upayakan. Ditambah lagi ada doa yang perlu kamu selipkan di sana. Sedang memanksakan diri tak lebih seperti seseorang yang kerasa kepala mempertahankan apa yang diinginkan, tanpa memikirkan usaha serta doa yang sesungguhnya.


Memaksakan diri pun sebenarnya membahayakan dirimu. Demi mengejar status berpasangan, kamu menjadi kurang jeli dan tak peduli, apakah orang yang kamu temui ini tepat atau layak untuk kamu cintai? Sudahlah menjemput jodohmu tak perlu memaksakan diri, agar kamu tak tersakiti dengan dia yang ternyata bukan jodoh tepatmu.


Berusaha menjemput jodoh tak harus berlebihan, kamu cukup memantaskan diri sebaik mungkin.



sudah pantaskah kamu via findspicture.com


Bukankah yang berlebihan itu tak baik?

Sama halnya dengan memaksakan diri. Saat kamu berlebihan menjemput jodohmu atau bisa dikatakan mengejarnya, kiranya justru kekecewaan yang mungkin kamu dapat. Pernah dengar pepatah Jawa? Alon-alon asal kelakon. Berusaha pelan-pelan saja bukan mengejarnya. Usaha yang kamu lakukan pun cukup memantaskan diri.


Pikirkan kembali, bagaiaman sekiranya jodohmu kelak? Apakah dirimu yang sekarang sudah pantas untuk dibanggakan olehnya? Paling tidak kamu perlu memiliki pencapaian yang membuatmu menarik dimatanya. Hidupmu pun perlu dipenuhi gairah untuk kehidupan yang lebih baik dan baik lagi di setiap waktunya. Dan pribadimu, sudahkah kamu menuntaskan segala persoalan dengan dirimu sendiri. Hingga kelak saat bertemu dengannya, pribadimu tak lagi sibuk dengan ke-aku-an semata, tapi sudah ke-bersama-an antara kamu dan dia.


Percayalah jodohmu di luar sana pun sedang mencari jalan, agar kalian lekas dipertemukan.



Dia pun mencari jalan untuk menemukanmu via pixabay.com


Sudah sejauh ini perjalananmu menghampiri dia. Masa iya kamu mau menyerah begitu saja? Diibaratkan, kamu itu sedang berada di medan perang, lalu tiba-tiba menyerah pada lawan, yang mestinya masih bisa kamu kalahkan dengan sedikit usaha lagi.


Percaya lah, jodohmu di luar sana pun sedang mencari jalan, agar kalian lekas dipertemukan. Kalian dipertemukan bukan karena sebuah kebetulan, tapi usaha yang maksimal. ingat saja puncak yang kamu tuju di sana sudah pasti menawarkan banyak keindahan yang belum kamu temui di sepanjang perjalanan ini.


Jadi, jemputlah jodohmu di tangan Tuhan. Jangan biarkan dia menunggu terlalu lama.

Mengatasi Galau dan Kecemasan Karena Belum Menikah

Sahabat, galau dan cemas karena belum menikah bisa menandakan adanya iman, tapi bisa jadi sebaliknya loh, galau karena ketiadaan iman.

Pernahkah merasa galau dan cemas karena belum menunaikan shalat saat sedang di perjalanan? Inilah galau yang disebabkan adanya iman. Khawatir tidak bisa mengerjakan shalat wajib karena kehabisan waktu di perjalanan.

Galau seperti ini bisa dihilangkan dengan adanya ilmu. Bagaimana maksudnya?

Ketika memahami bahwa ada keringanan shalat bagi orang yang berada dalam perjalanan, maka seharusnya tak usah lagi merasa cemas tho. Shalat bisa dijamak saat sampai di tujuan, atau bahkan bisa melaksanakan shalat di kendaraan jika sudah tahu ilmunya. Beres kan? Galau pun lenyap. In syaa Allah tetap bisa menunaikan shalat.

Kalau masih galau juga padahal sudah tahu ilmunya, ini namanya mempersulit diri sendiri atau mungkin yang bersangkutan memiliki kecemasan berlebihan, ini sejenis penyakit psikologis yang harus dihilangkan.

Yang paling parah adalah galau karena ketiadaan iman. Contohnya adalah berputus asa dari rahmat Allah.

"Allah pasti benci ke gue, Allah nggak bakalan maafin gue, jadi buat apa gue minta ke Allah?"

Kok bisa mikir gitu ya? Padahal rahmat dan ampunan Allah melebihi segala dosa makhlukNya. Fyi, putus asa dari rahmat Allah termasuk salah satu dosa terbesar loh.

Balik lagi ke kegalauan dan kecemasan karena belum menikah. Kalau kamu merasakan galau karena belum punya pasangan hidup, yuk cek... apa sih sebenarnya penyebab galaumu itu? Jangan sampai kegalauanmu itu berakar dari ketiadaan iman yaa...

Kita cek satu per satu penyebab galau :

1. Pengen Nikah tapi Belum Sanggup

Ini memang bakalan bikin galau. Udah pengeeeen tapi gak sanggup.

Akan tetapi perlu dikaji lebih jauh tidak sanggupnya di bagian mana, sekadar merasa belum siap? Belum mapan ekonomi? Atau ada persoalan lainnya?

Masalahnya, kalau tidak disanggupi, kapan sanggupnya?

Solusi sementara, perbanyak berpuasa dan segera mampukan diri. Yakin Allah akan memberi Pertolongan-Nya.

Baca juga: Wahai Muslimah yang Masih Melajang di Usia Galau, Tetaplah Memilih untuk Bahagia

2. Gampang baper dan belum ikhtiar secara optimal

Ada orang yang galau belum menikah karena memang gampang baperan.

Lihat undangan nikah orang lain langsung baper.

Lihat Drama Korea yang romantis langsung baper lagi. "Seandainya aku sudah menikah..."

Nah, perlu sekali menghentikan kebiasaan berandai-andai seperti itu! Karena itu celah masuknya setan ke hati kita. Buat yang gampang baperan, stop juga nonton film romantis, jaga pandangan, jaga hati!

Stop stalking sosmednya Alvin atau pasangan so sweet lainnya. Itu kayak cari penyakit sendiri. Ibaratnya orang asma tapi malah sengaja maen ke tempat penuh debu.

Perbanyak puasa, tak hanya puasa perut, tapi juga puasa mata, dengan berhenti nonton film-film provokatif.

Yakinlah bahwa setiap usahamu untuk menjaga hati akan mendapat ganjaran dahsyat dari Allah.

Tapi jangan lupa usaha untuk berproses taarufnya yaa... Jodoh itu mirip-mirip sama rezeki, sudah diatur Allah, tapi kalau nggak diupayakan yaa bagaimana tho?

Pengennya diem di kasur aja trus ada emas sekaligus mas-mas jatuh ke kamar kita dari langit gitu? Sayangnya hukum alamnya tidak begitu, kita perlu ikhtiar dulu.

Kalau tidak mau ikhtiar sekarang, yaa jangan baperan kalau orang-orang yang memang duluan ikhtiar akhirnya satu-satu mendahului kita menggenapkan separuh dien.

Untuk perempuan, ikhtiarnya bisa dengan minta tolong ke guru ngaji atau teman terdekat, minta dikenalkan dengan laki-laki yang berakhlak baik.

Untuk laki-laki, ikhtiarnya yaa banyak, kan mau jadi imam keluarga: Pastikan harta yang engkau peroleh benar-benar dari pekerjaan halal, perbaiki bacaan quran makhrojul huruf dan tajwidnya, juga beranikan diri melamar perempuan yang memang kau anggap cocok untuk jadi ibu dari anak-anakmu kelak.

Selain ikhtiar yang sifatnya langsung, perlu juga ikhtiar yang sifatnya langitan, yakni perbanyak infaq shodaqoh. Sudah berapa banyak sedekah bulanan yang dikeluarkan? Ini juga ikhtiar yang perlu dilakukan.

Kalau sudah ikhtiar optimal, yaa tak perlu galau...

Buat yang sudah ikhtiar optimal tapi masih juga galau, berarti masih kurang tawakal sama Allah. Ingat, bukan ikhtiarmu itu yang mendatangkan jodoh loh yaa... ikhtiar itu memang kewajiban kita sebagai hamba yang lemah. Hasil itu haknya Allah. Allah berhak untuk kabulkan seketika, atau sepuluh tahun lagi, itu hak Allah. Jadi ikhtiar pamungkas adalah dengan bertawakal.

3. Penyakit psikologis

Ada juga orang yang galau dan amat cemas belum menikah karena memang punya penyakit psikologis cemas berlebihan.

Untuk menyembuhkannya perlu diterapi, terapi paling sederhana adalah tidak mengikuti rasa cemas tersebut.

Dulu saya punya penyakit cemas yang agak berlebihan, sebentar-sebentar cek hape di dalam tas. Sudah tahu jelas ada hape di tas, tetap saja dicek terus-menerus. Pernah juga nge-cek pintu. Atau nge-cek motor di parkiran. Capek kan ya? Cemaaaas terus sepanjang hari.

Akhirnya sekarang berusaha cuek saja, tidak dicek terus-terusan. Lambat laun hilang juga cemasnya.

Nah, begitu juga bagi Sahabat yang memiliki penyakit cemas berlebihan, tidak usah diikuti rasa cemasnya. Kalau diikuti terus takkan habis, sepanjang hidup akan cemas melulu.

Masih jomblo, cemas belum nikah. Pas udah nikah, cemas belum punya anak. Sudah punya anak, cemas belum punya rumah dan mobil. Hidupmu bakal diisi oleh kecemasan beruntun tak habis-habisnya. Mau begitu?

Stop segera kecemasan itu! Pertebal keimanan, tawakal pada Allah. Fokus pada ranah kita sebagai manusia, yakni ikhtiar terbaik.

Dulu untuk menepiskan rasa cemas (karena saya memang punya target nikah usia 19 tahun) maka saya fokus pada ikhtiar 100 kali taaruf. Jadi galau karena gagal taaruf pun hanya hitungan hari saja. Harus cepat berproses taaruf lagi. Alhamdulillah baru taaruf ke-sekian sudah bertemu jodoh.

Saya punya keyakinan saat ada kemauan pasti Allah tunjukkan jalan, jadi berikhtiar sambil husnudzhon pada Allah itu perlu. Karena ada juga tipe orang yang berikhtiar sambil tetap merasa cemas... Jangan-jangan itulah golongan selanjutnya:

4. Kehilangan keyakinan pada Allah

Ini cemas yang berbahaya. Yakni ketika seseorang tidak beriman pada Allah atau mengimani hal yang keliru tentang Allah, berprasangka buruk pada Allah.

"Allah nggak mungkin menciptakan pasangan untuk saya, mana ada yang mau sama saya."

Pernyataan seperti itu mengindikasikan rendahnya kepercayaan diri, dan penghinaan terhadap ciptaan Allah, yakni dirimu sendiri.

Separah apa sih dirimu sampai berprasangka demikian buruknya bahwa Allah takkan mampu menghadirkan seseorang yang tepat untukmu? Hey, ada milyaran manusia di bumi ini. Masa' iya tidak ada yang bisa menerimamu apa adanya?

Waspadai galau dan cemas karena tidak yakin pada keMaha Kuasaan Allah! Ingat... Allah mengikuti prasangka hambaNya.

Kalau kamu pikir takkan ada yang mau menikahimu karena kamu tua, karena kamu miskin, karena kamu jelek, yaa jangan marah kalau Allah kabulkan pikiranmu itu.

Belajarlah meyakini Allah dan keMaha KuasaanNya. Tidak hanya di bibir, tapi juga di hati dan sikap!

Ada kok pria cacat yang bertemu jodoh wanita normal, yang sebaliknya juga ada.

Ada kok pria miskin bertemu jodoh wanita kaya raya, sebaliknya juga ada.

Semua kembali pada seberapa besar keyakinanmu padaNya. Kalau sudah yakin dengan seyakin-yakinnya... Semestinya tidak ada lagi kata galau. Yang ada hanyalah keinginan untuk memaksimalkan ikhtiar.

Pertama, apa sebenernya jodoh itu?


Imam Ghazali dalam karyanya yang berjudul Ihya Ulumuddin juga membahas tentang jodoh, “Allah menciptakan sebuah jiwa dan dibelah oleh-Nya, jiwa-jiwa yang terbelah itu beterbangan dibawah Arasy (Singgasana-Nya), kemudian Allah akan mempersatukan kembali belahan jiwa tersebut di dunia dengan ikatan pernikahan sesuai dengan takdir yang tertulis di Lauhul Mahfuzh”.  Dijelaskan juga dalam Quran Surat Ar-Rum Ayat 21 “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Pada intinya kamu sudah terlahir dengan belahan jiwamu, memang kamu tidak tau “siapa” bahkan dalam perjalanan kamu bertemu yang salah. Tapi pasti jodohmu tidak akan tertukar, kamu yang lagi galau percaya saja kalau sudah waktunya tiba, belahan jiwamu akan diperjalankan hatinya oleh Allah untuk memperjuangkanmu hingga kalian dipersatukan oleh takdir.


Kedua, belajar dari filosofi janur kuning


Dalam pernikahan adat Jawa janur kuning menjadi salah satu simbol yang wajib ada. Makna dari janur adalah “Sejaning ing nur (Illahi)” yang artinya jalan menuju cahaya Illahi,  lalu warna kuning memiliki filosofi “Kun-fayakun-Nya Allah” dan simbol dari “Kejernihan hati”. Filosofinya  secara utuh “Dua jiwa yang satu dengan kejernihan hati, ditakdirkan berjalan menuju cahaya Illahi”.  Dalam sebuah hadist juga dijelaskan bahwa dengan menikah, seorang muslim telah menyempurnakan separuh dari agamanya. Well, Setelah memahami filosofi ini, buat kamu yang segera ingin menikah, coba deh tanya dengan tulus sama dirimu “kenapa aku ingin menikah?”.  Kalau jawabanmu masih berkutat “ Karena udah bosan sendiri, karena aku udah mapan, atau karena umurku emang udah waktunya”. Please, koreksi lagi dan tata niatmu, Kamu harus bisa membedakan niat kamu menikah adalah nafsu atau  memang karena Allah. Pernikahan adalah ikatan yang sangat sakral karena tidak hanya hubungan dua insan atau dua keluarga, lebih dari itu pernikahan merupakan pertanggungjawaban pada Allah atas keluarga kecil yang akan kamu bangun nanti. Ketika  kamu memasuki fase kehidupan baru dalam pernikahan ada banyak tanggung jawab dan amanah baru dalam hidupmu dan pasanganmu, pada saat itu kalian harus dewasa tidak hanya secara emosional tetapi juga spiritual.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar