Selasa, 12 Juni 2018

Jobless

Apa ajasih akibat akibat dr tidak memiliki pekerjaan ?

Masih ada waktu .

Menerima, teu sare nganggur, sare nganggur .

Stres merupakan masalah kesehatan yang sering dialami oleh kebanyakan masyarakat perkotaan. Biasanya hal tersebut disebabkan karena beratnya tekanan yang harus ia jalani dalam pekerjaannya. Tapi selain pekerja, stres juga bisa dialami oleh para pengangguran terlebih lagi saat mereka sudah menganggur dalam waktu yang cukup lama sementara rekan-rekannya yang lain sudah bisa menghasilkan. Kondisi seperti itu tentu akan memicu munclunya stres terlebih lagi saat mereka sudah mulai kehabisan tabungan sementara kebutuhan hidup semakin lama semakin meningkat. Apakah Anda mengalami stres karena belum dapat pekerjaan? Anda ingin mengatasinya? Berikut ulasannya.

Untuk mengatasi stres karena menganggur Anda bisa melakukan beberapa cara, antara lain:

Terima Keadaan Anda

Hal yang paling pertama harus Anda lakukan untuk mengatasi stres yang Anda alami adalah memahami kondisi Anda saat ini, dengan memahami diri maka Anda akan menjadi pribadi yang bisa mengatasi rasa iri terhadap rekan-rekan Anda yang sudah bekerja dengan begitu Anda bisa mengatasi dan menekan rasa sakit hati Anda. Tidak dapat dipungkiri menjadi pengangguran memang sangat tidak mengenakkan dan bisa menimbulkan rasa iri hati yang bisa memicu stres.

Berhenti Meratapi Diri Anda!

Saat Anda susah mendapat pekerjaan, kebanyakan orang mulai menyalahkan diri mereka sendiri. Bahkan beberapa diantaranya mulai meratapi nasibnya sebagai pengangguran. Sebaiiknya Anda mengatasi perasaan tersebut karena hal seperti itu justru akan memicu diri Anda untuk tidak merubah kondisi menjadi lebih baik. Maka dari itu untuk mengatasi tekanan batin Anda, hal mutlak yang Anda lakukan adalah berhenti meratapi diri Anda. Lakukanlah langkah yang terbaik demi perubahan dalam diri Anda.

Berbagi Kisah dengan Orang Terdekat Anda

Menganggur memang akan membuat Anda mengalami banyak tekanan yang bisa memicu stres. Nah, untuk mengatasinya Anda bisa sedikit berbagi kisah dengan orang-orang terdekat Anda, baik itu bersama sahabat maupun keluarga Anda. Dengan begitu mereka akan lebih memahami kondisi Anda, bahkan mereka juga bisa menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah Anda.

Sibukkan Diri Anda

Sebenarnya ada banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan selama menganggur. Hal tersebut bisa Anda manfaatkan untuk mengatasi masalah Anda, sibukkan diri Anda dengan berbagai macam kegiatan yang positif sembari Anda merencanakan karir Anda. Tidak menutup kemungkinan pula dalam kegiatan Anda ada orang lain yang ternyata butuh tenaga Anda.

Tolak ukur .

Pada titik tertentu, daek teu daek, ngeunah teu ngeunah, urg bakal digawe .

1. Bersikap senang
Buku bisa membuat bahagia (Foto:Thinkstock)
Jangan jadikan hal ini sebagai sebuah beban yang berat. Kamu harus melihat dari sudut pandang yang berbeda. Seenggaknya, ada beberapa hal yang bisa kamu nikmati. Beberapa di antaranya adalah kamu bisa bangun siang dan enggak perlu khawatir dengan telepon dari atasan. Anggap saja ini sebagai momen kebahagiaan yang harus disyukuri.
Terjebak di dalam rumah selama satu hari penuh bisa membuat kamu stres dan frustasi.
Nu nggeusmah nggeus we mereun lain rejekina , pusing .

Dalam Islam Tidak Mengenal Kata Pengangguran
Adi Supriadi, MM dalam rubrik Opini Pada 27/08/17 | 21:49
dakwatuna.com – Suatu hari ketika Imam Abu Hanifah sedang berjalan-jalan melalui sebuah rumah yang jendelanya masih terbuka, terdengar oleh beliau suara orang yang mengeluh dan menangis tersedu-sedu. Keluhannya mengandung kata-kata, “Aduhai, alangkah malangnya nasibku ini, agaknya tiada seorang pun yang lebih malang dari nasibku yang celaka ini. Aku seorang pengangguran. Sejak pagi belum datang sesuap nasi atau makanan pun di kerongkongku sehingga seluruh badanku menjadi lemah lunglai. Oh, manakah hati yang belas ihsan yang sudi memberi curahan air walaupun setitik.”

Mendengar keluhan itu, Abu Hanifah merasa kasihan. Beliau pun kembali ke rumahnya dan mengambil bungkusan yang akan diberikan kepada orang itu. Dia pun sampai ke rumah orang itu dan melemparkan bungkusan yang berisi uang kepada si malang tadi lalu meneruskan perjalanannya. Di saat yang sama, si malang terkejut mendapati sebuah bungkusan yang tidak diketahui dari mana datangnya. Lantas, beliau tergesa-gesa membukanya. Setelah dibuka, ternyata bungkusan itu berisi uang dan secarik kertas yang bertulis, ” Hai manusia, sungguh tidak wajar kamu mengeluh sedemikian itu, kamu tidak perlu mengeluh tentang nasibmu. Ingatlah kepada kemurahan Allah SWT dan cobalah bermohon kepada-Nya dengan bersungguh-sungguh. Jangan suka berputus asa, hai kawan, tetapi berusahalah terus.”

Keesokan harinya, Imam Abu Hanifah lewat ke depan rumah itu lagi. Suara keluhan itu terdengar lagi, “Ya Allah Tuhan Yang Maha Belas Kasihan dan Pemurah, sudilah kiranya memberikan bungkusan lain seperti kemarin, sekadar untuk menyenangkan hidupku yang melarat ini. Sungguh jika Tuhan tidak memberiku, akan lebih sengsaralah hidupku, wahai penentu nasibku.”

Mendengar keluhan itu lagi, Abu Hanifah pun melemparkan lagi bungkusan berisi uang dan secarik kertas dari luar jendela itu, lalu dia pun meneruskan perjalanannya. Orang itu sangat gembira mendapat bungkusan itu. Lantas ia membukanya.

Seperti dahulu juga, di dalam bungkusan itu tetap ada carikan kertas lalu dibacanya, “Hai kawan, bukan begitu cara memohon, bukan demikian cara berikhtiar dan berusaha. Perbuatan demikian ‘malas’ namanya. Putus asa kepada kebenaran dan kekuasaan Allah. Sungguh tidak ridha Tuhan melihat orang pemalas dan putus asa, enggan bekerja untuk keselamatan dirinya. Jangan berbuat demikian. Hendaklah bekerja dan berusaha karena kesenangan itu tidak mungkin datang sendiri tanpa dicari atau diusahakan. Orang hidup tidak boleh duduk diam tetapi harus bekerja dan berusaha. Allah tidak akan mengabulkan permohonan orang yang malas bekerja. Allah tidak akan mengkabulkan doa orang yang berputus asa. Sebab itu, carilah pekerjaan yang halal untuk kesenangan dirimu. Berikhtiarlah sedapat mungkin dengan pertolongan Allah. Insya Allah, akan dapat juga pekerjaan itu selama kamu tidak berputus asa. Nah, carilah segera pekerjaan. Saya doakan semoga cepat sukses.”

Setelah selesai membaca surat itu, dia termenung. Dia insaf dan sadar akan kemalasannya karena selama ini dia tidak berikhtiar dan berusaha.

Keesokan harinya, dia pun keluar dari rumahnya untuk mencari pekerjaan. Sejak hari itu, sikapnya pun berubah mengikut peraturan-peraturan hidup (Sunnah Tuhan) dan tidak melupakan nasihat orang yang memberikan nasihat itu.

Ilustrasi. (sumberilmupsikologi.blogspot.co.id)
Islam Bukan Agama Pengangguran
Dalam Islam tidak ada istilah pengangguran, karena setiap Muslim diajarkan untuk rajin dan menolak semua kemalasan, dimana buktinya ? Buktinya kita diminta bangun sebelum Subuh untuk Sholat Tahajud dan Sholat Fajar. Kita diminta melangkahkan kaki ke Masjid dalam keadaan kondisi gelap, dalam keadaan dimana banyak manusia bermalas-malasan. Kita dilarang meminta-minta bahkan dalam kondisi miskin sekalipun. Apakah ini tidak cukup menjadi bukti bahwa dalam Islam dilarang menjadi pemalas dan dilarang keras menganggur, karena menganggur hanyalah untuk para pemalas, dan para pemalas adalah orang-orang yang tidak beragama dengan benar, tidak ada Iman dan Islam didadanya, tidak ada keyakinan bahwa ketika dia bertekad kuat, Allah SWT akan membantunya dalam berikhtiar.

Pengangguran hanyalah sebuah istilah yang digunakan oleh orang yang picik dan jumud. Islam mengajar kita untuk maju ke depan dan bukan mengajarkan kepada kita untuk tersisih di tepi jalan. Terus berusaha wahai pemuda, jadikan dirimu yang terbaik, karena pengangguran hanya untuk orang-orang yang tidak beriman. (adikalbar/dakwatuna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar