Kamis, 27 September 2018

Asumsi negatif

Sering Berasumsi Negatif pada Diri Sendiri? Begini Cara Mengatasinya

Inilah Cara Mengatasi Asumsi Diri

by  Yudi Setyadi
May 14, 2016, 9:25 pm
428 Views
Tidak semua orang bisa dengan mudah menemukan rasa percaya diri, karena sebagian yang lain masih harus membutuhkan waktu lebih lama guna berproses, hingga pada akhirnya bisa menemukan arti kepercayaan diri itu. Sehingga pada kondisi sedang berproses semacam inilah seseorang kadang akan berasumsi negatif pada dirinya sendiri.

Menganggap diri tak mampu menggapai satu hal yang menjadi target; belum mencoba tapi sudah merasa gagal; hingga kadang merasa putus asa yang berdampak merugikan diri sendiri, adalah beberapa hal yang menjadi bagian yang dimaksud dengan “berasumsi negatif pada diri sendiri.”

Ada beragam faktor yang membuat seseorang menjadi sering berasumsi negatif pada diri sendiri. Selain faktor internal karena kurangnya rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki, faktor eksternal seperti lingkungan, keluarga, pendidikan dan teman juga bisa menjadi pengaruh lainnya.    Jika kamu mengalami hal seperti ini, sering berasumsi negatif pada diri sendiri. Cobalah cara berikut ini untuk mengatasinya.

Jadikan Asumsi Negatif pada Dirimu Sebagai Tantangan

Sources: pixabay.com | CC0
Banyak orang sering keliru dalam memahami asumsi negatif pada dirinya sendiri, menganggapnya sebagai sebuah masalah yang akan sulit terpecahkan. Padahal asumsi negatif sebenarnya bukanlah masalah, dengan catatan jika kita bisa menganggapnya sebagai sebuah tantangan dalam hidup.

Tantangan yang harus dilalui adalah dengan berusaha terus menempa diri, demi menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Karena ketika kamu menganggap hal itu adalah bagian dari masalah, maka kamu hanya akan terjebak pada pemikiran yang pada akhirnya hanya menjadi beban. Tapi jika kamu menganggapnya sebagai tantangan, kamu akan memiliki semangat yang menjadi kekuatanmu untuk berusaha melewatinya.

Jika Kamu Menganggap Ada Sisi Lemah pada Dirimu, Ubahlah Menjadi Kekuatan

Sources: pixabay.com | CC0
Kadang kita merasa takut ketika hendak mencoba sesuatu hal yang baru, karena menganggap diri sendiri tidak mampu melakukannya. Dari sisi ketakutan itu, maka hal yang bisa kita sadari adalah terdapatnya sisi lemah dari diri kita, sebagai bagian yanng  dianggap sebagai sebuah kekurangan.

Jika belum pernah mencoba satu hal tapi sudah merasa takut gagal dan atau tidak mampu. Yakinlah kalau hal seperti ini hanya asumsi negatif pada diri sendiri yang belum terbukti kebenarannya. Menyikapi hal ini, ubahlah sisi lemah pada dirimu menjadi kekuatan yang mampu mendorongmu untuk mau mencoba!

Jika tidak pernah mencoba, kamu tidak akan pernah bisa membuktikan asumsi ini. Percayalah bahwa selalu ada kemungkinan untuk bisa berhasil. Dan jika pada akhirnya kamu mengalami kegagalan, setidaknya kamu telah berhasil melawan asumsi negatif yang kamu ciptakan sendiri. Pengalaman seperti ini akan menjadi pelajaran berharga bagi dirimu.

Jangan Memperburuk Asumsi Negatif pada Dirimu dengan Menambah Asumsi Negatif dari Orang Lain

Sources: pixabay.com | CC0
Seperti yang sudah disampaikan pada awal tulisan ini, selain faktor internal karena kurangnya rasa percaya diri pada kemampuan yang dimiliki. Faktor eksternal seperti lingkungan, keluarga, pendidikan dan teman juga bisa memengaruhi munculnya asumsi negatif pada diri sendiri.

Orang dengan latar belakang pendidikan rendah misalnya, sering diasumsikan oleh orang lain sebagai kekurangan yang memengaruhi kemampuan yang dimiliki. Padahal kemampuan seseorang yang sebenarnya, tidak bisa ditakar hanya dengan menggunakan standar pendidikan.

Di Indonesia kita mengenal Susi Pudjiastuti yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan. Dia adalah seorang menteri yang memiliki latar belakang pendidikan setingkat SMP. Tapi Susi Pudjiastuti bisa membuktikan kemampuan sebenarnya yang dia miliki dan mampu menginspirasi banyak orang. Bahkan sebelum menjadi menteri, dia adalah seorang pengusaha di bidang perikanan yang namanya sudah cukup tersohor.

Jika ada orang lain yang berasumsi negatif pada dirimu, jangan sampai hal ini memunculkan asumsi negatif atau semakin memperburuk asumsi negatif yang sebelumnya ada pada dirimu. Hal seperti ini justru harus bisa menjadi motivasi untuk bisa membutkikan kemampuan yang sebenarnya kamu miliki. Biarkan orang mau berkata apa, kamu lah yang tahu kemampuan sebenarnya yang kamu miliki.

Jadikan Asumsi Negatif Sebagai Cara untuk Mengevaluasi Diri Sendiri

Sources: pixabay.com | CC0
Ketika kamu memiliki asumsi negatif pada dirimu sendiri, waktu seperti inilah momen yang tepat untuk mengevaluasi diri sendiri. Asumsi negatif akan memunculkan banyak pertanyaan yang harus bisa kamu jawab sendiri.

Introspeksi dirilah dan lihatlah dirimu secara keseluruhan, karena kadang melihat diri sendiri dari sudut pandang yang berbeda juga diperlukan. Dengan begitu kamu bisa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang sesuai dengan potensi yang kamu miliki saat ini.

Apabila kamu sudah bisa melakukan hal-hal di atas, maka seharusnya kamu bisa berhenti berasumsi negatif pada diri sendiri. Bangunlah sikap optimis dan lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Setebal apa pun tembok yang menghadang di depanmu, pasti selalu ada cara untuk merobohkannya.

5 Tips Mengatasi Asumsi Negatif

Asumsi adalah menyimpulkan suatu masalah atau keadaan tanpa didasari bukti. Didalam kehidupan sehari-hari ada 2 macam Asumsi. Asumsi ada yang positif, ada yang negatif. Asumsi positif mampu memotivasi kita untuk menjadi lebih baik dan memacu kita untuk lebih berani menjalani proses hidup. Berani mencoba, berani gagal, berani bangkit lagi dan berani bertanggung jawab. Asumsi positif muncul dari pikiran yang positif. Berbeda dengan asumsi negatif yang muncul dari pikiran negatif. Asumsi negatif mengakibatkan orang menjadi mudah dirasuki ketakutan. Takut untuk mencoba hal baru, nggak mau keluar dari comfort zone, menjadi gampang menyerah padahal belum mencoba, segala sesuatu ingin serba instant sampai dengan melakukan kegiatan paling nggak penting yaitu bergosip ria.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita berasumsi dan sebagian besar adalah asumsi negatif yg merusak. Seringkali kita ribut dengan rekan kerja,teman,  pasangan karena suatu asumsi.Tanpa melakukan pengecekan kebenaran sesuatu kita sudah menyerang dan menghakimi pihak lain.

3 Bahaya Asumsi Negatif

1. Hilangnya sudut pandang Positif
Pada saat kita kehilangan sudut pandang Positif kita hanya akan melihat sisi Negatif pihak lain. Apapun penjelasan yang diberikan tidak akan mempan karena sudut pandang kita sudah negatif.Sudut pandang dipengaruhi oleh keyakinan dan pengalaman negatif yang pernah kita alami.Sebagai contoh seorang Tenaga Penjual mendatangi 3 pelanggan yang berprofesi sebagai guru untuk melakukan Demo Produk. Hasil yang diperoleh dari Demo tersebut tidak memberikan penjualan apapun , sehingga dia memutuskan tidak menjual produk tersebut ke Orang yang Berprofesi sebagai Guru. Siapa yang rugi ? Tenaga Penjual tersebut, dia rugi karena berasumsi bahwa produk yang dia jual pasti ditolak oleh Guru. Padahal jika berpikiran positif mungkin Guru tersebut masih punya kebutuhan lain bulan ini, siapa tahu bulan depan beliau akan membeli produk yang ditawarkan.

2. Bersikap Menyerang dan Menghindar

Jika kita berasumsi negatif pada orang maka kita pasti akan malas berbicara dengannya. Hal ini akan menciptakan Komunikasi yang Buruk.Bahaya jika terjadi di suatu Perusahaan antar karyawan saling berasumsi negatif sehingga suasana tidak kondusif dan cenderung saling menjatuhkan.Karena ada gosip kecil di kantor anda ikut-ikutan emosi dan mulai Bersikap menyerang kepada atasan. Sedangkan sikap membenarkan muncul saat kita tidak mau disalahkan atas keadaan yang ada. Sedangkan sikap menghindar akan muncul ketika seseorang tidak mampu menghadapi suatu permasalahan, sehingga pada saat ia dalam posisi terpojok, ia akan memilih untuk menghindar atau lari dari masalah tersebut.

3. Sumber Penyakit

Apabila kita dikendalikan oleh pikiran alam bawah sadar yang berhubungan dengan penderitaan, seperti rasa takut, khawatir, ragu-ragu, sedih, atau cemas, semua itu tanpa kita sadari akan berdampak pada tubuh kita sehingga dapat menimbulkan penyakit fisik dan psikis seperti pusing, sakit jantung, stroke, maag, stress, dan lain sebagainya.

Mencela, mengkritik, dan membanding-bandingkan merupakan racun mematikan, karena hal tersebut dapat membuat manusia terguncang, membelokkan diri dari tujuan hidup, mengaburkan impian, membuat hidup sengsara serta penuh penderitaan, dan hal sejenis lainnya.

Dari 3 Bahaya Asumsi Negatif kita dapat simpulkan kita tidak akan menjadi manusia yang baik jika masih memiliki Asumsi Negatif. Dibawah ini ada 5 Tips sederhana untuk bisa mengatasi asumsi negatif pada diri kita.

5 Tips Mengatasi Asumsi Negatif

1.Konfirmasi (Cek & Ricek)

Konfirmasi adalah tindakan untuk membuktikan kebenaran suatu asumsi. Konfirmasi bisa dilakukan dengan langsung bertanya kepada orang yang bertanggung jawab. Dengan melakukan konfirmasi maka kita tidak akan terjebak terhadap asumsi-asumsi yang negatif. Terkadang kita terlalu takut untuk melakukan konfirmasi, takut jika kita konfirmasi dianggap bodoh,cari muka dan takut ditolak . Hal inilah yang menjadi alasan tidak terjadinya komunikasi yang sehat. Contoh Kasus : Seorang karyawan yang ingin mengkonfirmasi keapada atasannya apakah boleh memberikan merchandise tambahan kepada pelanggan karena loyalitas. Saat anda melakukan  konfirmasi maka anda menghormati atasan anda. Coba bayangkan jika kita tidak konfirmasi maka kita akan terjebak asumsi sehingga hubungan dengan atasan memburuk karena masalah kecil.

2.Positive thingking

mari kita lebih memandang positif diri kita. Karena mungkin, diri kita lebih hebat dari yang kita bayangkan. Dan adakalanya, kita juga melihat kelemahan orang lain. Hal itu, sedikit banyak akan membuat rasa percaya diri kita menguat. Hal ini pernah dijadikan Ronald Frank (sang ahli cinta, pria idaman) sebagai cara untuk menaklukkan wanita.

Saat melihat wanita cantik yang terkesan sempurna, carilah kelemahannya, maka anda akan tahu bahwa anda sebenarnya masih berada dalam dunia yang sama dengan wanita tersebut.

Begitu kira-kira ucapannya.

Dan hal itu memang benar. Kadang, kita melihat seseorang yang begitu sempurna, sehingga kita merasa minder untuk bersaing, bekerja sama, ataupun berkonfrontasi dengan dia. Padahal jika kita melihat kelemahannya, kita akan tahu, bahwa kita juga memiliki kemampuan untuk sejajar dengan orang yang kita anggap sempurna tadi. Istilah Jawa yang terkenal untuk ini adalah,”Wong podho-podho mangan segone kok wedi?” (Orang sama-sama makan nasi kok takut?”

3.Tingkatkan kontrol diri
Jangan mudah emosi dan terpancing oleh hal yang belum jelas. energi anda akan habis untuk memikirkan hal tersebut. Padahal energi tersebut lebih berguna untuk memberikan yang terbaik untuk mencari solusi yang diperlukan.
Ada baiknya kita menemukan cara untuk memompa semangat kita. Apakah lewat membaca buku motivasi atau melihat video motivasi, atau mau lewat hangout bersama teman-teman, atau bahkan meminta dukungan dari orang-orang yang kita sayang. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan untuk menaikkan mood kita. Yang perlu kita lakukan, hanyalah mengetahui caranya, dan lakukan untuk menaikkan mood kita lagi. Setelah itu? Lanjutkan hal besar yang sudah kita mulai itu. Kita pasti bisa!

4.Bergaul dengan orang yang berpikiran positif
Teman-teman kita mempunyai dampak besar terhadap pola pikir dan cara pandang kita. Oleh sebab itu kita harus bisa memilih bergaul dengan orang yang berpikiran positif. Jauhkan diri dari orang-orang yang kerjanya takut melulu terus suka nakut-nakutin orang lain, suka bergosip dan mengarang bebas, mau tahu dan sok tahu urusan orang. Jauhkan diri dari apapun yang potensial membuat kita berasumsi negatif. Jangan jadikan kegiatan berasumsi negatif sebagai hobi. Masih banyak hobi lain yang jauh lebih bermanfaa

5.Mendekatkan diri pada Allah
Dengan mendekatkan diri pada Allah kita akan mempunyai hati yang bersih. Hati yang selalu berprasangka baik karena yakin semua yang ditakdirkaNya adalah yang terbaik bagi manusia.

cobalah fokus kerjakan apa yang diminta, jangan biarkan pikiranmu dikekang oleh asumsi-asumsi yang kamu buat sendiri.
Tidak ada aturan bahwa garis-garis tersebut harus ada dalam area kesembilan titik tersebut, jadi janganlah membuat asumsi sendiri. Ketika kita melepaskan asumsi tidak berdasar tersebut, kita akan dapat melihat jawaban yang tidak terlihat sebelumnya.
kalau Anda bisa menghilangkan asumsi-asumsi yang tidak relevan dan membatasi Anda, Anda akan dapat melihat solusinya dengan mudah.

Rangkuman:

Kita harus membebaskan diri kita dari asumsi-asumsi yang tidak relevan yang membatasi pikiran kita, dan kita akan temukan solusi-solusi dari masalah yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya.

ketika kita mengubah pola pikir kita dan membuang asumsi-asumsi yang tidak relevan yang membatasi kita, kita akan dapat melihat solusi yang dahulu kita tak dapat melihatnya

Perilaku merasa paling benar sejagat raya menunjukkan kesombongan dan ego. Biasanya, didasari dengan penilaian dan prasangka buruk pada orang lain. Dan juga keinginan untuk menunjukkan kelebihan diri pada orang lain.

Orang yang merasa dirinya paling benar, berpikir bahwa orang lain selalu salah. Padahal belum tentu.
Berikut tanda orang yang selalu merasa benar dan sering melakukan pembenaran diri:
- Setiap ada masalah, ia menyalahkan orang lain atau keadaan, bukannya memperbaiki diri.
- Sulit menerima masukan dari orang lain.
- Merasa dirinya yang terbaik, orang lain tidak ada apa-apanya.
- Sering menuntut orang lain untuk mengikuti kehendak hatinya.
- Sering membicarakan kelemahan orang lain.
Jika kita adalah pelaku yang selalu merasa paling benar, sudah saatnya untuk instropeksi diri, jangan sampai perilaku itu membuat kita semakin jatuh jauh dalam jurang kesombongan. Ingat, saat kita merasa benar, orang lain belum tentu salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar