Hidup bukan tentang kesempurnaan, hidup tentang berusaha (melakukan) .
Fokus pada proses, bukan hasil
Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, orang yang perfeksionis terlalu terobsesi terhadap hasil, terutama hasil yang sempurna. Hal ini membuatnya lupa terhadap proses mencapai hasil itu.
Nah, jika Anda orang yang perfeksionis dan ingin menghindari atau menghilangkan kecenderungan itu, mulai sekarang geser fokus Anda. Jika tadinya Anda terlalu berfokus pada hasil, sekarang berfokuslah pada proses.
Buatlah sedemikian sehingga menjalani proses menjadi hal yang menyenangkan. Caranya, kontrol pikiran Anda. Biarkan semuanya terjadi sebagaimana adanya. Tidak perlu menilai dan membandingkan posisi Anda (yang sedang menjalani proses) dengan tujuan akhir Anda.
Membandingkan posisi Anda (yang sedang menjalani proses) dengan tujuan akhir Anda akan membuat pikiran bawah sadar Anda menilai bahwa Anda belumlah bahagia karena belum mencapai tujuan itu.
Mengapa demikian? Karena saat Anda menjadi orang yang perfeksionis, secara tidak sadar, Anda menetapkan bahwa syarat kebahagiaan Anda yaitu manakala Anda telah berhasil mencapai tujuan. Dengan pandangan yang seperti itu, maka secara tidak sadar pula, Anda akan memandang bahwa Anda tidak akan bahagia kecuali Anda telah berhasil mencapai tujuan itu. Nah, ini artinya, saat Anda belum mencapai tujuan Anda, yakni saat Anda sedang menjalani proses, Anda pun berpikir bahwa Anda belumlah bahagia. Ini menyebabkan proses menjadi perjalanan yang tidak menyenangkan dan justru penuh tekanan. Inilah yang telah dijelaskan oleh Thomas Sterner dalam bukunya yang berjudul The Practicing Mind: Developing Focus and Discipline in Your Life.
“Jika selalu menunggu segala sesuatunya sempurna baru melakukan sesuatu, maka kita tidak akan memulai apapun” –Ivan Turgenev
Pernahkah Anda bertemu dengan orang yang perfeksionis? Atau mungkin Anda sendiri adalah seorang perfeksionis? Orang yang perfeksionis itu seringkali sangat menyukai kerapian dan keteraturan. Maka dari itu, tak jarang mereka selalu mencegah dirinya membuat kesalahan (kebutuhan untuk menjadi sempurna). Misalnya, ketika membuat laporan dan mereka melihat terdapat kesalahan pengetikan (typo), maka mereka pasti akan melakukan print ulang laporan tersebut agar tidak terdapat kesalahan dan hasilnya rapi. Sifat ini seringkali membuat mereka menunda pekerjaan dan lama dalam menyelesaikannya.
Sebenarnya, Apa itu Perfeksionis?
Menurut Jennifer Kromberg, seorang psikolog dan terapis, perfeksionis adalah dorongan yang terus-menerus dalam diri seseorang untuk memiliki segala sesuatu yang berjalan dengan sempurna, misalnya dalam hal akademik dan kehidupan sehari-hari.
Ini loh, 5 Karakteristiknya!
Anda orang yang sangat kompetitif hampir dalam semua hal.
Kebanggaan yang Anda rasakan bersifat sementara, maka Anda perlu terus melakukan usaha yang lebih lagi dalam bekerja.
Anda yakin jika hasil kerja Anda sempurna, maka akan menghasilkan kedamaian dan ketenangan dalam diri (fokus pada hasil, bukan proses).
Ketika Anda tidak melakukan sesuatu dengan sempurna, itu artinya Anda gagal (berpikir hitam-putih; benar-salah; berhasil-gagal).
Anda meyakini bahwa orang akan menghargai dan mengagumi Anda hanya jika Anda berhasil mencapai hasil tertinggi/sempurna dalam suatu tugas/pekerjaan.
Perfeksionis itu Baik atau Buruk, ya?
Di satu sisi, menjadi perfeksionis itu merupakan sesuatu yang baik karena dapat menghasilkan kualitas tugas yang sempurna. Akan tetapi, individu yang perfeksionis seringkali mengalami berbagai permasalahan secara psikologis. Misalnya, ekspektasi yang terlalu tinggi terhadap pasangan untuk menjadi sempurna, terkadang membuat pasangan merasa tertekan, sedangkan dirinya seringkali merasa kecewa dan marah. Dalam lingkungan pertemanan pun mereka seringkali menjadi kompetitif dan kaku.
Kebutuhan untuk selalu sempurna ini juga seringkali menyebabkan mereka merasa cemas dan lelah sepanjang waktu karena selalu merasa bahwa pekerjaan mereka belum sempurna. Jika mereka tidak berhasil mencapai standar diri yang tinggi/sempurna tersebut, maka mereka akan menjadi kecewa terhadap diri sendiri.
Sebuah penelitian oleh Hewitt dan Flett mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara perfeksionis dan masalah kesehatan mental, yaitu depresi dan gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia.
Bagaimana Cara Mengatasinya?
Berpikir lebih realistik:
“Tidak ada orang yang sempurna”; “Saya sudah melakukan hal terbaik yang saya bisa”; “Membuat kesalahan bukan berarti saya bodoh atau gagal”.
Berpikir dari perspektif orang lain:
“Tidak meraih nilai A pada mata kuliah ini merupakan hal yang wajar bagi orang lain karena mata kuliah ini memang dikenal sangat sulit”.
Lihat secara gambaran besar:
“Apakah hal ini sangat berpengaruh?”; “Apa kemungkinan terburuk yang dapat terjadi?”; “Jika hal terburuk tersebut terjadi, apakah saya masih dapat melaluinya?”
Seseorang yang terlalu perfeksionis dapat merasa cemas sepanjang waktu. Karena itu, terlalu perfeksionis dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental. Untuk mengatasinya, seorang perfeksionis dapat mengurangi standarnya menjadi lebih realistis.
Mengurangi standar sendiri bukan berarti tidak memiliki standar. Memiliki standar yang realistis dapat membantu Anda untuk menghasilkan kualitas terbaik dalam berbagai aspek kehidupan, seperti keluarga, pertemanan, dan kesehatan mental.
Sudah tahu ‘kan, kalau ternyata sifat perfeksionis—yang sering dibanggakan dalam CV itu—bisa jadi berbahaya kalau nggak diarahkan dengan baik? Kalau belum tahu, baca artikel ini dulu, ya.
Nah, gimana caranya supaya kita terhindar dari stres, depresi, dan penurunan produktivitas yang bisa disebabkan sifat perfeksionis? Berikut beberapa tips dari organisasi non-profit asal Kanada, AnxietyBC.
1. Kenali sifat perfeksionis kamu
Orang-orang perfeksionis cenderung menganggap bahwa ketidaksempurnaan = kegagalan. Mereka juga menganggap bahwa kesalahan-kesalahan kecil yang mereka buat bisa berakibat fatal, dan merasa sangat gagal kalau nggak berhasil mencapai target mereka sendiri.
Akibatnya, selain gampang stres, orang yang perfeksionis kronis punya kebiasaan menunda pekerjaan. Kenapa? Karena dia selalu merasa harus mengerjakan semuanya dengan sempurna, sehingga dia selalu membayangkan bahwa setiap pekerjaan yang harus dia lakukan pasti makan banyak waktu, penuh effort, dan berat. Ujung-ujungnya, pekerjaannya ditunda-tunda terus, deh, meskipun pekerjaannya sebenarnya gampang banget.
Kalau kamu punya sifat ini, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah kasih tahu dirimu sendiri: it’s okay to make mistakes! Bikin salah itu nggak apa-apa, lho, apalagi kalau kesalahan-kesalahannya sepele. Juga jangan serba takut mengambil kesempatan, gara-gara takut gagal! Kegagalan itu bagian dari perjalanan hidup, kok! Keep that in mind, ya.
2. Coba lihat “kegagalanmu” dari sudut pandang orang lain
Ketika kamu merasa gagal melakukan sesuatu, bayangkan kalau kamu berada di posisi orang lain. Misalnya, ketika kamu merasa gagal membuat tugas kelompok yang “sempurna”, bayangkan kalau kamu adalah teman sekelompokmu. Apakah dia bakal menganggap tugas kelompok kalian benar-benar gagal, apalagi sampai menyalahkan kamu? Atau mungkin dia menganggap “kegagalan” tersebut wajar banget, karena nothing will ever be perfect? Saya yakin, teman kamu pasti punya pikiran yang kedua.
Lagi-lagi, ingatkan dirimu sendiri bahwa bikin kesalahan itu nggak apa-apa banget, dan nggak ada manusia yang sempurna.
3. Lihat masalah kamu secara keseluruhan
Kalau kamu khawatir tentang sebuah kekurangan dalam pekerjaan kamu, coba ingat tujuan utama pekerjaan tersebut. Apakah kekurangan kamu tersebut mempengaruhi usaha untuk mencapai tujuan utama pekerjaan itu? Kalau nggak, berarti kekhawatiran kamu nggak perlu dipermasalahkan.
4. Kompromi dengan target pribadi
Walaupun mungkin awalnya terasa sulit, cobalah turunkan standar kamu, wahai para perfeksionis! Kalau terus-terusan ngotot, kamu bakal sangat kelelahan. Padahal kamu juga manusia biasa yang butuh istirahat. Kalau sampai jatuh sakit, justru semua kegiatan kamu bakal terhenti, dan itu lebih gawat ‘kan?
Perfeksionis maladaptif
Ini adalah jenis perfeksionis yang terlalu berlebihan dan tidak sehat. Perfeksionis tipe ini cenderung terlalu sibuk dan terlalu fokus memikirkan kesalahan yang dilakukan sebelumnya. Selain itu, mereka merasa ketakutan akan melakukan kesalahan, terlalu memikirkan harapan tinggi orang lain terhadapnya, membandingkan diri sendiri dengan orang lain, takut terhadap penolakan, merasa tidak yakin dengan diri sendiri, tidak yakin apakah upaya yang dilakukannya sudah tepat.
Dikatakan tidak sehat, karena perilaku ini cenderung menimbulkan reaksi yang berlebihan, bisa menyebabkan stres, dan berujung depresi. Misalnya, saking takutnya tidak dapat memenuhi harapan orang lain, perfeksionis jenis ini dapat mengalami sakit perut yang intens ketika ingin menjalani tes atau melakukan presentasi.
Perilaku perfeksionisme maladaptif sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, termasuk merasa tidak bahagia, merasa rendah diri yang berlebihan, gangguan makan, insomnia, hingga gangguan obsesif kompulsif.
Orang Perfeksionis Gampang Stres
Senin, 16 April 2018 | 07:00 WIB
KOMPAS.com - Orang yang menganggap dirinya perfeksionis biasanya keras pada diri mereka sendiri ketika hal-hal tidak berjalan sesuai keinginan mereka. Sifat ini memang diperlukan pada beberapa hal, tapi jika standar kita terlalu tinggi lama kelamaan kita justru jadi depresi.
Menurut Jackie Chan, seorang psikolog dari The Hong Kong Psychological Counselling Centre, perfeksionisme adalah sikap atau keyakinan bahwa tidak boleh ada kekurangan dalam pekerjaan atau kemampuan seseorang.
Biasanya si perfeksionis menetapkan standar yang tinggi - kadang tidak realistis - bagi dirinya sendiri, dan menganggap diri gagal ketika tidak dapat memenuhi standar tersebut.
Seringkali pencarian kesempurnaan dimulai sejak usia muda , terutama ketika mereka memiliki orangtua atau figur otoritas lain seperti guru, yang menetapkan kesempurnaan sebagai standar yang diinginkan.
Kesalahan apa pun yang dibuat biasanya akan berbuah kritik, teriakan, bullying, atau bahkan hukuman fisik. Akibatnya mereka tumbuh dengan hasrat untuk menyenangkan dan menerima pujian dari orang lain. Mereka juga percaya bahwa harga diri mereka terikat dengan prestasi mereka.
Media, masyarakat luas dan keyakinan budaya juga dapat berkontribusi pada keinginan untuk menjadi "sempurna".
Perfeksionisme juga dicirikan oleh evaluasi diri yang terlalu kritis dan khawatir tentang penilaian dan kritik orang lain.
Meskipun tidak ada yang salah dengan mengejar standar yang tinggi, menjadi teliti, atau menginginkan semua hal berjalan dengan cara tertentu, namun sikap ini sebenarnya punya efek negatif.
Efek paling nyata dari sifat tersebut berupa tindakan menyakiti diri sendiri, sindrom kelelahan kronis, gangguan obsesif-kompulsif, insomnia, gangguan stres pasca-trauma, gangguan kecemasan sosial, kecemasan dan depresi.
Riset terbaru dari Australian Catholic University juga menemukan bahwa sifat perfeksionis menyebabkan depresi.
Tentu kita tidak ingin kerja keras kita untuk mencapai level kesempurnaan menjadi bumerang bagi kesehatan mental.
Para ahli menyebutkan, sikap mencintai diri sendiri, atau praktik kebaikan diri, dapat melemahkan hubungan antara perfeksionisme dan depresi.
Dr Madeleine Ferrari, seorang psikolog, mengatakan bahwa orang-orang yang menyalahkan diri sendiri ketika mereka membuat kesalahan atau gagal mencapai standar tinggi dapat disebut "maladaptif perfeksionis". Kondisi tersebut merupakan pemicu kelelahan dan depresi.
Baca :6 Cara Hilangkan Kesepian Saat Depresi Melanda
"Sikap belas kasih dan peduli pada diri dapat membuat orang perfeksionis terhindar dari depresi, baik pada remaja atau orang dewasa," kata Ferrari.
Saat ini, banyak orang dewasa dan remaja berada di bawah tekanan besar untuk memenuhi standar yang sangat tinggi, baik dalam kehidupan pribadi mereka maupun di sekolah dan tempat kerja.
Ketika mereka menjadi terlalu fokus pada kesalahan, frustrasi dan marah pada diri sendiri saat gagal memenuhi harapan yang dibuat sendiri, risiko untuk mengalami depresi sangaltlah besar.
Berdasarkan laporan CNN tahun 2017, World Health Organization (WHO) umumkan jika depresi menjadi penyebab utama masalah kesehatan dan ketidakmampuan di seluruh dunia. Angka penderita depresi ini telah naik lebih dari 18 persen sejak 2005.
Depresi mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir dan berperilaku. Gejalanya antara lain seperti kehilangan minat dalam hobi, perasaan tidak berharga, konsentrasi yang buruk, ketidakmampuan untuk membuat keputusan, hingga gairah seks rendah.
Perfeksionis, dapat diartikan sebagai suatu keyakinan dari dalam diri seseorang bahwa segala sesuatu yang dikerjakan atau dilakukan haruslah dalam keadaan lengkap dan sempurna sesuai dengan harapan.Dalam bentuk patologisnya, perfeksionis adalah suatu keyakinan bahwa apabila terdapat pekerjaan atau output yang kurang sempurna tidak dapat diterima.
Hamachek mendeskripsikan ada dua jenis perfeksionis. Yang pertama perfeksionis normal, yaitu memperoleh kesenangan atau kepuasan yang sangat nyata apabila dapat mengerjakan sesuatu dengan baik dan hasilnya sesuai dengan harapan. Untuk perfeksionis normal mungkin ini banyak ditemui disekitar kita. Orang dengan perfeksionis normal pada umumnya senang akan tantangan. Yang kedua perfeksionis neurotik, orang dengan kasus ini tidak dapat merasakan kepuasan, karena dimata mereka sendiri mereka tidak pernah dapat melakukan segala sesuatu dengan cukup baik untuk menjamin kepuasan mereka. Orang seperti ini cenderung mengalami ketegangan kompulsif dan tanpa henti menuju pada tujuan yang tak mungkin dicapai, serta menilai diri sendiri sepenuhnya dalam hal produktivitas dan prestasi.
Di dunia ini begitu banyak perfeksionis. Walau tidak dalam segala hal, mungkin dalam beberapa hal tertentu. Seperti dalam hal tuntutan tugas sekolah atau mungkin pekerjaan. Secara pribadi saya juga cukup perfeksionis, selalu menetapkan standart dan target tertentu dalam melakukan sesuatu, tak jarang pula mengalami kekecewaan apabila ada tugas atau pekerjaan yang tak terselesaikan dengan baik. Hm… bagaimana dengan kalian? Apakah kamu juga terdeteksi sebagai makhluk perfeksionis? Mari kita cek dari sepuluh tanda atau ciri perilaku perfeksionis dibawah ini:
Kamu terlalu sadar dan terlalu kritis dengan segala kesalahan. Selain itu kamu juga memandang suatu hal terlalu mendetil.
Kamu bertujuan untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal yang kamu lakukan, bahkan untuk hal yang tidak kamu senangi.
Kamu akan mengorbankan hampir seluruh waktumu untuk sesuatu yang kamu kerjakan hingga menghasilkan sesuatu yang sempurna sesuai dengan harapanmu. Mungkin kamu akan menunda segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan primermu seperti makan, istirahat atau sejenisnya daripada membiarkan sesuatu yang kamu lakukan itu terlewat begitu saja karena menundanya demi makan!
Kamu punya standar absolut tentang cita-citamu. Hanya ada hitam dan putih, tidak ada abu-abu.
Kamu adalah kritikus paling keras buat dirimu sendiri. Kamu akan menyalahkan diri sendiri atas kesalahan terkecil yang tidak beres bagimu. Dalam tingkat tertentu dapat menjadi neurotik.
Kamu akan merenung secara berlebihan jika hasil dari apa yang kamu lakukan tidak ada perubahan seperti yang diharapkan. Kamu akan bertanya-tanya mengapa hasilnya tidak sesuai dengan harapan? Dan apa yang dapat kamu lakukan untuk mencegah ketidaksesuaian tersebut?
Kamu akan melakukan pertahanan diri atas segala kritik yang ditujukan padamu, dan ada rasa takut yang tinggi atas kegagalan.
Yang ada di pikiranmu hanyalah tujuan akhir, sehingga kamu tidak begitu peduli dengan apa yang namanya proses. Yang penting selesai dan sempurna!
Kamu punya perasaan marah, kecewa dan bersalah yang berlebihan atas segala ketidaksempurnaan yang terjadi pada segala sesuatu yang kamu lakukan. Dalam kasus tertentu kamu mungkin tidak menerima kesalahan itu dan melimpahkan kepada orang lain.
Kamu sangat sadar atas setiap situasi yang memungkinkan orang lain memberi persepsi kamu tidak sempurna. Karena itu sebaik mungkin anda akan menghindarinya.
Kenapa Bisa Menjadi Perfeksionis?
Saya menemukan ada tiga hal umum yang mendorong seseorang menjadi perfeksionis. Perfeksionis dapat terjadi karena salah satu atau kombinasi dari tiga penyebab perfeksionis. jika kamu perfksionis, mungkin salah satu penyebabnya dapat kamu temukan dari ketiga daftar dibawah ini:
Hasrat untuk bertumbuh menjadi seseorang yang hebat. Kamu mengharapkan kesempurnaan dari diri mereka sendiri. Perfeksionis dalam dirimu muncul dari rasa haus yang tak terpuaskan dan keinginan untuk bertumbuh menjadi yang terbaik, sehingga sedapat mungkin kamu berusaha melakukan sesuatu dengan sebaik dan sehebat mungkin.
Harapan sosial. Perfeksionisme muncul karena harapan lingkungan sosialmu. Keluarga, guru, pelatih, manajer dan pemimpin yang otoriter serta gaya diktator menyebabkan perfeksionis dengan membuat standart yang terlalu tinggi dari patokan yang kita butuhkan untuk mencapai kesuksesan dan kegagalan dianggap sesuatu yang memalukan sehingga tidak ada masa depan yang dapat dicapai akibat kegagalan tersebut. Gagal disamakan dengan sesuatu yang tidak berharga danb tidak pantas. Sekolah dan tempat kerja dengan budaya persaingan yang tinggi serta penenkanan yang kuat pada kinerja dan prestasi adalah tempat berkembang biak perfeksionisme. Masyarakat terkadang sering memaksakan dan terlalu mengagung-agungkan apa yang namanya kesuksesan, kesempurnaan, tanpa cacat dan noda, sehingga sering memandang sebelah mata pada kekurangan. Padahal kekurangan atau kegagalan merupakan proses menuju kesuksesan.
Rasa tidak aman. Bagi sebagian orang, perfeksionisme mungkin timbul dari rasa tidak aman dalam diri mereka sendiri. Orang orang yang telah mendapat dan menghadapi semacam diskriminasi atau dikucilkan sejak dulu akan mengembangkan perasaan tidak mampu atau kekosongan dalam diri mereka. Jurang atau kesenjangan ini pada waktunya akan memanifestasikan keinginan atau kebutuhannya melalui tindakan atau kinerja dan prestasi mereka. Mereka ingin membuat pernyataan tentang diri mereka sendiri, baik untuk diri sendiri maupun orang lain bahwa mereka tidak akan gagal lagi.
Sifat Perfeksionis Bukan Sesuatu yang Patut Dibanggakan
28 Desember 2016 17:51 Diperbarui: 28 Desember 2016 17:51 788 4 10
Ilustrasi: Shutterstock
Sifat perfeksionis bukanlah hal yang patut dibanggakan, malahan sebaliknya harus di waspadai.
Sesuai dengan arti kata "perfect" dalam bahasa Inggeris,yang bermakna "sempurna",maka seorang yang memiliki sifat perfeksionis, selalu tampil:
rapi dan terkesan pesolek
suka mengritik,tapi tidak suka dikritik
karena merasa diri paling benar
hal hal kecil akan diperdebatkan
senang bila dapatkan kesalahan orang lain,sekecil apapun
agar dapat menegor atau :"menasihati"
tidak mampu mengambil keputusan cepat
semua harus direncanakan
tidak siap untuk menerima kegagalan
tidak mampu menerima kegagalan /kekalahan
Tidak Ada yang Dapat Ditiru dari Orang Perfeksionis
Tidak ada suatu hal yang patut ditiru dari sesorang yang memiliki sifat perfeksionis. Selama belasan tahun berkeliling dan bergaul dengan beragam orang dan latar belakang yang berbeda beda,dapat diambil kesimpulan,bahwa sifat perfeksionis ini, menyebabkan orangnya tidak disukai dalam pergaulan. Karena dalam segala tindakannya,selalu ingin tampil paling depan,suka "terus terang" mengritik didepan orang banyak,sehingga menyebabkan orang terluka atau dipermalukan. Hal ini menyebabkan satu persatu teman temannya ,mengundurkan diri dan menjaga jarak.
Kehidupan Pribadi Brantakan
Saya sangat kaget mendapatkan,ternyata sosok yang tampil perfeksionis ini, yang begitu cepat menengok setiap perluang untuk melontarkan kritik tajam pada siapapun,ternyata kehidupan pribadinya amburadul.
Bagaikan siang dan malam,dengan sikap sempurna yang ditunjukkannya dalam berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat. Menceritakan hal ini,tentu bukan karena :"kepo" atau nggak punya pekerjaan,hingga mengungkit ungkit masalah intern orang lain. Tetapi orang perlu tahu,bahwa sifar perfeksionis itu,tidak patut dibanggakan,malahan perlu dijauhkan.
Ada yang berpendapat,bahwa orang yang perfeksionis adalah orang yang gigih dalam mencapai cita citanya.Tapi menurut saya,justru sebaliknya, Orang perfeksionis, justru bukanlah tipe orang yang mampu menerima kekalahan ataupun kegagalan dengan berjiwa besar. Ia sama sekali tidak dapat menerima kegagalan ,karena merasa diri sudah sempurna.
Selalu Ingin Menjadi Pusat Perhatian
Seharusnya,setiap orang harus bijak ,dalam menempatkan dirinya dalam sebuah pembicaraan, Kalau lagi berada dirumah sendiri,maupun dikantor pribadi,boleh boleh saja menjadi pusat pembicaraan dan mendominasi pembicaraan.Tapi ketika berada diruang lain,maka seharusnya menghargai tuan rumah atau orang yang mengundang kita. Karena adalah hak orang yang mengundang kita,untuk tampil sebagai pembicara dan menjadi pusat perhatian.
Nah, seorang perfeksionis,tidak peka terhadap hal hal semacam ini, Dengan penuh rasa percaya diri yang tidak pada tempatnya ,merebut porsi yang seharusnya untuk tuan rumah. Dan bila terdapat kekeliruan atau salah omong dalam diskusi tersebut,maka orang yang Perfeksionis akan ketawa terbahak bahak. Entah sadar atau tidak,ia sesungguhnya sudah melukai hati orang secara mendalam dan sekaligus mempermalukan ,didepan orang banyak'
Tidak Mampu Berkembang
Sifat perfeksionis ini,sekaligus merupakan hambatan bagi diri ,karena seluruh waktu dan tenaganya,habis terbuang untuk mematut matut diri. dan memeriksa dengan teliti,apa yang sesungguhnya sudah berjalan dengan baik. Akibatnya ,ia tidak mampu untuk beradaptasi dengan perubahan perubahan yang mendadak. atau yang dianggapnya sangat mendesak.
Seluruh waktu,kemampuan diri,dihabiskan hanya untuk menghadapi sebuah pekerjaan,.Karena bagi tipe orang seperti ini, kesempurnaan dihadapan orang lain,adalah seubah tuntutan ,yang tidak dapat ditawar tawar. Maka ia sudah tidak mampu bergerak untuk mengambil inisiatif, mengembangkan usaha lain,selain yang ada ditangannya,
Disiplin Diri Bagus,Tapi jangan Menuntut Anak Jadi Perfeksionis
Mendidik agar anak anak hidup disiplin tentu sangat baik,Misalnya, ,mengembalikan barang yang sudah digunakan ,ketempat semulai, Meletakkan kembali buku yang sudah habis dibaca,pada rak dimana buku tersebut tadinya diletakkan. Merapikan tempat tidur sendiri,setiap pagi ,mandi ,gosok gigi, angkat piring ,sesudah selesai makan dan bawa sendiri ke dapur.
Tapi jauhkan mendidik anak ,dengan cara menuntut mereka melakukan segala hal secara sempurna Karena bilamana hal ini diterapkan,maka kelak ketika anak anak tumbuh dan menjadi dewasa, tekanan tekanan yang diterimanya sewaktu masih kecil,akan diterapkan pula terhadap orang lain. yang secara tidak sadar,akan menyebabkan teman temannya,akan menjauhkan diri daripadanya.
Perlu Mawas Diri
Karena itu ,sudah seharusnya kita meluangkan waktu setiap hari,untuk melakukan instrospeksi diri,agar jangan sampai terjebak menjadi manusia yang perfeksionis/Karena bukian hanya merugikan diri sendiri,tetapi juga menjadi penyebab ,terlukanya perasaan orang lain,akibat kelancangan kita dalam beriteraksi dalam keragaman .
g mengharapkan kesempurnaan dalam segala hal, baik di sekitar maupun dalam kepribadian diri seseorang. Sebagai contoh nyata perfeksionis adalah :
Saya harus selalu melakukan hal-hal dengan benar. Jika tidak, maka saya gagal.
Saya harus sempurna dan kompeten. Saya harus selalu melakukan semuanya 100 persen. Dengan demikian baru saya dapat menerima diri saya sendiri. Jika tidak, saya hanyalah seorang pecundang.
Hanya jika saya sempurna, baru saya berhak mendapatkan pengakuan dan cinta.
Sebagai perfeksionis, perhatian kita diarahkan pada kesalahan dan kelemahan serta selalu merasa tidak puas atas keberhasilan sendiri. Perfeksionis biasanya jarang bahagia dan cenderung jatuh karena sikapnya sendiri. Dampak yang dapat diamati dari seorang perfeksionis adalah :
Pada Tubuh : Pencarian kita untuk kesempurnaan mengarah kepada ketegangan fisik dan kegelisahan. Pada dasarnya, kita menempatkan diri dalam keadaan stres dan semua gejala yang mengarahkan diri pada stres.
Pada Emosi : Ketika kita takut membuat kesalahan, takut gagal, takut penolakan dan rasa takut akan kesuksesan maka kita akan selalu berhadapan dengan rasa frustasi atau depresi ketika kita mencapai tujuan kita atau merasa tidak optimal. Kita tidak puas dengan apa yang kita capai. Kita menjadi marah tak terkira atas kesalahan dan ketidaksempurnaan.
Pada Perilaku : Perfeksionis sulit untuk berhenti bekerja karena dalam pandangan mereka, mereka tidak bisa menjadi sempurna. Mereka tidak berani mengambil tugas baru, karena mereka takut untuk meminta sesuatu yang bodoh atau dapat berbuat kesalahan. Mereka bersembunyi dari orang lain ketika mereka mengejar tujuan tertentu. Jika mereka tidak bisa mencapai, maka setidaknya tidak ada yang tahu.
Apa yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk sempurna (perfeksionis)?
Pada beberapa titik dalam hidup kita (biasanya pada saat masih kecil), kita sering menuntut perhatian dan pengakuan. Lalu kita berpikir bahwa jika kita sempurna, memenuhi standar tertentu dan memenuhi harapan orang lain maka kita akan diakui. Jadi sebenarnya ketika kita meminta kesempurnaan dalam diri kita, kita ditakdirkan untuk gagal. Kita mudah terluka. Bila kita sudah mendapatkan perhatian yang diinginkan dari orang lain, kita belum merasa puas karena kesempurnaan sering menyebabkan kecemburuan yang lebih banyak.
Cara Keluar Dari Perangkap Perfeksionis
Menulis tentang diri sendiri : Biarkan diri kamu untuk melakukan pencarian dalam kesempurnaan dengan menulis tentang diri Anda sendiri seperti, Apa yang paling Anda kuasai? Apa yang kamu hindari?
Melihat keuntungan dan kerugian dari sikap perfeksionis itu. Apakah kamu merasa puas, apakah kamu masih memiliki orang-orang yang kamu cintai, dan sebagainya.
Memikirkan alasan sebenarnya dari perjuanganmu menuju kesempurnaan. Apa yang akan terjadi jika kamu tidak melakukan pekerjaan dengan sempurna? Apa yang kamu takutkan? Misalnya kurangnya pengakuan dari orang lain, karena harapan orang lain, penolakan oleh orang lain, penyangkalan diri, rasa bersalah, malu.
Berusaha menjadi lebih santai.
Gambarkan dirimu ketika kamu menjadi pribadi yang benar-benar berbeda
Belajar menerima diri apa adanya dan memperkuat harga diri
Loading...
Sebagian orang menganggap tidak ada salahnya menjadi perfeksionis, toh dengan sikap seperti itu mereka bisa mengupayakan dan mendorong diri mereka untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik dan sempurna. Ya, memang tidak sepenuhnya buruk, namun bila dibiarkan sikap perfeksionis bisa berakibat buruk tak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain di sekitar Anda.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, orang perfeksionis biasanya cenderung lebih mudah stress, tegang, tertekan, sedih, kecewa bila sesuatu dalam hidupnya tidak berjalan sempurna dan sebagaimana mestinya. Jika terus-menerus dibiarkan, tentu hal ini akan berbahaya. Perasaan tidak pernah puas dan selalu melihat kesalahan justru akan menjadi bomerang bagi diri sendiri. Dalam tingkat yang cukup parah, perfeksionis dapat mengarah pada depresi, rusaknya berbagai hubungan dalam kehidupan (karena selalu menganggap semua salah), dan bahkan tindakan bunuh diri.
Untuk itu, bagi Anda seorang perfeksionis yang sukar mentolerir ketidaksempurnaan hal dalam hidup, sadarilah bahwa perfeksionis tidak sepenuhnya benar. Perlahan-lahan, ubahlah pola pikir serba ingin perfect tersebut. Karena memang tidak ada hal yang sempurna dalam hidup ini. Syukurilah dan terima dengan perasaan senang setiap pencapaian apapun dalam hidup Anda. Hargai setiap perbedaan, kesalahan, dan ketidaksempurnaan. Berdamailah dengan diri Anda sendiri dan jangan menyiksa diri Anda dengan pikiran bahwa segala hal harus benar dan sempurna. Nikmati hidup Anda, sambil tetap berkarya dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan.
Anda Perfeksionis ?
December 4, 2011Ester Lianawati
Perfeksionisme adalah kecenderungan seseorang untuk selalu memiliki atau mencapai kesempurnaan. Seseorang dapat menampilkan karakter perfeksionis dalam hal pekerjaan, penampilan, ataupun kehidupan sosial.
Ciri-ciri Orang Perfeksionis
Orang yang perfeksionis dalam bekerja, biasanya akan mengerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati dan totalitas ; sebuah hal positif tentunya. D sisi lain, karena ingin menampilkan kinerja yang sempurna, totalitas ini juga mereka tampilkan dalam beberapa ciri berikut :
Terpaku pada detil, padahal sering kali detil ini tidak perlu. Misalnya bila mengerjakan slide powerpoint, di samping isi materinya, ia akan mencurahkan perhatian berlebih pada desain slide-nya, huruf-hurufnya, ukuran huruf, dll. Tentu perlu memperhatikan keindahan slide presentasi. Namun menjadi berlebih seseorang tidak dapat mulai menulis isi presentasinya karena sibuk memilih perpaduan desain dan ukuran huruf yang enak dipandang mata.
Karena hal-hal di atas, biasanya orang perfeksionis membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan rekan-rekannya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sebagian orang perfeksionis tidak dapat memenuhi tenggat waktu, meski sebagian besar dapat memenuhi tenggat waktu. Hanya saja mereka yang dapat memenuhi tenggat waktu biasanya membutuhkan usaha ekstra untuk mengerjakannya (mereka cenderung memaksakan diri untuk melakukan hal ini). Mereka menjadi lebih mudah lelah tetapi umumnya hasilnya memang memuaskan.
Orang perfeksionis bukan hanya tidak dapat menerima bila hasil pekerjaannya tidak sempurna di matanya tetapi juga sulit menerima ketidaksempurnaan hasil pekerjaan orang lain. Oleh karena itu, salah satu cirinya adalah gemar mengkritik.
Orang perfeksionis selalu dapat dengan mudah ‘menangkap’ kelemahan/kesalahan yang diperbuat orang lain. Ia juga cenderung menilai sesuatu sesuai dengan standarnya yang tinggi. Ketika kedua hal ini bergabung, orang perfeksionis menjadi tidak mudah percaya pada kemampuan orang lain. Hal ini menyulitkan mereka untuk mendelegasikan tugas atau bekerja sama dalam tim kerja. Mereka sulit menerima hasil pekerjaan orang lain; selalu ingin memperbaikinya atau mengubah sesuai dengan standar kesempurnaannya.
Orang perfeksionis cenderung terencana (organized), sulit melakukan sesuatu secara spontan, tidak fleksibel dengan perubahan, dan biasanya jadi gelisah dan mudah jengkel/marah bila segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan rencana/yang sudah ia perkirakan.
Sedapat mungkin orang perfeksionis menghindari melakukan kesalahan, karena itu cenderung enggan tampil bila ia tidak yakin benar bahwa ia mampu. Orang lain sering salah mengerti dan menganggap orang perfeksionis tidak percaya diri (khususnya dalam hal ini orang tua salah mengerti anaknya yang perfeksionis) padahal mereka adalah individu yang paham benar kemampuannya dan karena ingin tampil sempurna ia enggan “tampil” bila menganggap dirinya tidak cukup siap.
Cenderung tidak ingin dipersalahkan, karena menganggap dirinya yang paling sempurna, dan paling benar, karena ia selalu dapat dengan mudah melihat “cacat cela” orang lain.
Cenderung tidak mudah puas, dan terpaku memikirkan kesalahan/cacat kecilnya dibandingkan apa yang sudah berhasil ia raih. Misalnya seorang perfeksionis berhasil memesona hadirin dengan presentasinya, mendapatkan banyak tepuk tangan dan ucapan selamat, tetapi ia malah sibuk memikirkan kesalahan kecilnya seperti ada salah kata yang ia ucapkan dalam presentasi itu.
Memeriksa pekerjaan berulang-ulang, untuk meyakinkan diri bahwa sudah sempurna dan karena tidak ingin melakukan kesalahan. Tapi jangan salah, belum tentu orang perfeksionis itu teliti. Karena cenderung terpaku pada detil yang tidak perlu kadang kala ia malah membuat kesalahan pada bagian lain yang lebih penting.
Sementara itu orang yang perfeksionis dalam hal kehidupan sosial merasa harus disukai semua orang, harus selalu tampil “lucu”, cerdas, dan menyenangkan. Orang-orang ini selalu khawatir jika ada yang tidak menyukainya. Lama kelamaan mereka dapat menjadi lelah sendiri karena harus memikirkan apa yang mesti mereka perbuat untuk menyenangkan orang lain agar orang lain ini menyukai mereka. Disukai adalah kebutuhan mereka, kritik dari orang lain adalah ketakutan mereka yang terbesar. Oleh sebab itu, orang perfeksionis dalam kehidupan sosial umumnya mengambil keputusan sesuai dengan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Mereka tidak berani melakukan gebrakan atau sesuatu yang berbeda/menyimpang dari norma umum karena khawatir akan penilaian negatif orang lain. Sulit bagi menerima kenyataan bahwa tidak semua orang menyukainya atau tidak semua orang menghargai hasil pekerjaannya atau apa yang ia miliki.
Ada juga orang yang perfeksionis dengan penampilannya. Orang ini cenderung khawatir tidak tampil rapi atau menarik, mengkhawatirkan dandanannya, bedaknya luntur atau tidak dsb. Ada juga orang perfeksionis sebatas terobsesi dengan kebersihan, kerapian, keteraturan.
Laki-laki atau Perempuan ?
Jika ditanyakan mengenai proporsi antara laki-laki dan perempuan yang cenderung perfeksionis, saya mencatat lebih banyak perempuan yang perfeksionis. Dua penyebab di antaranya adalah :
a) Dalam dunia pekerjaan, hanya perempuan yang benar-benar “luar biasa” yang dapat dipromosikan. Maksudnya perempuan perlu menampilkan kinerja ekstra bila ingin menduduki posisi penting dibandingkan laki-laki untuk menduduki posisi yang sama. Perempuan harus lebih ‘menonjol’ performanya bila ingin mendapatkan perhatian untuk dipromosikan. Dengan sendirinya kondisi ini seolah mensyaratkan perempuan untuk tampil optimal. Konsekuensinya perempuan pun ‘tertuntut’ untuk menampilkan yang sempurna dibandingkan laki-laki.
b) Perempuan dididik sedemikian rupa sehingga lebih mengaitkan sesuatu dengan perasaannya. Merasa ada yang tidak sreg, merasa masih ada yang kurang, dsb. Sementara laki-laki dididik untuk mengandalkan rasio. Adalah tidak rasional untuk mengerjakan sesuatu yang sama berulang-ulang. Adalah tidak rasional untuk terus marah-marah karena ada teman datang terlambat sementara toh dia sudah datang atau toh tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk mengubah keadaan misalnya. Laki-laki secara umum untuk memiliki level toleransi lebih tinggi terhadap ketidaksempurnaan orang lain karena tidak ingin direpotkan oleh hal-hal detil, karena memang laki-laki cenderung berpikir lebih praktis.
Namun hal-hal ini tidak menutup kemungkinan sebagian laki-laki memiliki karakter perfeksionis karena perfeksionisme banyak dipengaruhi oleh pola asuh.
Sebaiknya Perfeksionis atau Tidak ?
Menjadi perfeksionis memiliki sisi positif. Hasil pekerjaan umumnya cenderung memuaskan, juga di mata orang lain. Tentu hal ini baik dan membawa dampak positif untuk karir. Biasanya orang-orang perfeksionis memang memiliki prestasi yang memuaskan. Namun demikian, menjadi perfeksionis juga merugikan. Orang perfeksionis umumnya mudah lelah, khususnya secara mental/psikologis. Mereka mudah stres/tertekan karena menuntut diri sendiri dan orang lain dengan standar yang tinggi. Jika stres muncul dalam bentuk fisik, biasanya muncul dalam bentuk sakit kepala, migrain, maag, dll. Mereka juga cenderung tegang karena sifatnya yang memang cenderung kaku, tidak fleksibel, dan tidak bisa spontan. Sebagian besar di antara mereka kurang disukai rekan sekerja (atau bawahan) khususnya bila bekerja dalam tim. Dalam relasi dengan pasangan, mereka cenderung mengalami banyak konflik karena sifatnya yang mudah mengkritik dan selalu menemukan ketidaksempurnaan.
Namun demikian, sulit untuk mengatakan lebih banyak untung atau ruginya menjadi perfeksionis. Jika mengatakan lebih banyak ruginya, orang akan menganggap perfeksionis itu buruk. Sebaliknya jika mengatakan lebih banyak untungnya, orang akan berlomba-lomba menjadi perfeksionis. Padahal perfeksionis memiliki sisi-sisi positif, ‘sentuhan’ orang perfeksionis akan membedakan kualitas sesuatu hal yang ia kerjakan. Di sisi lain, selalu menjadi perfeksionis juga tidak baik, karena cenderung akan menjadi orang yang tertekan dengan standar kesempurnaannya sendiri dan menimbulkan tekanan pula pada orang lain di sekitarnya.
Dalam pandangan saya, yang terpenting sebaiknya adalah mengerjakan sesuatu dengan tetap optimal, mengupayakan yang terbaik, dan menghargai orang lain. Sebuah contoh misalnya orang perfeksionis cenderung tepat waktu. Tetapi kita tidak perlu menjadi perfeksionis untuk bisa tepat waktu. Orang yang menghargai orang lain akan memiliki kesadaran bahwa ia seharusnya tepat waktu bila memiliki janji dengan orang lain. Hal lain yang juga penting adalah menyayangi diri sendiri. Orang perfeksionis meski cenderung menghasilkan kinerja optimal tetapi ia cenderung tidak menghargai/menyayangi diri sendiri. Ia cenderung memaksakan diri, bekerja melampau batas untuk mendapatkan hasil sesempurna yang ia inginkan. Orang yang menyayangi diri sendiri, ia akan mengenali batas-batas dirinya, ia tahu kapasitasnya; sejauh mana ia harus bekerja dan kapan sebaiknya beristirahat dan menyenangkan diri sendiri.
Sedikit Saran untuk Si Perfeksionis
Menjadi perfeksionis tidaklah buruk. Tetapi karakter ‘perfeksionis’ mengandung makna ‘berlebihan’ (excessive). Jika Anda merasa perfeksionis, pertahankanlah sisi-sisi positifnya tetapi ada pula hal-hal yang sebaiknya Anda lakukan.
Jika sudah menyadari bahwa Anda memiliki kecenderungan perfeksionis, Anda dapat berefleksi tiap kali melakukan sesuatu yang “berbau” perfeksionis. Misalnya orang perfeksionis biasanya selalu menganggap hasil pekerjaan orang lain tidak sempurna atau selalu ada cacatnya. Nah tiap kali kita sudah mulai melihat “kekurangan” orang lain, coba katakan stop pada diri sendiri dan coba temukan kelebihan orang tersebut.
Salah satu ciri orang perfeksionis adalah memiliki obsesi untuk sesuatu hal. Misalnya ada orang perfeksionis yang tidak dapat tidur jika tempat tidur atau ruangan masih berantakan. Cobalah sesekali biarkan kondisinya seperti itu (tidak rapi di mata Anda), lalu pergilah tidur. Pertama-tama mungkin memang sulit, tetapi sekali saja berusaha dan Anda bisa, Anda akan teryakinkan dengan sendirinya bahwa Anda bisa tidur dengan kondisi seperti itu.
Orang perfeksionis perlu belajar menerima keterbatasan diri, menerima kekurangan diri, dan belajar melakukan “kesalahan”. Misalnya seringkali orang perfeksionis merasa bahwa dia harus mengulang melakukan sesuatu bila ada cacat sedikit saja. Nah ia harus belajar sesekali mendiamkan saja “cacat” itu.
Tidak ada cara lain untuk mengurangi perfeksionisme kecuali melakukan hal-hal yang selama ini berusaha dihindari. Mungkin terdengar kontradiktif, tetapi itulah yang perlu dilakukan. Sambil tentunya melakukan penentangan-penentangan terhadap pikiran-pikiran negatif yang timbul. Misalnya tiap kali merasa “dituntut” untuk tampil sempurna, tentanglah pikiran itu, siapa yang mengharuskan Anda untuk tampil sempurna? Orang lain atau Anda sendiri? Siapa yang mengharuskan Anda untuk disukai semua orang? Apakah mungkin dalam hidup ini kita menyenangkan SEMUA orang? Dst.
5 Tanda orang yang perfeksionis
Ilustrasi wanita karir. ©2014 Merdeka.com/Shutterstock/Creativa
8
SHARES
GAYA | 6 Maret 2014 14:24
Reporter : Destriyana
Merdeka.com - Menjadi seorang perfeksionis tidak selalu buruk, namun Anda tetap harus menjalani hidup dengan seimbang. Karena bagaimana pun, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Anda memang harus selalu berusaha untuk menjadi lebih baik dari waktu ke waktu, namun bukan berarti Anda harus menjadi begitu terobsesi untuk meraihnya. Nah, berikut adalah lima tanda bahwa Anda adalah seseorang yang perfeksionis, baik itu dalam pekerjaan ataupun kehidupan sehari-hari, seperti dilansir Magforwomen.
BACA JUGA
Pengusaha yakin Jokowi naikkan harga BBM di 100 hari kerja
Jokowi mulai hitung rencana kenaikan harga BBM
BBM subsidi, ujian pertama revolusi mental Jokowi
1. Anda menganggap sebuah penilaian itu penting
Anda selalu meletakkan seratus persen konsentrasi pada pekerjaan, dan pada akhirnya Anda selalu menyalahkan diri sendiri karena hasil yang kurang maksimal. Anda juga selalu berpikir bahwa Anda bisa melakukannya lebih baik lagi. Sikap ini juga berlaku ketika Anda sedang menghakimi kualitas pekerjaan orang lain dan merasa itu tidak memuaskan bagi Anda.
BERITA TERKAIT
Kasus-kasus nyeleneh ini terjadi karena antrean BBM
Soal ISIS, Abu Bakar Ba'asyir belum menyatakan dukungan resmi
Ini kata keluarga soal sikap Abu Bakar Ba'asyir terhadap pilpres
2. Sangat kompetitif
Anda selalu memiliki dorongan untuk mengungguli orang lain. Singkatnya, Anda selalu ingin keluar sebagai pemenang atau yang terbaik dalam segala hal. Sifat semacam ini memang manusiawi, namun seseorang tidak mungkin selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal. Tetapi jika Anda tidak bisa menerima kenyataan itu, Anda pasti seorang perfeksionis sejati.
3. Terobsesi pada kesalahan dan kegagalan
Anda tidak pernah puas dengan pekerjaan yang Anda lakukan. Setelah menyelesaikan suatu pekerjaan, baik itu yang sederhana atau pun rumit, Anda tetap mengomel tentang kesalahan dan kegagalan yang Anda buat. Ini jelas bukan perilaku yang tidak sehat dan Anda pasti lah seorang perfeksionis karena Anda tidak bisa menerima kesalahan apa pun.
4. Gigih
Seorang perfeksionis sangat gigih dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dia akan selalu fokus sampai akhir. Sampai dia berhasil meraih sesuatu yang diinginkannya. Ini adalah salah satu sikap terbaik yang dimiliki oleh seorang perfeksionis. Setelah berhasil menyelesaikan pekerjaannya, seorang perfeksionis akan berusaha untuk memeriksa pekerjaannya secara berulang-ulang, karena dia tidak ingin membuat kesalahan sama sekali.
5. Tidak pernah mau salah atau gagal
Membuat kesalahan itu manusiawi, namun seorang perfeksionis ingin segalanya terlihat sempurna. Bahkan, kesalahan kecil pun bisa membuat dia kehilangan kendali dan merasa frustrasi. Tak jarang, seorang perfeksionis mengalami perubahan suasana hati yang drastis karena terlalu mudah resah atas kegagalan yang dialaminya. Jika Anda adalah seseorang yang tidak suka gagal atau salah, Anda tentu termasuk perfeksionis.
Inilah lima tanda bahwa Anda adalah seseorang yang perfeksionis, baik itu dalam pekerjaan atau pun kehidupan sehari-hari. Sekali lagi, tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan gagal adalah bagian terpenting dalam kehidupan setiap manusia. Yang terpenting, setiap kali Anda gagal, Anda harus terus belajar untuk bangkit.
Jangan berharap terlalu tinggi dan cobalah untuk menerima orang lain apa adanya. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, serta dapat membuat kesalahan.
Usahakan agar jangan sampai kelelahan, dan sebisa mungkin hindari perasaan kesepian, marah, atau lapar. Orang dengan perfeksionisme akan merasa lebih cemas dan gelisah dalam kondisi-kondisi tersebut.
Kurangi memandang rendah diri sendiri.
Menerima dan mencintai diri sendiri apa adanya.
Menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang terdekat.
Cobalah untuk menetapkan tujuan yang lebih realistis dan dapat dicapai, serta fokuslah pada satu tugas dalam satu waktu.
9 Tanda Kamu Seorang Perfeksionis Meski Sering Menyangkalnya
Fimela26 Des 2016, 10:10 WIB
11Shares
Apakah kamu seorang perfeksionis? Orang yang perfeksionis identik dengan memiliki keinginan segalanya bisa serba sempurna. Saat melakukan sesuatu, tak boleh ada salah atau gagal. Semuanya harus perfect, sempurna!
Menjadi orang yang perfeksionis ada plus minusnya. Plusnya kita jadi bisa memastikan semua berjalan dengan baik. Cuma minusnya adalah kadang kita jadi gampang stres kalau ada sesuatu yang berjalan tak sesuai dengan rencana atau keinginan.
COMMERCIAL BREAK
CLICK TO EXPOSE
BACA JUGA
Komik: Cewek Introvert Itu Bukannya Nggak Suka Bergaul
Ingin Bokong Makin Seksi & Berisi? Konsumsi Makanan Ini
Tiada Tandingan, Ini Bukti Kasih Ibu Pada Anak Tak Pernah Pudar
- perfeksionis
n 1 orang yang ingin segala-galanya sempurna; 2 orang yang percaya bahwa kesempurnaan moral dicapai kalau dapat hidup tanpa dosa;
- perfeksionisme
n 1 watak atau sifat seseorang yang menganggap sesuatu yang tidak sempurna sebagai hal yang tidak dapat diterima; 2 doktrin yang menyatakan bahwa kesempurnaan sifat moral seseorang menunjukkan ketinggian derajatnya; 3 doktrin mengenai ketuhanan yang menyatakan bahwa bebas dari perbuatan dosa adalah tujuan yang akan dicapai di dunia;
(sumber: Kateglo)
Secara umum, ada sembilan tanda jelas seseorang dikatakan sebagai seorang perfeksionis. Coba cek yuk tanda-tandanya, bisa jadi kamu adalah orang yang perfeksionis meski selama ini kamu menyangkalnya.
1. Memandang Sesuatu Secara Saklek
Kalau nggak benar ya salah. Kalau nggak hitam ya putih. Kalau nggak baik ya buruk. Kamu sering melihat sesuatu secara saklek. Bagimu, tak ada yang separuh benar dan salah.
2. Berpikir dan Bertindak Secara Ekstrem
Sebagai contoh, kamu berhasil memenangkan sebuah kuis. Setelah itu, kamu jadi memburu semua kuis yang ada supaya bisa menang. Kalau nggak berhasil juga, kamu akan mencoba terus dengan berbagai cara.
3. Susah Percaya pada Orang Lain
Kamu jarang mendelegasikan pekerjaan pada orang lain. Kamu tak gampang percaya pada orang lain. Kamu lebih tenang jika bisa mengerjakan sebuah pekerjaan dengan tanganmu sendiri, sesuai dengan keinginan dan standarmu.
4. Menetapkan Standar yang Tinggi untuk Diri Sendiri Juga Orang Lain
Kamu selalu berusaha melakukan yang terbaik dan berharap orang lain melakukan kerja keras yang sama sepertimu. Untuk menghindari sebuah kegagalan, kamu rela menetapkan standar yang begitu tinggi.
5. Kamu Selalu Butuh Waktu Lama Menyelesaikan Sebuah Pekerjaan
Bukannya kamu nggak bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan. Hanya saja kamu selalu merasa ragu. Merasa ada saja yang belum sempurna. Sehingga kamu terus mengulangi hal yang sama berulang kali sampai mendapat hasil yang benar-benar sesuai standarmu.
6. Selalu Menyusupkan Kata "Seharusnya"
Tak pernah merasa puas. Selalu saja merasa kurang. Setelah selesai menyelesaikan sesuatu pun, kamu selalu berkata, "Ah, seharusnya aku melakukan ini." Kamu terus dihantui perasaan kecewa karena tak melakukan hal yang seharusnya kamu lakukan meski sebenarnya kamu sudah melakukan yang terbaik.
7. Rasa Percaya Dirimu Sangat Dipengaruhi Reaksi Orang Atas Pencapaianmu
Kamu sering merasa insecure. Khususnya soal rasa percaya diri. Kamu baru bisa benar-benar merasa percaya diri jika ada orang yang menghargai atau mengakui prestasi dan pencapaianmu. Jika tidak, kamu akan merasa seperti orang yang tak berguna.
8. Sering Merasa Terganggu dengan Sebuah Kesalahan Kecil
Sebuah kesalahan kecil sudah bikin kamu stres nggak karuan. Alih-alih fokus dan lega dengan sesuatu yang berhasil kamu kerjakan, kamu malah stres dengan satu kesalahan kecil yang sebenarnya sepele.
9. Sering Melewatkan Sebuah Peluang karena Merasa Nggak Mampu
"Aku nggak mahir di bidang ini, jadi buat apa buang-buang waktu?" Kamu sering melewatkan sebuah kesempatan atau peluang karena merasa nggak mampu melakukannya. Kalau kamu sudah nggak yakin dari awal bisa melakukan sesuatu dengan baik, kamu cenderung menghindarinya.
Kamu Golongan Orang Perfeksionis? Ini Dampak Positif & Negatifnya!
#GoodLife Perlu gak sih jadi perfeksionis?
Pexels.com/bruce mars
Community Writer
Desy Damay
19 Oktober 2018
Kenal dengan istilah perfeksionis kan guys? Sifat satu ini memang tidak selalu ada pada diri semua orang. Seringkali, sifat ini dianggap negatif, tapi banyak juga yang berdalih bahwa perfeksionis adalah sifat yang positif.
Sebenarnya, sifat perfeksionis sendiri memiliki sisi negatif dan positif tergantung dari sudut pandang kita dalam melihatnya.
1. Negatifnya, kamu susah merasa puas dengan pencapaian yang kamu lakukan. Tapi, kamu jadi bersemangat untuk membuat tujuan baru dan mewujudkannya
Pexels/StartupStockPhotos
Jika dari sudut pandang negatif kamu dipandang sebagai orang yang susah bersyukur, dari sudut pandang positif kamu adalah orang yang ambisius dan pekerja keras. Tinggal pilih kamu mau menempatkan dirimu di sisi yang mana.
2. Dalam melakukan sesuatu, kamu membutuhkan waktu yang lama banget. Tapi positifnya, kamu teliti banget sehingga hasilnya mendekati sempurna
Pexels/Bruce mars
Suka dikatain lamban dalam melakukan sesuatu, tapi kamu sebenarnya sangat teliti dan gak mau sampai melakukan kesalahan. Gak ada yang salah kan dengan hal itu?
3. Dalam hal asmara, si perfeksionis biasanya susah banget dapat pasangan. Tapi, bagusnya, sekali nemu, kamu pasti bakal setia abis deh
Pexels.com/Snapwire
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
12 Referensi Gaun Pesta Berdasarkan Zodiak, Yuk Tampil Sesuai Karakter
8 Inspirasi Pernikahan Ajun Perwira-Jennifer Jill, Menawan & Unik
Memasuki Tahun ke 12, Surabaya Fashion Parade 2019 Semakin Megah
"Kebanyakan milih-milih sih, makanya jomblo" gitu biasanya komentar nyinyir orang sekitar menyangkut kisah asmara mu. Tapi, kamu adalah si pemilih yang akan sangat setia nantinya. Gak usah terintimidasi dengan kata-kata orang ya.
Baca Juga: 5 Tanda yang Menggambarkan Pribadi Perfeksionis, Kamu Termasuk?
4. Penuh persiapan jadinya suka kerepotan sendiri. Tapi jangan salah, dari persiapan yang matang itu lahirlah hal yang luar biasa
pexels.com/rawpixel.com
Ada beberapa orang yang memang menyukai spontanitas, tapi jelas itu bukan si perfeksionis. Karena, kamu yang perfeksionis pasti sadar banget bahwa segala hal perlu persiapan.
5. Suka membuang waktu dengan memikirkan segala hal. Tapi, positifnya kamu jadi pribadi yang kritis dan gak gampang termakan omongan orang lain
pexels.com/Bruce mars
Pemikir yang kadang bikin emosi orang-orang, soalnya apa-apa dipikirin dulu masak-masak. Tenang aja, mereka gak tau bahwa sikap kritismu akan bermanfaat suatu saat nanti.
Mana nih suaranya yang suka dibilang perfeksionis? Tetap jadi diri sendiri aja ya, guys.
9 Kebenaran yang Wajib Diketahui Oleh Sosok Perfeksionis, Kamu?
Perfection is just an illusion of mind
Unsplash/Daria Litvinova
Community Writer
Anna Mei
27 November 2018
Orang perfeksionis adalah orang yang menerapkan standar garis keras terhadap dirinya sendiri agar dapat dipandang sempurna oleh orang lain. Hal ini biasanya dilandasi oleh ketakutan terhadap ketidakamanan, ketidakpastian, dan ketidaksempurnaan.
Mereka merasa takut jika usahanya tidak cukup baik, gagal, tidak diterima/disetujui oleh orang lain, membuat kesalahan, dan bahkan rentan dikritik. Jika kamu salah satu orang yang perfeksionis, maka 9 kebenaran ini wajib kamu baca untuk membuka persepsimu yang selama ini terselubung 'kesempurnaan' tersebut. Check 'em out!
1. Perfeksionis bukanlah perilaku yang positif
Unsplash.com/Anubhav Saxena
Perfeksionis mengubahmu menjadi sosok yang selalu mencoba mengontrol pandangan orang lain terhadap dirimu. Nyatanya, kamu tak bisa mengontrol persepsi mereka. Apalagi secara halus memaksa mereka untuk menyukai setiap hal yang kamu lakukan.
2. Perfeksionis bisa menyebabkan kegelisahan akut dan depresi
Unsplash/Riccardo Mion
Orang perfeksionis memandang ketidaksempurnaan sebagai sesuatu yang sangat mengganggu, mengintimidasi, dan menghalangi jalannya. Sadarkah kamu, perfeksionis membuatmu kehilangan jati diri karena kamu selalu fokus untuk menyenangkan dan meraih persetujuan dari orang lain hingga tak memerdulikan keadaanmu sendiri.
3. Perfeksionis tidaklah sama dengan berjuang meraih keunggulan
Unsplash/Mimi Thian
Berjuang meraih keunggulan berfokus pada perkembangan pribadi dan pencapaian sehat dengan mindset "bagaimana aku bisa mengembangkan diri?". Sedangkan perfeksionis termotivasi karena faktor luar dengan mindset "Kira-kira gimana ya menurut mereka? Mereka bakal suka sama aku gak ya? Menurut mereka usahaku sudah cukup baik belum ya?".
4. Perfeksionis bukanlah kunci untuk meraih kesuksesan
Unsplash/Bruce Mars
Perfeksionis menuntunmu menjadi peragu dan gampang menyerah karena kamu pikir usahamu tidaklah cukup sempurna. Membandingkannya dengan orang lain, menunda-nunda, dan berpikir berlebihan, itu malah menghambatmu dari perkembangan dan pencapaian tujuan.
Baca Juga: 7 Karakter Orang India yang Seharusnya Kita Tiru Supaya Lebih Sukses
5. Perfeksionis membuatmu bergantung pada hal yang salah
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
12 Referensi Gaun Pesta Berdasarkan Zodiak, Yuk Tampil Sesuai Karakter
8 Inspirasi Pernikahan Ajun Perwira-Jennifer Jill, Menawan & Unik
Memasuki Tahun ke 12, Surabaya Fashion Parade 2019 Semakin Megah
Unsplash/Headway
Kamu memiliki tujuan di luar nalar tapi juga menerapkan standar yang sangat kaku. Kamu sulit tergoyahkan dengan alternatif cara lain dan berpikir hanya satu cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Bayang-bayang kesempurnaan tersebut malah membuatmu tertahan dan urung untuk beranjak maju.
6. FYI, perfeksionis bukanlah bawaan dari lahir
Unsplash/Cleo Vermij
Perfeksionis memang tampaknya hasil dari turunan genetik. Padahal perfeksionis bisa jadi karena sejak kecil orangtuamu terbiasa menerapkannya, sekolah mendorongmu untuk berlaku demikian untuk mendapatkan penghargaan, hingga media massa juga memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi kesempurnaan ideal.
7. Menetapkan standar 'good is good enough' bukan berarti menurunkan standarmu
Unsplash/Vitaly Nikolenko
Menetapkan standar bahwa 'good is good enough' adalah salah satu cara untuk menentukan standar nyata dan masuk akal. Ketahui bahwa kesempurnaan hanyalah ilusi pikiran yang menahanmu menuju kesuksesan karena dirimu menetapkan tujuan yang tak mungkin dicapai alias tak masuk akal.
8. Melepaskan sisi perfeksionis bukan berarti kamu melepaskan kekuatanmu
Unsplash/Tamara Bellis
Mungkin kamu merasa takut bila harus melepaskan sisi perfeksionis ini karena kamu menganggapnya sebagai kekuatan terbesarmu. Padahal di balik sisi perfeksionis yang selama ini kamu agungkan, kamu akan menemukan banyak sekali kekuatan dan bakat tersembunyi. Yang pada dasarnya kamu adalah sosok yang bertekad kuat dan gigih. Yakin kamu mau tetap menahan dan menyembunyikan bakatmu?
9. Sadarlah, kamu memiliki kendali penuh untuk mengubahnya
Unsplash/Matheus Ferrero
Kesempurnaan hanyalah ilusi pikiran. Bila pikiranmu dihinggapi pemikiran perfeksionis, percayailah hal lain. Bila kamu menyadari perilaku perfeksionismu, jangan turuti dan lakukanlah dengan cara berbeda. Ingat, kamu memiliki kendali penuh untuk mengubahnya.
Nah, itu dia 9 kebenaran yang wajib diketahui sosok perfeksionis. Semoga membantumu untuk memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Hal-hal Dalam Artikel Ini, Emang Cuma Orang Perfeksionis yang Mengerti!
7 Januari 2016
Andrall
578 4
Dalam hidup bersosialisasi, kita pasti menemukan banyak sekali keunikan dan perbedaan. Sekian lama kamu sekolah dan berinteraksi dengan orang-orang, apakah kamu pernah punya teman yang perfeksionis? Atau, jangan-jangan kamu sendiri adalah orang dengan karakter perfeksionis?
Perfeksionis adalah kecenderungan seseorang untuk selalu memiliki atau mencapai kesempurnaan. Seseorang dapat menampilkan karakter perfeksionis dalam hal pekerjaan, penampilan, ataupun kehidupan sosial. Padahal, katanya:
Advertisement
Manusia diciptakan dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing…
Nah, jadi repot ‘kan kalau di satu sisi kamu selalu ingin jadi sempurna, sedangkan di sisi lain manusia memang katanya jauh dari kesempurnaan. Kalau mau tahu gimana rasanya jadi seseorang yang perfeksionis? Simak di bawah ini, ya!
Seseorang yang perfeksionis adalah pemuja kesempurnaan. Dia nggak suka kalau ada pekerjaan yang diselesaikan dengan sembarangan.
Duh, panjangnya nggak sama lagi! via www.bizmakebiz.co.il
Seorang perfeksionis cenderung menginginkan hal-hal yang sempurna. Dari semua yang dia kerjakan, hingga yang semua orang lakukan. Kesempurnaan baginya selalu terlihat memesona.
Advertisement
Lhoh, bukannya kesempurnaan itu hanya milik Bunda Dorce aja ya? *eeh
Dia yang perfeksionis paling suka memperhatikan hal-hal kecil secara detil…
Guntingnya sampe gitu amat, Mz. -_- via goswoodle.com
Kamu harus bersyukur punya teman seorang perfeksionis. Dia selalu memperhatikan hal kecil yang kadang orang lain nggak kepikiran. Dia bisa lho merapikan sprei kamar dengan benar-benar sempurna, sampai nggak ada setitik bagian pun yang lecek. Bisa juga beresein kamar sampai semua barang tertata dengan pas di tempatnya.
Mereka terbiasa teliti dengan pekerjaan dan hasil karyanya sendiri. Beuh, bakal susah deh buat diboongin atau diakalin! Hehehe
Nahlo! Ini punya siapa coba? via afremov.com
Satu hal yang mungkin nggak bisa atau nggak biasa kamu lakukan adalah memeriksa hasil kerjaanmu sendiri. Beda dengan orang perfeksionis, mereka justru terbiasa berulang-ulang memeriksa hasil kerjanya.
Si perfeksionis: “Eh, tugas loe udah selesai belom?”
Kamu: “Udah, dong. Ya elah, tugas gitu doang. Udah gue kumpulin kemarin. Nah, loe gimana?”
Si perfeksionis: “Gue masih mau lengkapin datanya, besok mau gue edit secara keseluruhan, terus besoknya harus gue review sekali lagi. Baru deh dikumpulin.”
Kamu: “Eh, buset. Dasar loe perfeksionis banget sih!”
Biasanya, dalam hidup dia punya standar yang tinggi. Ibaratnya, di langitlah dia menggantung mimpi.
Pengin punya rumah kayak gini… via galleryhip.com
Gue sih nanti pengen punya rumah yang gede, tiga lantai, ada kolam renang di belakang rumah, ada halaman buat anak-anak main, terus harus ada gazebo buat gue santai gitu… Seru ‘kan? Pokoknya rumah impian gue harus sempurna…
Untuk mencapai kesempurnaan, seorang perfeksionis melihat dunia dengan kacamatanya sendiri. Dia punya standar yang cukup tinggi dalam menggapai berbagai hal dalam hidupnya. Paling tidak dia ingin bisa berhasil mendapatkan apa yang telah dia tetapkan dalam angan-angan.
Kadang, dia juga bisa jadi sangat keras kepala. Kalimat andalannya adalah: “Aku yakin bakal berhasil kok, coba deh pakai caraku aja!”
Haah! Ngomong sama tangan gue aja nih! via imgbuddy.com
Sikap perfeksionis kadang tidak diberlakukan untuk dirinya sendiri, melainkan saat dia berhubungan dengan orang lain. Misalnya saat sebuah projek yang dikerjakan bersama-sama hampir gagal, maka dia dengan semangat menggebu merekomendasikan cara-cara yang ada di kepalanya.
Sementara, apa yang menurut dia baik dan sempurna tentu belum tentu dilihat sama oleh orang lain. Nah, hal inilah yang membuat orang-orang perfeksionis seringkali tampak sedikit keras kepala. Untuk bisa bekerja sama dengan dia, kamu butuh kepiawaian bernegoisasi dengan si perfeksionis ini.
Sikapnya yang memuja kesempurnaan dan hal-hal detail seringkali bikin dia terlihat sangat cerewet dan menyebalkan.
….. via hyokka.deviantart.com
Duh, kamu kalau nggak mau kerja sama, mending aku kerja sendiri deh!
Laaah, kok?
Kerjaanmu nggak ada yang beres!
Tapi, ‘kan…
Udah deh, aku bisa sendiri. Kamu terima beres aja.
Meskipun kamu suka cerewet, belum tentu kamu adalah seorang yang perfeksionis. Pasalnya, orang yang perfeksionis hanya akan cerewet kalau melihat sesuatu yang dikerjakan orang lain dan hasilnya tidak sempurna. Dia biasanya sangat sensitif dan tidak ragu-ragu untuk mengkritik orang lain. Baiknya, dia juga tidak akan menolak kritikan yang datang untuk dirinya. Menurutnya, kritik adalah untuk sebuah perubahan yang lebih baik dan kesempurnaan seperti yang dia inginkan.
Ketika orang lain lebih suka bersantai, dialah satu-satunya orang yang selalu tampak sibuk.
Sibuk teruuuuuus~ via larrynorthfitness.com
Seorang perfeksionis akan tampak lebih sibuk dibandingkan dengan yang lainnya. Dia selalu bekerja dengan porsi banyak, padahal tugas yang diberikan cenderung sama. Selain itu, dia juga selalu melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu. Melakukan pekerjaan yang sama berulang kali, hingga dirasa sudah sempurna. Maka, itulah yang membuatnya tampak lebih sibuk dari yang lainnya.
Kadang, dia bekerja lebih lamban daripada teman-temannya. Hal itu lantaran dia terlalu fokus pada satu pekerjaan!
iiiiih, lucu banget! Eh, salah fokus. 😀 via quotesgram.com
Suka menunda pekerjaan atau apapun sebenarnya itu bukan sifatnya. Tapi karena saking fokusnya mengerjakan satu pekerjaan, dia jadi terkesan lamban. Sementara, pekerjaan yang lain sudah banyak yang menunggu sehingga justru berakhir dengan terbengkalai.
Karakter yang perfeksionis ternyata sering membuat dia merasa cemas dan was-was lho!
Duh, gimana nih, gimanaaaa??? via www.huffingtonpost.com
Cemas itu manusiawi. Semua orang pasti pernah merasa cemas. Ketika pekerjaanmu nggak kelar tepat waktu, sementara si bos sudah menunggu, kamu pasti cemas ‘kan? Atau ketika nungguin pacarmu yang belum juga kasih kabar setelah dia asyik main sama teman-temannya? Sama saja kayak orang perfeksionis. Dia selalu cemas dengan hasil kerjanya; apakah sudah sempurna atau biasa saja?
Yang terakhir dan paling berbahaya, seseorang yang perfeksionis ternyata gampang banget jadi frustasi. Duh, coba deh piknik dulu gih~~
Sabar, Mz… via newsfirst.lk
Ini nih yang paling nggak baik untuk kesehatan. Bukan cuma seorang perfeksionis sih, rasanya kita juga bisa dengan mudah merasa frustasi dan ingin menyerah. Tetapi kalau orang perfeksionis, mereka akan frustasi ketika pekerjaan mereka tidak sempurna. Padahal sih menurut kita udah luar biasa banget lho!
Nah, itu dia hal-hal yang akrab dengan seorang perfeksionis. Tidak ada yang salah dengan karakter mereka, toh Tuhan memang menciptakan manusia dengan karakter dan kepribadian yang berbeda-beda. Kalau ada temanmu atau bahkan kamu sendiri yang perfeksionis, ya dibikin asik aja… 🙂
Beberapa Perspektif yang Luput dari Seorang Perfeksionis
24 Agustus 2018
Imananda
3 0
Perfection via https://pexels.com
Perfeksionisme adalah sebuah pandangan hidup seseorang yang mengagungkan kesempurnaan menurut versinya. Ternyata bukan hanya kecantikan saja yang bersifat relatif tetapi kesempurnaan juga. Pada suatu kasus contohnya menurut Dilan, patokan pasangan "sempurna" adalah yang seperti Milea yaitu perempuan yang cantik dan asyik. Sedangkan menurut saya pasangan yang sempurna adalah seseorang yang pengertian dan mampu memberikan rasa nyaman. Jadi adakah ukuran kesempurnaan yang mutlak di sini? TIDAK!
Beberapa orang yang perfeksionis cenderung tidak menyadari bahwa standar kesempurnaan miliknya tidak sama dengan kriteria perfect menurut orang lain. Sehingga misalkan ada dua orang yang sama-sama perfeksionis mengerjakan satu hal yang sama dalam satu proyek, maka akan selalu ada celah dan kesalahan yang terdapat pada pekerjaan yang sudah mereka garap. Baik di mata rekan si perfeksionis tadi maupun di mata orang lain. Jadi, mau diusahakan sesempurna apapun pasti akan selalu tidak "sempurna" bila ditilik dari perspektif orang lain. Dan oleh karena hal inilah muncul pernyataan "Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini" karena kesempurnaan yang hakiki memang tidak ada, sebab pemilik kesempurnaan hanyalah Tuhan Yang Maha Sempurna.
Advertisement
Perfeksionis sih boleh, tapi ya harus diposisikan juga. Jangan sampai karena diri kita terlampau perfeksionis, kita jadi mempersulit diri sendiri. Contohnya kamu mencari pasangan yang super sempurna seperti yang ada di dalam khayalanmu, kamu mematok kriteria yang kelewat tinggi sampai lupa bahwa dirimu sebenarnya punya banyak kekurangan yang harus dibenahi. Sehingga kamu selalu saja menolak orang – orang yang memberikan hatinya padamu. Jangan begitu ya, guys! Be realistic, please! Kamu hanya akan melukai dirimu dan orang lain saat kamu mengagungkan prinsip perfeksionismemu itu.
Perfeksionis boleh tapi tetap harus realistis!
Ada banyak orang yang perfeksionis justru mendapatkan banyak feedback negatif dari lingkungannya karena dinilai terlalu kaku dan ambisius, bahkan beberapa dari kaum perfeksionis punya banyak haters tersembunyi yang sebenarnya tidak membenci kepribadian mereka secara utuh, sang haters hanya membenci standar "kesempurnaan" si perfeksionis saja. Kalau kamu merasa dirimu selama ini adalah seorang perfeksionis, coba deh renggangkan sedikit ikat pinggangmu!
Advertisement
Jadilah orang yang lebih fleksibel karena kamu menjalani hidup bukan hanya untuk memenuhi obsesi kesempurnaan melainkan dengan berbaur dan mencocokkannya dengan prinsip orang lain. Memaksakan standar kesempurnaan milikmu sendiri pada orang lain hanya akan membuat orang lain terluka dan bahkan menyerah untuk menghadapimu.
7 Tanda Nyata Kamu Tipe Orang Perfeksionis Garis Keras
Kadang menyiksa lho
Photo by Ariel Lustre on Unsplash
Verified
Stella Azasya
26 September 2017
Orang dengan kepribadian ini adalah orang yang selalu menginginkan semua yang dia lakukan itu sempurna dan berjalan sesuai yang dia rencanakan. Tidak ada salahnya jika kamu menginginkan segala yang terbaik untuk apapun yang kamu kerjakan, tapi masalah akan muncul ketika kamu tidak bisa mengontrol obsesi untuk menjadi sempurna itu.
Di bawah ini adalah 7 tanda nyata kamu seorang perfeksionis garis keras. Kalau kamu memiliki semua tanda di bawah ini berarti kamu harus mulai belajar mengontrol obsesimu untuk menjadi sempurna. Kalau tidak, kamu sendiri yang akan tersiksa jika tidak semua hal berjalan baik.
1. Kamu menetapkan ekspektasi yang tidak realistis dalam dirimu sendiri.
Photo by Jesse Collins on Unsplash
Setiap hari, kamu memikirkan bagaimana kamu bisa mencapai banyak hal sampai-sampai kamu lupa kalau kamu manusia yang terbatas. Kamu menetapkan standar yang super tinggi dan kamu sering merasa stres karena hal ini. Kamu harus belajar untuk cuek dan menurunkan standarmu. Maklumi dirimu yang terbatas. Menginginkan hal yang tidak masuk akal hanya akan membuatmu gila karena obesesi.
2. Kamu sangat tidak mudah percaya pada orang lain.
Photo by Drew Hays on Unsplash
Karena kamu merasa kamulah yang terbaik untuk melakukannya dan jika orang lain yang mengerjakannya maka hasilnya tidak akan baik. Kamu menciptakan tembok yang tinggi pada orang lain dan membuat orang lain tidak bisa menjangkaumu dan sebaliknya. Kalau seperti itu terus, kamu sendiri yang akan susah.
3. Kamu butuh mengontrol segala-galanya.
Photo by Majid Sadr on Unsplash
Kamu menganggap semua harus berada dalam jangkauan tanganmu agar kamu tidak kecewa. Malahan kamu akan merasa tidak tenang kalau sampai kamu tidak bisa mengatur semuanya. Kamu tidak harus mengontrol semuanya. Berikan dirimu sendiri istirahat. Kamu akan lelah kalau kamu mengurusnya sendiri.
4. Kamu punya ekspektasi yang tidak masuk akal pada orang lain.
Photo by rawpixel.com on Unsplash
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
12 Referensi Gaun Pesta Berdasarkan Zodiak, Yuk Tampil Sesuai Karakter
8 Inspirasi Pernikahan Ajun Perwira-Jennifer Jill, Menawan & Unik
Memasuki Tahun ke 12, Surabaya Fashion Parade 2019 Semakin Megah
Kamu mengharapkan orang lain untuk mengerjakan semua yang sempurna. Kamu juga mengharapkan orang lain bisa melakukan sebaik yang kamu lakukan. Kamu tidak bisa seperti itu. Semua orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Hargai apa yang orang lain kerjakan walau tidak sebagus apa yang kamu kerjakan.
Baca Juga: Kamu Tidak Sempurna & 7 Hal Menguntungkan Ini Akan Terjadi Kalau Kamu Menerimanya
5. Kamu punya level stres yang tinggi.
Photo by Lucas Pimenta on Unsplash
Bagaimana kamu tidak memiliki level stres yang tinggi kalau kamu selalu cemas tidak bisa melakukan yang terbaik atau yang sesuai dengan standart yang kamu tetapkan. Jika kamu sering stres tanpa alasan yang jelas, bisa jadi itu karena kamu mengharapkan hal berjalan sesuai keinginan dan kenyataannya tidak. Itu artinya kamu memang seorang perfeksionis.
6. Orang lain melihatmu sebagai orang yang tahu segalanya.
Photo by rawpixel.com on Unsplash
Orang akan minder berada di dekatmu karena kamu sosok yang tidak bisa dijangkau. Kamu terlalu pekerja keras, kaku bakan keras pada dirimu sendiri dan orang lain. Orang lain melihatmu sebagai orang yang tahu segala-galanya dan kamu fine-fine saja dengan sebutan itu. Kamu malah akan merasa terganggu kalau ada yang menganggapmu tidak mampu.
7. Kamu sering merasa kesepian.
Photo by Blake Connally on Unsplash
Karena kamu tidak mudah percaya dengan orang lain dan terbiasa mengerjakan semuanya sendiri, makanya kamu sering merasa kesepian. Kalau kamu sering merasakannya, itu bisa jadi karena kamu seorang yang perfeksionis.
Jadi perfeksionis boleh saja, asal jangan berlebihan. Kamu sendiri yang akan cemas dan tidak tenang kalau sampai ada hal-hal buruk yang terjadi. Kamu harus bisa menerima bahwa tidak semua hal di dunia ini bisa berjalan sesuai yang kamu inginkan. Kegagalan terjadi – dan itu hal yang normal.
Whats funny is there is no such a thing perfeksion . Like that .
Make perfect for your self .
Terus naon nu jadi masalah ? Karena jalan hidup maneh t sampurna ?
Sakit jiwa
HINDARI JIWA PERFEKSIONIS YANG BERLEBIHAN
Perfeksionisme adalah suatu sikap kepribadian yang mana ditandai dengan keadaan seseorang menetapkan standar akan suatu suatu kinerja atau hal apapun dan berjuang untuk mencapai kesempurnaan dengan berlebihan. Contohnya, seorang guru yang berharap muridnya menjadi benar-benar sempurna dengan memberikan banyak tugas, memperbaiki kesalahan-kesalahan muridnya walau hal kecil, berjuang agar dirinya dan orang-orang sekitarnya untuk melakukan suatu hal yang ideal.
Perfeksionis adalah suatu tindakan yang baik. Tapi ketika sikap perfeksionis ini lepas kontrol bisa mengakibatkan orang yang memiliki sikap ini sering mengeluh. Sikap perfeksionis yang berlebihan sangat rentan dengan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini terjadi karena sulitnya kesempurnaan tersebut dicapai karena standarnya terlalu tinggi. Akhirnya yang tersisa adalah keinginan untuk mengeluh karena keadaan tidak sesuai dengan yang diinginkan. Terlalu mengharapkan kesempurnaan juga bisa mengakibatkan seseorang kehilangan akal sehat. banyak orang yang stress akibat perfeksionis yang lepas kontrol seperti ini. Oleh karena itu cobalah untuk mengurangi sikap perfeksionis yang berlebihan. Karena manusia bisa dikatakan sempurna karena ketidak kesempurnaannya.
Dampak Negatif Mindset Perfeksionisme
25 July 2014 / Articles / By Rina Ulwia
0 Shares
Pernahkah Anda mendengar berita di TV tentang seorang siswa sekolah yang melakukan bunuh diri lantaran kecewa dengan prestasinya sendiri? Ia kecewa karena nilai yang ia raih tidak setinggi yang diharapkannya. Ia malu karena menanggap dirinya telah gagal. Dan, oleh karena itulah ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Karena, ia menganggap dirinya tidak berharga dan tidak berguna.
Nah, tahukah Anda mengapa dia sebegitu malu dan frustasinya saat mendapati prestasinya mengecewakan? Karena ia terlalu perfeksionis.
Orang yang perfeksionis memandang bahwa kegagalan merupakan hal yang tidak dapat ditolerir. Baginya, tidak ada kata gagal di dalam kamusnya. Kegagalan dipandang sebagai aib yang tidak dapat diperbaiki. Memperbaiki kegagalan sama artinya membuat hasil yang dicapai tidak sepenuhnya sempurna. Itulah anggapan orang yang perfeksionis mengenai kegagalan. Sekali sebuah cermin pecah, maka ia tidak akan lagi pulih seperti semula.
Anggapan tentang kegagalan seperti di atas menjerumuskan sang perfeksionis pada keputusasaan, terutama saat ia tidak mampu meraih kesempurnaan yang didambakannya.
Hal ini bukan berarti kesempurnaan mengandung dampak yang destruktif terhadap perkembangan diri kita, dan oleh karenanya harus dihindari. Sebaliknya, kesempurnaan sangat diperlukan demi perkembangan diri kita, demi peningkatan produktivitas kita, bahkan demi kemajuan peradaban umat manusia.
Peradaban umat manusia tidak akan semaju sekarang jikalau manusianya tidak menetapkan kesempurnaan sebagai standar kesuksesan dan sebagai tujuan. Kesempurnaan mendorong umat manusia untuk terus-menerus berjuang.
Lantas, mengapa kesempurnaan berbahaya bagi orang yang perfeksionis? Kesempurnaan menjadi bahaya manakala kita terobsesi terhadapnya. Seseorang disebut perfeksionis manakala ia terlalu terobsesi terhadap kesempurnaan, di mana obsesi itu justru menghambat produktivitasnya. Ini dikarenakan, ia menetapkan standar kesempurnaan yang tidak realistis. Standar kesempurnaannya terlalu tinggi, tidak diimbangi dengan kemampuan yang memadai.
Sebagai contoh, obsesi terhadap kesempurnaan di dunia kerja. Obsesi ini tidaklah relevan. Mengapa? Karena waktu untuk mengerjakan tugas-tugas kita di kantor terbatas. Kita tidak dapat menghabiskan waktu hanya untuk memperbaiki hasil kerja kita hingga benar-benar sempurna. Dunia tidak dapat menunggu kita untuk menyempurnakan tugas-tugas kita. Waktu terus berjalan, dan tugas kita di kantor pun bergulir silih berganti. Satu tugas selesai, tugas yang lain sudah menunggu. Begitu seterusnya.
Jadi, jika kita menghabiskan waktu hanya untuk menyempurnakan satu tugas, kita akan ketinggalan. Tugas yang lain akan terbengkalai. Dan, selanjutnya…huuuuh, sanggupkah Anda membayangkan apa yang bakal terjadi selanjutnya?
Bahkan, menurut para pakar psikologi, perfeksionisme bukan hanya membawa dampak negatif seperti yang tersebut di atas, yakni kurang efisien waktu. Lebih dari itu, banyak sekali dampak negatif perfeksionisme terhadap produktivitas kerja.
Apa sajakah dampak tersebut? Nah, berikut ini penulis jabarkan beberapa di antaranya. Semoga, penjabaran mengenai dampak negatif perfeksionisme ini dapat membuka mata Anda untuk lebih berhati-hati terhadap obsesi atas kesempurnaan. Jangan sampai obsesi itu mengurangi produktivitas Anda.
Nah, sekarang, mari kita mulai dengan dampak yang pertama, yaitu kita menjadi kurang efisien waktu.
Kurang Efisien
Sebagaimana telah penulis sebutkan sebelumnya, perfeksionisme membuat kita kurang efisien waktu. Kita menghabiskan banyak waktu hanya untuk menyempurnakan satu tugas. Padahal, tugas yang lain telah menunggu untuk segera dikerjakan.
Meneliti dan mengoreksi hasil kerja merupakan suatu kewajiban. Tetapi, bagi orang yang perfeksionis, hal ini menjadi berlebihan. Mereka terus-menerus mengoreksi hasil kerja yang sebenarnya sudah sempurna sesuai dengan standar yang diharapkan oleh perusahaan. Mengapa mereka masih mengoreksi hasil kerja yang sudah sesuai standar perusahaan? Apakah mereka terlalu rajin? Bukan, tetapi karena, menurut mereka, hasil kerja mereka belumlah sempurna.
Kurang Efektif
Selain membuat kita kurang efisien waktu, perfeksionisme juga membuat kita kurang efektif. Mengapa? Secara tidak sadar, orang yang perfeksionis menganggap bahwa detail yang remeh temeh merupakan hal yang penting, yang mendukung kesempurnaan hasil kerjanya. Untuk itu, mereka mencurahkan banyak perhatian pada detail. Nah, karena terlalu berfokus pada detail, yang sebenarnya tidak penting itulah, orang yang perfeksionis justru mengabaikan hal yang jauh lebih penting.
Sebagai contoh, saat mempresentasikan hasil kerjanya, seorang yang perfeksionis akan menjabarkan hal-hal remeh temeh yang sejatinya tidak penting. Mereka mengira bahwa hal-hal itu perlu diungkap sedemikian sehingga presentasinya dinilai sempurna. Apa akibatnya? Akibatnya, ia kehabisan waktu untuk mengungkapkan hal-hal yang jauh lebih penting.
Menunda-nunda Pekerjaan
Mungkin Anda akan bertanya, “Bagaimana bisa perfeksionisme membuat orang menunda-nunda pekerjaannya? Bukankah justru sebaliknya, perfeksionisme membuat orang terlalu rajin mengerjakan tugas-tugasnya?”
Yach, menurut para pakar psikologi, seperti itulah kenyataannya, perfeksionisme membuat si perfeksionis selalu menunda-nunda mengerjakan tugasnya. Mengapa? Penjelasannya, obsesi terhadap kesempurnaan membuatnya berpandangan bahwa setiap tugas yang hendak dikerjakannya mengandung kompleksitas yang tinggi, yang oleh karenanya harus dikerjakan dengan penuh kehati-hatian.
Dan, karena membayangkan tugas-tugas yang hendak dikerjakannya mengandung kompleksitas tinggi, secara psikologis, ia terintimidasi oleh bayangan itu.
Nah, seperti yang pernah penulis jelaskan pada artikel yang berjudul Cara Memotivasi Diri Ini Mungin Tidak Pernah Anda Bayangkan Sebelumnya, anggapan (kita) mengenai suatu tugas turut memengaruhi mood kita untuk mengerjakannya. Jika kita beranggapan bahwa tugas yang hendak kita kerjakan memiliki tingkat kompleksitas dan kesulitan yang tinggi, maka secara tidak sadar, kita pun malas untuk mengerjakannya. Ini dikarenakan, kita merasa terintimidasi oleh tugas itu. Sebaliknya, jika kita beranggapan bahwa tugas yang hendak kita kerjakan sangat simple dan mudah, maka kita pun termotivasi untuk segera mengerjakannya.
Depresi dan Stres
Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, orang yang perfeksionis menganggap kegagalan sebagai aib yang tidak akan hilang sekalipun diperbaiki.
Anggapan ini membuatnya frustasi manakala ia menemui kegagalan. Nah, dalam kasus siswa yang bunuh diri lantaran prestasinya mengecewakan, ia memutuskan bunuh diri lantaran tertekan/stres oleh kegagalan yang dialaminya. Ia tidak dapat menerima kegagalan itu, karena menurutnya, sekalipun ia memperbaiki kegagalannya, ia tidak akan mencapai hasil yang sepenuhnya sempurna. Kegagalan membuat kesempurnaan yang diraihnya tidak penuh, ibarat mesin yang rusak, yang tidak akan pulih seperti semula setelah diperbaiki.
Lupa terhadap Tujuan
Perfeksionisme juga membuat kita lupa terhadap tujuan semula. Hal ini dikarenakan, kita terlalu berfokus pada detail. Padahal, belum tentu detail tersebut penting.
Sebagai contoh, andaikanlah Anda seorang yang perfeksionis. Bayangkan Anda sedang menyusun sebuah draft outline untuk edisi terbaru majalah Anda.
Sebenarnya, draft itu sudah selesai. Tetapi, Anda sibuk memperbaiki lay out tulisannya. Anda bingung memutuskan menggunakan font yang mana untuk draft tersebut.
Nah, karena terlalu sibuk memilih font yang tepat, Anda pun lupa bahwa model tulisan (font) bukanlah tujuan utama draft itu ditulis. Anda lupa bahwa hal yang paaaaaling penting dalam draft tersebut yaitu substansi laporan.
Demikianlah beberapa dampak negatif perfeksionisme yang dapat penulis jelaskan kepada Anda.
Sekarang, setelah mengetahui dampak negatif perfeksionisme, apa yang akan Anda lakukan untuk menghindari mindset yang merusak ini? Kunci untuk menghindari perfeksionisme yaitu menentukan standar kesempurnaan serealistis mungkin, sesuai dengan kemampuan Anda.
KOMPAS.com - Bisa dibilang, sikap perfeksionis adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Pasalnya, sikap yang menuntut diri sempurna membuat seseorang menjadi budak dari kesuksesan. Padahal, di dunia yang bergerak cepat seperti sekarang ini, sikap yang paling dibutuhkan agar mampu bertahan adalah fleksibel dan mampu beradaptasi.
Dalam bukunya, A Nation of Wimps, Hara Estroff Marano memaparkan sikap perfeksionis punya banyak kelemahan dibandingkan sisi positifnya. Perfeksionisme yang masuk ke dalam jiwa dan kemudian menciptakan gaya kepribadian, membuat seseorang tidak bisa menemukan apa yang benar-benar mereka suka, juga tidak bisa menciptakan identitas mereka sendiri.
Perfeksionisme juga mengurangi kesenangan dan asimilasi pengetahuan. Jika Anda selalu terfokus pada performa pribadi dan selalu membela diri sendiri, maka Anda tidak akan bisa fokus pada pembelajaran dari suatu tugas atau pekerjaan. Mengapa? Karena sikap perfeksionis membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk mengambil risiko, mengurangi kreativitas, dan inovasi.
Sikap menuntut diri sempurna juga merupakan sumber dari emosi negatif. Sikap ini tidak membuat seseorang mampu mencapai hal positif, tapi justru membuat seseorang terfokus hanya pada upaya menghindari hal-hal negatif.
Berusaha untuk menghindari penilaian buruk, melakukan kesalahan, justru hanya akan menimbulkan frustasi yang berujung pada gangguan kejiwaan seperti mudah cemas dan depresi.
Pakar mengatakan, perfeksionis tidak lahir dengan sendirinya tapi diciptakan terutama di masa kecil. Misalnya, seorang anak mendapatkan tuntutan tinggi dari orangtuanya untuk selalu mendapatkan nilai tinggi di sekolah. Ini terjadi lebih karena orangtua ingin mencapai status tertentu dari prestasi atau "kesempurnaan" anak. Tuntutan ini kemudian dipahami anak sebagai kritik atas kesalahan. Anak-anak yang dituntut sempurna kerap merasa dihujani kritik setiap kali berbuat kesalahan. Perfeksionisme juga merupakan bentuk kontrol orangtua terhadap anak-anaknya.
Psikolog, Randy O Frost, yang juga adalah professor di Smith College melakukan penelitian selama dua dekade terakhir. Ia membagi dimensi perfeksionisme, di antaranya:
"Jika seseorang melakukan tugas di sekolah atau kantor lebih baik dari saya, maka saya akan merasa gagal dalam mengerjakan semua tugas"
"Saya tidak seperti orang lain yang sepertinya lebih mampu menerima standar lebih rendah dari dirinya sendiri"
"Orangtua saya ingin saya menjadi yang terbaik dalam segala hal"
"Saat kecil, saya sering dihukum jika melakukan sesuatu tidak sempurna"
"Saya ketinggalan dalam urusan pekerjaan karena saya kerap mengulangi apa yang saya lakukan demi menjadi sempurna"
"Kerapihan sangat penting bagi saya"
Frost mengatakan, setiap pernyataan tersebut menggambarkan aspek perfeksionisme berikut ini:
* Fokus pada kesalahan.
Perfeksionis cenderung menganggap kesalahan sebagai kegagalan, dan meyakini bahwa mereka tidak akan dihargai orang lain lantaran kegagalan itu.
* Standar tinggi.
Perfeksionis bukan hanya memiliki standar tinggi terhadap dirinya sendiri atau orang lain, tapi juga mengevaluasi diri dengan standar tinggi.
* Ekspektasi orangtua.
Perfeksionis cenderung meyakini orangtua mereka menuntut hasil sangat tinggi terhadapnya.
* Kritik orangtua.
Perfeksionis menyadari bahwa orangtua mereka berlebihan dalam mengkritik.
* Keraguan.
Perfeksionis sebenarnya ragu akan kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan.
* Organisasi.
Perfeksionis kerap menekankan pada memberi perintah.
"Kebanyakan orang sukses punya standar tinggi terhadap diri sendiri. Dan mereka cenderung merasa senang," terang Frost.
Para perfeksionis, lanjut Frost, juga cenderung khawatir melakukan kesalahan. Padahal sebenarnya orang lain tak melihat ada kesalahan yang mereka lakukan.
"Mereka hanya tak merasa pasti, juga meragukan kualitas tindakan mereka," terangnya.
Menurut Frost, intoleransi terhadap ketidakpastian juga merupakan ciri obsesif kompulsif dan gangguan kecemasan umum.
Dalam studinya, Frost juga menunjukkan adanya keterkaitan antara sikap orangtua yang terlalu menuntut dan kritis terhadap sikap perfeksionis anak.
"Orangtua yang yang hanya fokus pada kesalahan membesarkan anak yang juga akan melakukan hal sama. Ada modeling berperan di sana. Juga ada efek interpersonal, yang ditransmisikan dari figur berkuasa dalam kehidupan anak yang sangat kritis dan penuh tuntutan," ungkapnya.
Fokus pada kesalahan merupakan isu utama dari perfeksionisme. Ini mendorong munculnya kondisi sikap mengkritik berlebihan, kepatuhan yang kaku, standar yang ketat, yang merupakan unsur perfeksionisme.
Alih-alih menuntut diri sempurna, sebenarnya yang lebih baik dimiliki setiap pribadi adalah keunggulan.
"Ada perbedaan antara keunggulan dan kesempurnaan," jelas Miriam Adderholdt, pengajar psikologi di Lexington, North Carolina, dan penulis buku Perfectionism: What's Bad About Being Too Good?
Keunggulan, terangnya, menekankan pada menikmati apa yang Anda kerjakan, dan merasa nyaman dengan apa yang Anda pelajari atau pengalaman yang Anda dapatkan, serta mendorong pengembangan kepercayaan diri.
Sementara kesempurnaan, lebih menekankan pada perasaan negatif terhadap sesuati dan sikap selalu mencari kesalahan meski usaha yang dilakukan telah maksimal.
Mengapa keunggulan lebih penting? Karena sikap menuntut diri sempurna hanya akan menghambat seseorang mengembangkan kemampuan sosialnya juga kemampuan mengelola emosi. Padahal, kata Frost, kedua kemampuan ini penting dimiliki sebagai bekal bertahan hidup.
Emang kitu, emang kieu.
Kepedean membawa kematian.
Menerima atau tidak, segala sesuatu ada standarnya.
Tidak apa-apa, tidak ada yang sempurna.
Pirage.
Perfeksionis,
Rasa bersalah.
Yang terjadi dan tidak terjadi.
Terima apa adanya.
Berusaha atau ikhtiar.
Tidak akan punya-punya.
Hal terburuk dari yang terburuk.
From the Desk of Amhar Maulana Arifin,Subject: Dampak buruk Perfeksionisme(Artikel ini adalah part I dari trilogi artikel tentang perfeksionisme negatif )Perfeksionisme adalah suatukarakter kepribadian ketika seseorang menerapkan standar yang terlalu tinggi akan suatu hal dan berusahauntuk memperoleh kesempurnaan dalam hal tersebut. Standar yang ia terapkan tidak sesuai dengan keadaan sekitar dan kemampuannya karena terlalu tinggi. Dan yang paling menyakitkan, seorang perfeksionis sering kali melakukan evaluasi yang berlebihan.Pefeksionisme bagaikan pedang dengan dua sisi yangtajam, di satu sisi perfeksionisme bisa berdampak positif (perfeksionisme positif), dan di sisi lain bisa berdampak negatif (perfeksionisme negatif atauover-perfectionism). Perfeksionisme positif dapat menjadi stimulus seseorang untuk berprestasi dan menjadi motivasi yang sangat besar untuk meraih kesempurnaan. Sedangkan perfeksionisme negatif adalah sisi gelap yang sangat berbahaya. dan sayangnya sisi gelap perfeksionisme ini sering kalilebih tajam dari pada sisi positifnya. akhirnya banyak orang yang melukai dirinya sendiri karena perfeksionisme. sisi negatif ini bagaikan virus yang menjangkiti pemiliknya. semakin dibiarkan akan semakin kuat dan melumpuhkan motivasi dan produktivitas. Walaupun memiliki standar yang tinggi adalah suatu kebaikan, tetapibiaya oportunitas yang harusdikorbankan untuk memperoleh standar yang tinggi tersebut kadang lebih besar dari hasil yang akan diperoleh. Perfeksionisme bisa mengakbatkan penyakit psikis maupun psikologis. Karena terlalu banyak dampak buruk yang bisa muncul akibat perfeksionisme ini, akhirnya bisa dikatakan bahwa perfeksionisme adalah penyakit hati yang harus segera dimusnahkan. Berikutini adalah dampak buruk dariperfeksionisme.1. PERFEKSIONISME MENGHENTIKAN PROSESPerfeksionisme sering kali membuat kita tidak bisa merealisasikan impian kita yang sebenarnya bisa dicapai. Contohnya, seorang calon pengusaha rental mobil, ia sedang merancangbusiness planuntuk usahanya tersebut. Karena jiwa perfeksionisme yang tinggi, ia berhasrat untuk membuat rencana bisnis yang sempurna dan tanpa cacat sedikit pun. Ia berencana melakukan penelitian ke seluruh rental mobil yang ada di Indonesia untuk mengetahui tingkat persaingan usaha rental mobil. Ia juga berencana mencari data dari berbagai dealer mobil tentang pergerakan harga mobil, tingkat penjualan dari tahun ke tahun, dan berbagai data lainnnya untuk mengetahui tren perkembangan usaha otomotif di Indonesia dan kaitannya dengan usaha rental mobil. Memang hal-haltersebut sangatlah baik karena rencana yang tidak sempurna adalah merencanakan ketidaksempurnaan, tapi karena perfeksionisme, kesempurnaan itu sangatlah tinggi sehingga bagaikan angan-angan. Bisa dibayangkan, melakukan riset ke seluruh rental mobil di Indonesia saja butuh waktu dan biaya yang besar. Belum lagi jika terjadi banyakkendala. akhirnya yang hilang bukan sekedar materi, tapi yang paling bahaya adalah hilangnya rasa percaya diri dan semangat. Sehingga bisa menghentikanusaha yang ia rancang.2. PERFEKSIONISME MENAHAN LANGKAHPernahkah anda tidak mau masuk sekolah karena belummenyelesaikan tugas? Pernahkah anda tidak jadi mengikuti lomba yang sebenarnya anda mampu mengikutinya karena merasabelum memiliki persiapan yang sangat sempurna? Pernahkah anda membatalkan presentasi danberpura-pura sakit karena belum menguasai beberapa bagian yang akan anda presentasikan? Pernahkah anda tidak berani mengungkapkan pertanyaan atau ide anda dalam suatu seminar maupun diskusi karena merasa apa yang adadipikiran anda tidak sempurna? Jika jawaban anda ya, selamat, anda adalah perfeksionis. Perfeksionisme yang menahan langkah anda. Inilah salah satu dampak yang paling buruk dari perfeksionisme. Perfeksionisme yang mengakibatkan lenyapnya kesempatan emas, sehingga kesempatan tersebut diambiloleh mereka yang mau melangkah untuk mengambilnya.3. PERFEKSIONISME MENGAKIBATKAN PENUNDAANSeperti pada artikel “Penyebabdan Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda”. Tugas yang kompleks adalah penyebab seseorang menunda pekerjaan. Seorang perfeksionis, karena standarnya yang tinggi, akhirnya ia harus melakukan beberapa tindakan yang sangat kompleks untuk dilaksanakan. Sehingga ia rentan untuk menunda pekerjaannya. Dengan tugas yang kompleks bisa muncul rasa malas yang akhirnya tidak bisa dilaksanakan sesuai yang diharapkan.4. PERFEKSIONISME MENYAKITI JIWAAda orang yang menangis ketika mendapat rata-nilai rata ujian nasional 80. Ada juga orang yang putus asa dan merasa rendah diri ketika gagal dalam suatu kompetisi. bahkan ada juga yang bunuh diri karena melakukan kesalahan kecil dalam suatu konser. Hal-hal tersebut adalah contoh bagaimana perfeksionisme menyakiti jiwa. Perfeksionisme bisa mengakibatkan rendah diri, patah semangat, depresi, putus asa, kesedihan, penderitaan, dan berbagai hal lainnya. Orang yang perfeksionis sangat rentan dengan hal-hal negatif tersebut. Mungkin bisa saja orang tersebut baik-baik sajadalam beberapa kondisi, tetapi ketika mengalami kegagalan, ia bisa terhempas.Demikian empat dampak buruk perfeksionisme. Pada artikel selanjutnya (part II) dibahas tentang bagaimana cara mengenali apakah diri anda telah terjangkit over perfeksionisme atau tidak. dan pada part III akan dibahas solusi untuk mengendalikanover perfectionismagar kembali menjadi positif.
Pada artikel sebelumnya (dampak negatif perfeksionisme) telah dibahas tentang bagaimana perfeksionisme bisa mencederai diri yang dalam istilah amhard inspire disebut over-perfeksionisme atau perfeksionisme yang berlebihan. Maka pada artikel ini akan dibahas tentang cara mengenali apakah diri anda telah terjangkit virus perfeksionisme yang berlebihan atau tidak.Berikut ini merupakan ciri-ciribahwa kita telah terjebak dalam perfeksionisme yang melebihi batas wajar (over). Batas ini sangatlah relatif tergantung keadaan diri masing-masing dan lingkungan sekitar. Tapi anda bisa mengenali tanda-tanda anda telah terjangkit perfeksionisme yang berlebihan dengan mempertimbangkan enam hal berikut ini.1. MENGKRITISI BANYAK HAL (DENGAN BERLEBIHAN)Anda mulai mengkritisi banyak hal yang sebenarnya jarang dikritisi orang yang memiliki keadaan sama seperti anda tapi tidak perfeksionis. seperti mengkritik teman-teman anda yang anda rasa tidak sesuai dengan standar wajaryang anda yakini. Jika anda seorang atasan, anda mulai mengevaluasi bawahan andabahkan hampir keseluruhan bawahan sering dievaluasi karena merasa banyak sekalikesalahan yang telah terjadi. Selain itu, anda juga mulai mengkritisi keadaan lingkungan yang tidak sesuaidengan harapan anda, bahkan anda pun bisa mengkritisi hal-hal yang berkaitan dengan diri seperti anda merasa tidak nyaman dengan sepatu anda yang terkena sedikit debu, tidak suka dengan gaya rambut acak-acakan sekarang ini, dan lain-lain.2. INGIN MENUNJUKKAN YANG TERBAIK ATAU DIAM (DENGAN BERLEBIHAN)Ciri nomor dua ini mengakibatkan banyak orang kehilangan kesempatan emas. Ia menyia-nyiakan berbagai kesempatan hanya karena merasa bahwa diri belum sempurna. Berbagai kesempatan emas hilang begitu saja karena takut gagal dan tidak sempurna. Iatakut mengevaluasi diri di masa depan karena tidak bisa mencapai standarnya yang tinggi dengan sempurna. Contohnya dalam suatu forum diskusi, Mr. Perfeksionis memiliki ide brillian yang ingin diungkapkan. Tapi ia belum berani mengungkapkan karena ingin menyampaikannya dengan retorika dan susunan kalimat/kata yang sangat baik, berpengaruh, dan mengagumkan. Jika diasumsikan kesempatan untuk mengungkapkan ide hanya 5 menit. Sedangkan iamembutuhkan waktu hingga 7 menit untuk memperoleh kata-kata yang baik dan mengagumkan. Akhirnya kesempatan tersebut hilang begitu saja. Inilah ciri seorang perfeksionis yang over. Mengharapkan kesempurnaan yang tinggi tapi akhirnya tidak bisa meraih kesempurnaan tersebut karena keterbatasan.3. SERING MENUNDA BANYAK HAL (KARENA TAKUT TIDAK SEMPURNA)Sering kali seorang perfeksionis menunda mimpi-mimpi dan planning yang sudah dirancangnya, mereka menunda tindakannya karena merasa takut akan kegagalan. Mereka juga menunda karena khawatir jika hasil usahanya berada di bawah standar. Planning tersebut menjadi sangat kompleks karena jiwa perfeksionisnya sehingga sulit untuk diselesaikan. Akhirnya muncul rasa malas dan inginmenunda.4. SENSITIF DENGAN KRITIKANSeorang Over-perfeksionis sangat sensitif dengan kritikan. Ketika ada seseorang mengkritiknya, ia akan merasa sakit hati dan merasa rendah diri. Ia juga kadang memandang orang yang mengkritiknya sebagai musuh yang tidak menyukainya. Akhirnya sering kali orang-orang sekitarnya menganggap over-perfeksionis adalah orang yang sombong dan merasa dirinya paling sempurna.5. BERSIKAP TERTUTUP DENGAN ORANG SEKITARKarena takut akan memperoleh kritikan, cemoohan, dan selalu ingin menunjukkan diri yang terbaik kepada orang lain, seorang perfeksionis sering menutup diri dari menceritakan penderitaan, kesulitan, kekurangan, dan permasalahan yang ada pada dirinya. Ia juga cenderung menjaga jarak dengan banyak orang dan hanya berharap orang lain bisa melihat keluarbiasaan yang ada pada dirinya.6. SENANG DENGAN KOMPETISI YANG TERUKURSeorang perfeksionis lebih senang berada di zona kompetisi yang terukur. Contohnya di kampus yang ada rentang nilai A hingga E, di sekolah yang ada skor Antara 0-100. Tapi di dunia luar, mr. over-perfeksionis merasa tidak nyaman karenakompetisi tidak terukur dengan sempurna. Sehingga ia merasa bahwa usahanya kerasnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan karena tidak ada nilai dan pembanding.Demikian cara mengidentifikasi apakah diri anda telah terjangkit over-perfeksionisme. Jika anda telah merasakan minimal salah satu dari enam hal di atas, terus terhubung dengan Amhard Inspire. pada artikel selanjutnya penulis telah menuliskan solusi untuk mengendalikan perfeksionisme yang berlebihan.
Pada pembahasan sebelumnya (Part 1danPart 2) penulis mengibaratkan perfeksionisme dengan pedang yang memiliki dua sisi yang tajam dan salah satu sisinya bisa melukai pemiliknya. Maka pada artikel ini penulis akan menjelaskan bagaimana agar sisi negatif dari perfeksionisme bisa dihilangkan tanpa harus menghilangkan sisi positifnya. penulis tidak menyarankan untuk menghilangkan perfeksionisme tersebut secara keseluruhan, karena perfeksionisme memiliki sisi baik yang apabila digunakan dengan baik akan menjadi senjata ampuh untuk sukses.Perfeksionisme akan menjadi negatif apabila kita tidak bisa mengendalikannya, dalam arti lain ketika perfeksionisme tersebut berlebihan dan mengakibatkan dampak-dampak negatif. Mengendalikan perfeksionisme bagaikan cara seorang pemegang pedang dengan dua sisi yangtajam harus berhati-hati dalam mengendalikannya agar salah satu sisinya tidak melukainya dan menggunakan sisi yang lain untuk kekuatan dirinya.Berikut ini adalah tips agar kita bisa lepas dari sisi negatif perfeksionisme.1. FOKUS TERHADAP PROSESBiasanya perfeksionis memiliki harapan yang sangat mendalam terhadap kesuksesan dan rasa takut yang sangat besar terhadap kegagalan. Mereka selalu mengharapkan hasil yang sempurna. Padahal jika terlalu fokus terhadap hasil, maka tidak akan ada proses. Apabila ketakutan tersebut sangatlah besar, maka tidak menutup kemungkinan seorang over-perfeksionis akan menunda pekerjaannya,ia sering kali menyia-nyiakankesempatan emasnya.Alangkah baiknya bagi seorang perfeksionis untuk fokus terhadap proses. Janganlah memikirkan hasil. Allah swt pun tidak menilai hambanya dari hasilnya, tapi proses yang dilakukannya. Maka bagi para perfeksionis, hendaklah menggunakan sisitajam pedang yang lainnya sebagai motivasi untuk menjalankan proses dengan semangat yang tinggi. Biasanya seorang perfeksionis yang bisa menggunakan perfeksionismenya dengan baik akan memiliki determinasi yang lebih kuat dibandingkan dengan mereka yang bukan perfeksionis. Mereka memiliki keteguhan hati dan semangat juang yang tinggi. Maka, fokuslah terhadap proses, lawan rasa takut akan kegagalan. Dengan demikian anda akan terhindar dari perilaku menunda atau menyia-nyiakan kesempatan emas.2. MENGATUR EMOSISeorang perfeksionis sering kali tidak bisa mengatur emosi. Ia sering kali melakukan kritik baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Selain itu ia sangat mudah tersinggung jika berkaitan dengan kualitasnya.Agar dampak negatif ini bisa diperbaiki, seorang perfeksionis harus bisa mengatur emosinya dengan baik. Cara untuk mengatur emosi butuh latihan yang panjang. Intinya dalah bagaimana menanamkan keyakinan-keyakinan positif dalam diri. (kedepannya penulis akan mengupas tentang cara mengatur emosi yang efektif.3. IKHLAS DAN SABARJika pada poin pertama kita harus menggunakan perfeksionisme sebagai motivasi untuk sukses. Makapada point 3 ini akan melengkapi poin pertama.Seorang perfeksionis perlu meningkatkan keikhlasan dan kesabaran. Hal ini sangatlah penting karena biasanya seorang perfeksionis apabila mengalami kegagalan akan depresi, putus asa, rendah diri, dan stress. Kegagalan merupakan mimpi buruk bagisemua perfeksionis. Oleh karena itu dengan meningkatkan kesabaran dan keikhlasan seorang perfeksionis bisa mengendalikan rasa takutnya.4. BERANI AMBIL RESIKOHi risk hi return. semakin tinggi tingkat resiko, maka semakin besar juga hasil yang akan diperoleh. Seorang perfeksionis harusnya memegang prinsip ini agar berani mengambil resiko. Karena dibalik resiko yang tinggi terdapat keuntungan yang sangat besar. Berani mengambil resiko adalah pilihan yang sangat tepat dalam hidup, karena dalam perjalanan menuju kesuksesan tidak akan pernah terlepas dari pengaruh resiko.5. SMART GOALSering kali seorang perfeksionis memiliki visi misi yang diluar batas kemampuan diri dan alam. Maksudnya mimpi yang tidakmasuk akal. Seperti seseorang yang bermimpi mengedipkan mata hingga 2.000.000 kali tapi hanya dalam waktu satu menit.Maka bagi para perfeksionis, buatlah standar tertentu yang bisa dicapai. Caranya adalah dengan menerapkan SMART Goals (Specific, Measureble, Attainable, Reliable, dan Timely).Specific: semakin spesifik tujuan kita, maka akan semakin mudah dicapai.Measureable: tujuan harus terukur dengan membuat kriteria yang konkret.Attainable: Tujuan harus memiliki kemungkinan untuk tercapai.Realistic: Tujuan harus realistis.Timely:Tujuan harus bisa diukur berdasarkan waktu.Demikian beberapa tips untuk mengendalikan perfeksionisme agar berada pada tracknya yang benar. Ketika anda bisa memanfaatkan sisi positif dari perfeksionisme, anda akan menjadi orang yang penuh determinasi dan kemungkinan besar mampu merealisasikan berbagai target dan tujuan anda.
Respectfully,
Amhar M. A.
Keuntungan dan Kerugian Menjadi Seorang PerfeksionisPosted on6 Agustus 2012byRicha FebrinainPsikologi|1 Commentinformasitips.com– Setiap orang memiliki karakter yang berbeda antara satu dengan lainnya. Berbagai macam karakter pada manusia di dunia ini tentunya memiliki keunikan tersendiri. Salah satu karakter yang mungkin sering atau pernah kita jumpai adalah perfeksionis. Perfeksionis merupakansikap yang mengharapkan kesempurnaan dalam segala hal, baik itu yang ada pada diri pribadinya atau pada sesuatu yang ada di lingkungannya.Seseorang yang perfeksionisakan bangga pada apa yang dimilikinya dan akan sangat menjaga apa yang dia punya. Dia akan mencermati dengan detail, fokus, dan akan berusaha keras membuat pekerjaannya lebihbaik. Jika pekerjaannya tidak selesai dengan benar, maka ia menganggap dirinya telah gagal. Apa yang orang perfeksionis lakukan haruslah sempurna, karena dengan kesempurnaan yang ia maksud maka ia baru merasa berhak mendapatkan pengakuan. Perhatian orang yang perfeksionis akan selalu tertuju pada kesalahan dan kelemahan, terkadang dia merasa tidak puas atas keberhasilannya sendiri dan biasanya dia jarang bahagia dan cenderung jatuh karena sikapnya sendiri. Pada kenyataanya, perfeksionis memiliki dampak positif dan negatif.Manfaat menjadi seorang yang perfeksionis yaitu:*.Memiliki Standar Pribadi yang TinggiSeseorang yang perfeksionis akan menetapkan standar pribadi yang tinggi untuk dirinya sendiri. Dia tidak akan merasapuas dengan melakukan sesuatu hal yang menurutnya biasa-biasa saja atau dia tidak merasa puas dengan hanya memenuhi pedoman minimum. Dia akan melakukan pekerjaan sebanyak yang dia perlukan untuk menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Dengan standar pribadi yang tinggi, maka orang perfeksionis akan mudah untuk memenuhi harapan orang lain dan jauh lebih mudah memenuhi standar orang lain. Memiliki standar yang rendah akan membuatnya harus selalu memaksakan diriuntuk memenuhi apa yang orang lain harapkan darinya.*.Proses Kerja yang EfisienKehidupan pribadi orang yang perfeksionis sangat teratur. Hal ini ia tempatkan juga dalam kehidupan dunia kerja. Dalam beberapa kasus, pekerjaan orang yang perfeksionis lebih efisien dibanding non-perfeksionis karena dia memiliki proses dan pola yang terorganisir untuk menangani suatu pekerjaan dengan caranya sendiri, sehingga di hari kerjanya tidak ada usaha dan waktu yang terbuang percuma.*.Kualitas Kerja yang TinggiOrang yang perfeksionis akan menghabiskan banyak waktu untuk memastikan karyanya sempurna, bahkan memiliki kualitas yang hebat. Dia akan membangun reputasi sebagai yang terbaik pada apa yang dilakukannya, karena ia membutuhkan waktu dan kesabaran untuk memastikan bahwa setiap detail adalah kepuasannya. Menghasilkan sesuatu yang berkualitas akan sangat menguntungkan baginya, karena dia akan terlihat menonjol dari orang-orang di sekitarnya sehingga peluang untuk lebih maju menjadi lebih terbuka untuknya.*.Tidak Mengabaikan Sesuatu yang KecilBagi orang yang perfeksionis, hal sekecil apa pun tidak boleh diabaikan. Dia akan membuat hal kecil tersebut menjadi sesuatu yang berharga meskipun hanya sebagai pelengkap atau dia akan membuangnya sekalian jika merasa hal kecil itu akan menghasilkan sesuatu yang tidak sesuai harapan. Intinya dia tidak akan mengabaikan sesuatu yang sekiranya akan mendukung keberhasilannya.*.Teliti Terhadap Hasil KaryanyaMenginginkan hasil yang sempurna membuat seorang perfeksionis akan selalu memeriksa segala sesuatu dengan rinci dan mengujinya sesuai dengan rancangan yang dibuat. Hal ini ia lakukan untuk memastikan semuanya terlihat dan berfungsi dengan sempurna. Dengan begitu, kemungkinan orang lain untuk tidak melihat hasil karyanya sangatlah kecil.Selain mendapatkan beberapa manfaat, menjadi perfeksionis juga memiliki kerugian, di antaranya:*.Bekerja Lebih BanyakUntuk mencapai hasil yang sempurna, seorang yang perfeksionis akan selalu bekerja melampaui pekerjaan orang-orang pada umumnya. Sehingga dia banyak menghabiskan waktu untuk mencapai sesuatu yang dianggapnya berkualitas. Terkadang hal ini membuat pekerjaannya menjadi tidak efektif.*.Membuat Sesuatu yang Tidak PerluKesempurnaan tidak selalu penting bagi sebagian orang, tapi untuk seorang perfeksionis kesempurnaan adalah segalanya. Sehingga dalam beberapa aspek pekerjaan dia akan menuntut untuk selalu sempurna. Misalnya seorang desainer akan terpaku dalam membuat sebuah rangka gambar tertentu yang padahal klien atau tim pengembang tidak akan menyadari atau bahkan tidak terlalu peduli dan tidak memerlukan hal itu.*.Lebih Mudah Frustasi dan DepresiMenjadi seorang yang perfeksionis terkadang dapat membuat frustasi dan depresi. Hal ini bisa terjadi ketika dia mengerjakan sesuatu dengan sangat bekerja keras bahkan menghabiskan waktu daripada biasanya, namun hasil pekerjaannya tidak memenuhi harapan yang diinginkan orang lain. Ketika dia tidak bisa mencapai tujuan yang optimal, kemungkinan dia akan berhadapan dengan rasa frustasi dan depresi.*.Produktivitas yang Lebih RendahDalam kasus ekstrim, seorang yang perfeksionis bisa begitu sibuk dengan rincian pekerjaan yang mereka anggap bisamenghasilkan sesuatu yang sempurna. Dia bisa menghabiskan waktu yang cukup lamadan fokus pada satu aspek tertentu, sehingga ia melupakan aspek lain yang seharusnya ia kerjakan. Ia dapat mengerjakan satu pekerjaan secara fokus untuk menghasilkan sesuatu yang berkualitas, namun terkadang ia lupa banyak pekerjaan lainnya yang terbengkalai.Itulah beberapa manfaat dan kerugian menjadi seorang perfeksionis. Di satu sisi memang sangat menguntungkan, namun di sisi lain menjadi perfeksionis ternyata hanya akan menyakiti diri sendiri. Tidak ada yang salah menjadi seseorang yang perfeksionis, namun banyak hal yang harus dipikirkan. Orang perfeksionis biasanya cenderung lebihmudah stres, tegang, tertekan, sedih, merasa tidak puas, dan kecewa jika di dalam hidupnya tidak berjalan sempurna sebagaimana mestinya. Pada tingkat yang lebih parah adalah akan mengarah pada rusaknya berbagai hubungan dalam kehidupan karena selalu menganggap semua salah, sehingga timbul rasa frustasi, depresi bahkan bunuh diri. Tidak semua hal di dunia ini menuntut kesempurnaan, jadi bagi Kamu yang termasuk seorang perfeksionis berusahalah untuk menjadi lebih santai dan belajar menerima apa adanya tanpa mengenyampingkan usaha.
Hati-Hati dengan Efek Samping dari Perfeksionis yang SatuIni!Penulis:Mohammad Ferandy/23 Oktober 2015Perfeksionis, orang yang memiliki dorongan kuat untuk melakukan segala hal dengan sempurna, tanpa cacat sedikit pun. Perfeksionisme, keyakinan yang dimilikiorang perfeksionis, tentu membuat pekerjaan orang tersebut menjadi berkualitas. Namun, di balik kerja keras seorang perfeksionis ada efek sampingnya.Orang yang perfeksionis cenderung berlebihan memperhatikan detail, obsesif, sensitif terhadap kritik, sering stres, keras kepala, dan suka menunda-nunda pekerjaan. Ada orang-orang perfeksionis yang memiliki potensi untuk berhasil dalam hidupnya namun sifat ini justru menghambatnya.Orang yang perfeksionis cenderung mudah lelah saat menghadapihal-hal yang di luar perkiraannya. Itulah sebabnya ada perfeksionis yang cenderung menunda-nunda, walau tidak semuanya seperti itu. Ada juga perfeksionis yang cenderung ingin mengerjakan secepatnya agar bisa menyempurnakan hasil kerjanya di lain waktu. Namun tetap saja, kecenderungan berpikirnya ini membuat pikirannya tidak tenang.Adakah cara untuk melakukan hasil kerja yang baik tanpa harus perfeksionis? Untuk mengetahui jawaban dari hal ini, mari kita simak hasil penelitian Brene Brown tentang perfeksionisme.Apa yang perlu kamu ketahui tentang perfeksionisme?utica.eduAda 2 hal yang perlu semua orang ketahui tentang perfeksionisme:1.Perfeksionismetidak samadengan berusaha yang terbaikPerfeksionisme bukanlah tentang pencapaian dan pertumbuhan yang sehat. Perfeksionisme adalah kepercayaan bahwa jika kita hidup sempurna, terlihat sempurna, dan bertindak dengan sempurna, kita bisa menghindari rasa sakitdariblaming(menyalahkan), judgment(dihakimi),danshame(rasa malu).Perfeksionisme itu tameng. Perfeksionisme adalahtameng seberat 20 ton yang kita seret-seret dengan anggapan bahwa sikap ini akan melindungi diri kita. Padahal faktanya, justru tameng inilah yang mencegah kita untuk melesat maju dan berkembang.1.Perfeksionismebukanlahpengembangan diriPerfeksionisme adalahmencoba untuk diakui dan diterima. Kebanyakan perfeksionis dibesarkan dengan banyak pujian atas prestasi dan kinerja mereka (baik itu nilai disekolah, sopan santun,mengikuti aturan, membuat orang lain senang, penampilan, sampai olah raga).Dalam perjalanan hidupnya, perfeksionis menerapkan kepercayaan yang berbahaya semacam ini: saya ini seberhargaapa yang saya capai dan seberapa baik saya mencapainya. Saya seberharga kemampuan saya menyenangkan orang lain, kemampuan saya bekerja, dan kemampuan saya untuk menjadi sempurna.Ada perbedaan yang besar antara pengembangan diri dengan perfeksionisme. Pengembangan diri itu fokus pada diri sendiri:“Bagaimanakah caranya saya bisa berkembang?” Sementara perfeksionisme berfokus pada orang lain: “Apa yang akan orang lain pikirkan?”Memahami perbedaan antara berusaha dengan sehat dan perfeksionisme ini sangat penting. Terutama agar kita bisa melepaskan tameng berat ini dan benar-benar mengambil alih hidup kita Berbagai penelitian1menunjukkan bahwa perfeksionisme menghambat kesuksesan.Perfeksionisme seringkali menjadi pintu masuk depresi, kecemasan, adiksi, dankelumpuhan hidup. Kelumpuhan hidup berarti orang tersebut melewatkan banyak kesempatan karena terlalu takut untuk menghasilkan karya yang bisa jadi hasilnyatidak sempurna.Kelumpuhan hidup juga termasuk banyak impian yang tidak perfeksionis ikuti karena rasa takutnya yang mendalam akan kegagalan, membuat kesalahan, dan mengecewakan orang lain. Saat kamu menjadi seorang perfeksionis, kamu akan takut mengambil risiko karena kamu merasa harga dirimu sedang dipertaruhkan.Pengertian: apa itu perfeksionisme?www.work-stress-solutions.comBrene Brown menjelaskan definisi perfeksionisme.*.Perfeksionisme adalah sistem kepercayaan yang menghancurkan diri sendiri sekaligus adiktif, perfeksionisme ini membuat pelakunya berpikir seperti ini: “Jika saya tampak sempurna, hidup sempurna, dan melakukan semuanya dengan sempurna, saya bisa menghindari rasa sakit karena rasa malu, dihakimi, dan disalahkan.*.Perfeksionisme itu menghancurkan diri sendiri karena alasanyang sederhana: kesempurnaan pada manusia itu tidak ada. Kesempurnaan itu tujuan yang tidak mungkin digapai. Ditambah lagi, perfeksionisme ini lebih tentang anggapan bahwa kitaingin dilihat secara sempurna. Sekali lagi, hal ini tidak dapat digapai. Tidak ada cara untuk mengendalikan anggapan orang lain, tak peduli berapa banyak waktu dan tenaga yang kita gunakan.*.Perfeksionisme itu adiktif karena saat kita mengalami rasa malu, penghakiman, dan menyalahkan, kita sering percaya bahwa penyebabnya adalah kita kurang sempurna. Bukannya mempertanyakan kebenaran dari perfeksionisme, orang yang perfeksionis terperangkap terus mengejar imej bahwahidupnya, penampilannya, dan segala hal yang dia kerjakan itu harus terlihat benar.*.Merasa malu, dihakimi, dan disalahkan (dan juga rasa takut untuk mengalami 3 perasaan ini) adalah kenyataan yang harus kita hadapi sebagai manusia. Perfeksionisme justru meningkatkan kemungkinan mengalami 3 perasaan tersebut. Bahkan seringkali berakhir dengan menyalahkan diri sendiri: “Semua ini salahku. Saya merasa seperti ini karena ‘Saya ini tidakcukup baik/pintar/cantik/tampan/kaya/dsb’”Cara mengatasi perfeksionismemacleans.caUntuk mengatasi perfeksionisme, kita perlu mampu1.mengakui kegalauan kita saat mengalami 3 hal ini: rasa malu, menghakimi, dan menyalahkan.2.Mengembangkan ketahanan terhadap rasa malu (baca artikel kami tentang rasa malu:Apa Kata Psikologi tentang Rasa Malu?)3.Melatih perasaan menyayangi diri sendiriSaat kita lebih mencintai dan menyayangi diri sendiriserta melatih ketahanan terhadap rasa malu, kita bisa merangkul ketidaksempurnaan yang kita miliki. Dalam proses merangkul ketidaksempurnaan diri kitalah, kita akan menemukan anugerah sebenarnya yang kita miliki: keberanian (courage), perasaan menyayangi (compassion), dan keterhubungan (connection).Berdasarkan hasil penelitian Brene Brown, tidak ada orangyang sepenuhnya perfeksionis ataupun tidak perfeksionis. Semua orang bisa menjadi perfeksionis. Hanya saja ada yang sering, ada yang jarang, dan juga tiap orang menjadi perfeksionis dalam kondisi tertentu.Bagi sebagian orang, perfeksionisme hanya muncul pada saat ia benar-benar merasa galau. Sementara padayang lain, perfeksionisme bisa jadi kompulsif, kronis, dan melemahkan—mirip seperti kondisisakau.Perbedaan antara perfeksionisme dan berusaha dengan sehatgrowthguided.comContoh ilustrasi ini umumnya terjadi pada wanita. Brene Brown bergulat melawan imejtubuhnya, kepercayaandirinya, dan hubungancomplicatedantara makanan dan emosi. Inilah perbedaan antara diet yang perfeksionis dengan tujuan yang sehat.Percakapan di kepala orang perfeksionis: “Uh, gak ada baju yangpas. Gue ini gendut dan jelek. Gue malu banget sama penampilan gue. Gue harus jadi orang yang berbeda dari diri gue yang sekarang supaya gue pantas mencintai, dicintai, dan memiliki.”Percakapan di kepala orang yang berusaha dengan sehat: “Gue mau bisa pakai baju ini. Gue mau merasa lebih baik dan lebih sehat. Ukuran ngga mendikte kalau aku ini dicintai dan diterima atau ngga. Kalau gue percaya bahwa gue layak mendapat cinta dan rasa hormat sekarang, gue akan membawa keberanian, perasaan menyayangi, dan keterhubungan ke dalam hidup gue. Gue mau mencapai hal ini buat gue sendiri. Gue bisa melakukannya”Lepaskan dirimu dari perfeksionismegrowthguided.comSelain 3 langkah di atas, Brene Brown lebih lanjut mewawancarai orang-orang yang bisa lepas dari perfeksionisme. Hasilnya, ternyata untuk bisa lepas dari perfeksionis kita perlu melakukan 2 hal ini:1.Membicarakan ketidaksempurnaan secara lembut dan jujur,tanpa rasa malu dan rasa takut.2.Jangan cepat menghakimi diri sendiri dan orang lain. Saat melihat tindakanorang lain (dan juga tindakan diri kita sendiri), percayalah bahwa “Kita semua melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan.” Tidak perlu menyalahkan diri sendiri ataupun orang lain secara tidakproporsional. Apa pun yang kita lakukan maupun orang lain lakukan, percayalah bahwa itu adalah hal terbaik yang bisa kita dan orang lain lakukan dengan pengetahuan yang kita dan ia miliki.Manusia itu tidak ada yang sempurna. Rangkullah ketidaksempurnaan yang kita miliki. Berjalanlah dengan ketidaksempurnaan itu. Hal ini terdengar sederhana, namun kuncinya adalah menerapkannya dalamkehidupan sehari-hari, secara terus-menerus. Dengan begitu kita bisa lepas dari sifat perfeksionisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar