Minggu, 24 September 2017

Masalah. / ujian .

Sedikit dan pasti mampu .

Berlebihan, di syukuri.

Biasa

Hasilnya mulia

Kebaikan.

Kesungguhan larangan dan perintah .
Identifikasi .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أُمَّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”10

Ingat, Bukan Hanya Anda yang Diuji
By Sodikin  Last updated 27 September 2017
0
Share
Advertisements
TAK ada seorang pun di dunia ini yang tidak akan pernah diuji. Lalu, mengapa masih saja mengeluh terhadap musibah yang sedang menimpa kita? Padahal kita tahu bukan hanya kita yang mengalami hal itu.

Ketahuilah, hujan yang jernih itu berasal dari awan gelap. Begitu pun diri kita. Kualitas kita sebagai manusia yang mangaku beriman pada-Nya akan meningkat, jika mampu melewati ujian tersebut tanpa ada keluhan. Allah SWT berfirman:

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS Ali ‘Imran : 186).

RELATED POSTS
Musibah Bikin Kita Merana, Benarkah?
1 tahun lalu
Berhentilah Mengeluh, Karena Hidup adalah Ujian
1 tahun lalu

Tak ada ujian yang terasa nikmat, katanya. Ya, kebanyakan orang pasti akan mengatakan bahwa ujian itu cukup berat untuk dilalui. Tapi, tahukah Anda, jika kita ikhlas melewati ujian tersebut, maka ujian seberat apapun akan terasa ringan?

Lihatlah awan gelap yang terkadang tersambar kerasnya petir. Banyak pula manusia yang mencela keberadaannya. Namun, awan tersebut tetap kokoh. Ia tidak mengeluh dengan takdir yang telah diberikan padanya. Bahkan, ia tetap mengeluarkan air jernih yang sangat bermanfaat bagi orang lain.

Nah, maka dari itu, dalam keadaan sesulit apapun kita harus mampu bertahan dengan tidak berputus asa. Tetapkan kekuatan pada diri Anda bahwa Anda mampu melewatinya dengan selalu mendekat pada-Nya. Dan alangkah lebih baik jika Anda juga mampu memosisikan diri Anda sebagai orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Maka hal itu lebih baik,dan menjadi poin tersendiri di mata Allah SWT. []

Musibah Bikin Kita Merana, Benarkah?
By Sodikin  Last updated 1 Desember 2017
0
Share
Advertisements
ALLAH tidak pernah mencabut sesuatu dari kita, kecuali Dia menggantinya dengan yang lebih baik. Tetapi, ketika itu terjadi maka tugas kita adalah bersabar dan tetap ridha dengan segala ketetapan-Nya.

Barangsiapa kehilangan anaknya tetap berusaha untuk bersabar, maka di alam keabadian kelak akan dibangunkan untuknya sebuah Baitul Hamd (Istana Pujaan).

Maka, Anda tak usah terlalu bersedih dengan musibah yang menimpa Anda, sebab yang menentukan semua itu adalah Dzat yang memiliki surga, balasan, pengganti, dan ganjaran yang besar.

Para waliyullah yang pernah ditimpa musibah, ujian dan cobaan akan mendapatkan penghormatan yang agung di surga Firdaus. Itu tersirat dalam firman-Nya,

“Selamat atasmu karena kesabaranmu. Maka, alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 24)

Betapapun, kita harus selalu melihat dan yakin bahwa di balik musibah terdapat ganti dan balasan dari Allah yang akan selalu berujung pada kebaikan kita. Dengan begitu, kita akan termasuk,

RELATED POSTS
Berhentilah Mengeluh, Karena Hidup adalah Ujian
1 tahun lalu
Negeri Tanpa Musibah, di Manakah Itu?
1 tahun lalu
Ingat, Bukan Hanya Anda yang Diuji
2 tahun lalu
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 157)

Ini merupakan ucapan selamat bagi orang-orang yang mendapat musibah dan kabar gembira bagi orang-orang yang mendapat bencana.

Umur dunia ini sangat pendek dan gudang kenikmatannya pun sangat miskin. Adapun akhirat, lebih baik dan kekal. Sehingga, barangsiapa di dunia mendapat musibah ia akan mendapat kesenangan di akhirat kelak, dan barangsiapa hidup sengsara di dunia ia akan hidup bahagia di akhirat.

Lain halnya dengan mereka yang memang lebih mencintai dunia, hanya mendambakan kenikmatan dunia saja, dan lebih senang pada keindahan dunia. Hati mereka akan selalu gundah gulana, cemas tidak mendapatkan kenikmatan dunia dan takut tidak nyaman hidupnya di dunia. Mereka ini hanya menginginkan kenikmatan dunia saja, sehingga mereka selalu memandang musibah sebagai petaka besar yang mematikan. Mereka juga akan memandang setiap cobaan sebagai sesuatu yang gelap gulita selamanya. Ini adalah karena mereka selalu memandang ke arah bawah telapak kakinya dan hanya mengagungkan dunia yang sangat fana dan tak berharga ini.

Wahai orang-orang yang tertimpa musibah, sesungguhnya tak ada sesuatu pun yang hilang dari kalian. Kalian justru beruntung, karena Allah selalu menurunkan sesuatu kepada para hamba-nya dengan “surat ketetapan” yang di sela-sela huruf kalimatnya terdapat suatu kelembutan, empati, pahala, ada balasan, dan juga pilihan. Maka dari itu, siapa saja yang tertimpa musibah yang hebat, ia harus menghadapinya dengan sabar, mata yang jernih dan pola pikir yang panjang. Dengan begitu, ia akan menyaksikan bahwa buah manis dari musibah itu adalah: “Lalu, diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa.” (QS. Al-Hadid: 13)

Dan sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik, lebih abadi, lebih utama, dan lebih mulia. []

Referensi: La Tahzan/ Karya: DR. Aidh Al-Qarni/Penerbit: Qisthi Press

Berhentilah Mengeluh, Karena Hidup adalah Ujian

By Sodikin  Last updated 7 Oktober 2017
0
Share
Advertisements
HIDUP ini penuh dengan tantangan. Dan tantangan itu biasanya akan diberikan kepada setiap manusia sesuai dengan kemampuannya. Hal itu telah Allah SWT sampaikan kepada kita lewat firman-Nya dalam al-Qur’an. Namun, tetap saja masih ada yang mengeluh dalam menghadapi kehidupan yang kini dialaminya.

“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kemampuannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak didzalimi (dirugikan).” (QS. al-Mukminun:62).

Hidup ini merupakan suatu perjalanan yang cukup panjang. Dalam perjalanan itu kita pasti akan menemui halangan dan rintangan. Kalaupun menemukan kebahagiaan, itu hanya bersifat sementara, karena kita hanya seseorang yang sedang melakukan perjalanan untuk menuju ke tempat yang di tuju.

Kita terkadang salah ketika dalam menghadapi tantangan kehidupan ini. Kebanyakan kita hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Segala apa yang bertentangan dengan yang kita inginkan, kita selalu menyalahkan orang lain dan mengeluhkan atas apa yang telah terjadi. Perbuatan mengeluh ini sangatlah tidak baik untuk kita lakukan. Kita tidak akan mendapatkan manfaat apa pun dari sikap tersebut.

RELATED POSTS
Ternyata, Hidup Kita Tak Kalah Enak Dibandingkan Hidup Para Raja
11 bulan lalu
Musibah Bikin Kita Merana, Benarkah?
1 tahun lalu
Ingat, Bukan Hanya Anda yang Diuji
2 tahun lalu

Allah SWT itu seperti perasangka hambanya. Bila kita mengeluh, biasanya perasangka yang kita pikirkan itu akan menuju ke arah yang tidak baik. Sehingga, dari prasangka itulah Allah SWT mengabulkannya. Maka, kejadian buruklah yang akan kita terima. Dan sangat sedikit sekali kita mendapatkan kebahagiaan di dunia ini, apalagi nanti di akhirat kelak.

Oleh sebab itu, ubahlah sikap kita yang selalu mengeluh terhadap suatu masalah kehidupan ini. Anggaplah semua itu adalah ujian dari Allah SWT untuk meningkatkan keimanan kita. Agar kita dapat menghilangkan sikap itu, maka ubahlah pola pikir kita yang selalu berperasangka kurang baik menjadi lebih baik. Agar Allah SWT juga memberikan yang terbaik untuk kita.

Mari kita lihat, saudara-saudara kita yang kini menghadapi ujian yang cukup berat melebihi ujian yang kita terima. Bahkan, ada yang harus diuji sejak ia mulai lahir ke dunia dengan keadaan fisik yang tidak sempurna. Tapi, kebanyakan mereka tetap semangat dalam menjalani hidupnya.

Mereka terima segala ujian yang telah diberikan oleh Allah SWT. Mereka yakin atas ketentuan yang telah Allah berikan kepadanya. Sehingga, jarang sekali kita temukan sikap mengeluh yang mereka tunjukan. Melainkan, sikap semangat dan optimis serta selalu tersenyum-lah yang menghiasi hari-hari mereka.

Ketika kita dilanda musibah, lihatlah saudara di sekeliling kita yang mendapatkan musibah jauh lebih berat. Sehingga, kita akan menyadari betapa beruntungnya hidup kita. Tapi, jangan pernah kita melihat saudara kita yang mendapatkan musibah ringan. Karena, hal itu hanya akan menjadikan diri kita termasuk orang yang selalu mengeluh dalam mengahadapi segala ujian kehidupan. Wallahualam. []

Jaga Optimisme, seberat apapun yang dihadapi tetap tanamkan dalam diri untuk selalu optimis akan ada penyelesaian. Optimis adalah wujud harapan yang menjadi energi awal untuk termotivasi kembali.
Jangan lebay, besar kecilnya masalah itu tergantung pemikiran kita. Jika Anda lebay dan keras hati bahwa masalah yang dihadapi sangat besar dan berat, itu malah menutup pintu solusi.
BACA JUGA  Kisah Inpiratif : Loyalitas Singa
Berpikir jernih, jangan libatkan terlalu banyak emosi dan cobalah berpikir lebih luas dan kreatif. Temukan ide-ide yang bisa menjadi alternatif solusi.
Minta pertolongan Tuhan. Halangan apapun bukan apa-apa, jika Allah sudah berkehendak. Ini hal penting yang tak boleh terlewatkan. Bagaimana caranya, beberapa di antaranya dengan sabar, shalat, dan sedekah.

10 Cara Paten Menjadi Pribadi Tangguh Menghadapi Cobaan
Rahmat Mr. Power  May 31, 2012  35 Comments
Saya yakin Anda setuju, Anda ingin menjadi pribadi tangguh saat menghadapi cobaan bukan?

Lalu mengapa terasa begitu berat saat cobaan itu datang?

Kita tidak bisa meminta cobaan itu tidak pernah datang. Cobaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita.

Akan jauh lebih baik kita mampu menghadapi cobaan dibandingkan berharap tidak mendapatkan cobaan. Saat kita sanggup dan bisa melalui cobaan, maka kita akan mendapatkan hikmah, pelajaran, dan kebaikan dari cobaan itu.

Yuk kita belajar bersama, bagaimana caranya agar menjadi pribadi yang tangguh.

Ketangguhan Dalam Menghadapi Cobaan Akan Menjadikan Kita Pribadi Yang Lebih Baik

Mengapa kita harus tangguh menghadapi cobaan, sebab cobaan itu bagian dari hidup kita dan ada kebaikan dari cobaan tersebut. Kita tidak bisa menghindari cobaan selama hidup ini. Maka daripada kita menghindari cobaan, maka langlah yang benar adalah membina diri untuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi cobaan.

Cobaan datang dari Allah dan Allah sudah memberikan cara menghadapi cobaan tersebut. Jika kita telusuri Al Quran Dan Hadits, banyak sekali ayat dan hadits yang membimbing kita agar tangguh menghadapi cobaan.

Langkah pertama yang harus kita yakini adalah, yakinlah bahwa ujian atau cobaan itu untuk kebaikan kita sendiri.

Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).  (QS .7.168)

kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS.11:11)

Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)

Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)

Kita menghadapi cobaan dengan benar, artinya kita akan mendapatkan kebaikan. Sebaliknya jika kita salah dalam menghadapi cobaan, maka malah keburukan dan siksa yang kita dapat dan cobaan itu sendiri tidak hilang. Rugi 2 kali!

Sikap Positif Dalam Menghadapi Cobaan
Lalu bagaimana cara kita menghadapi cobaan? Kata kuncinya adalah bagaimana kita menyikapi ujian tersebut. Mungkin kita berada dalam sebuah kondisi dimana kita memang tidak punya pilihan, artinya kita harus mengalami ujian itu. Namun, sebenarnya kita selalu punya pilihan, setidaknya dalam sikap.

Menyikapi cobaan dengan positif sebenarnya sudah cukup, sebab sikap positif akan melahirkan semangat tidak menyerah, semangat mencari solusi, dan yang jelas, jika sikap positif itu berdasarkan Al Quran dan hadits, diiringi dengan niat ikhlas, maka kita PASTI akan mendapatkan balasannya di akhirat nanti.

Apa saja sikap positif yang harus kita pegang?

#1 Yakinlah Anda Sanggup
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.65:7)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.2:286)

Yakinlah bahwa setiap cobaan yang diberikan Allah kepada kita sesuai dengan kadar kemampuan kita. Jika kita merasa tidak sanggup menghadapi cobaan atau ujian yang kita alami, itu adalah sinyal bahwa kita harus meningkatkan kualitas diri kita.

Bukan ujiannya yang terlalu berat, tapi diri kita sendiri yang loyo dan payah. Perbaiki diri, bukan mengeluh akan beratnya ujian.

Keyakinan diri bahwa kita akan sanggup menghadapi ujian, menjadikan diri kita tidak akan menyerah, sehingga mengambil tindakan untuk memperbaiki diri dan mencari solusi. Yakinlah Anda bisa, insya Allah.

#2 Yang Kita Benci Bisa Jadi Baik Bagi Kita
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS2.216)

Kita harus yakin, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Mungkin kita menyukainya, padahal itu buruk bagi kita sehingga Allah menghilangkannya dari kita. Terasa pahit, padahal justru itu yang terbaik bagi kita. Kita mungkin tidak mengetahuinya, tapi Allah mengetahui.

Jadi berprasangka baiklah bahwa apa yang terjadi itu untuk kebaikan Anda. Allah Maha Penyayang.

#3 Cobaan Bukan Berarti Allah Benci Kepada Kita
Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS.93:3)

Cobaan itu tidak menunjukan bahwa Allah membenci kita. Rasulullah saw pun diberikan ujian oleh Allah, padahal beliau adalah habibillah (kekasih Allah). Jadi ujian bukan berarti benci. Justru untuk kebaikan sebagainya dijelaskan melalui ayat dan hadits yang sudah dibahas diatas.

#4 Tenanglah, Kemudahan Akan Datang
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. 94:5-6)

Jangan khawatir dengan kesulitan, sebab Anda akan menemukan kemudahan. Syaratnya Anda harus bersedia melalui kesulitan tersebut.

#5 Jika Anda Menghadapi Cobaan, Perbanyak Shalat
Apabila Rasulullah saw menemui suatu kesulitan, maka beliau segera mengerjakan shalat. (HR Abu Dawud)

Shalatlah bukan malah melamun, bukan malah mengeluh. Jika mau menangis, menangislah kepada Allah. Bangun malam, dirikan shalat malam, dan mintalah petunjukan dan pertolongan kepada Allah.

#6 dan #7 Berdo’a dan Selesaikan Kesulitan Orang Lain
Barangsiapa ingin do’anya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya, hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain (HR Ahmad)

Berdo’alah, karena Allah akan mengabulkan do’a kita. Dan, salah satu rahasia agar do’a itu dikabulkan, selesaikan atau bantu kesulitan orang lain. Mungkin aneh, kita sendiri sedang mengalami kesulitan tetapi malah harus menyelesaikan kesulitan orang lain. Ini adalah perintah Allah dan tidak mungkin salah.

“Ya Allah kuatkan aku menghadapi cobaan ini.”

#8 Bersabarlah
Aku (rasulullah) mengagumi seorang mukmin yang bila memperoleh kebaikan, dia memuji Allah dan bersyukur. Bila ditimpa musibah, dia memuji Allah dan bersabar. (HR Ahmad)

Orang yang berbahagia ialah yang dijauhkan dari fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan, dia bersabar. (HR Ahmad)

Ada yang mengatakan bahwa sabar adalah resep untuk segala masalah. Memang benar. Tentu saja dengan definisi sabar yang benar. Seseorang yang sedang berperang membela agama Allah yang bersabar, adalah mereka yang teguh dalam peperangan itu.

Justru Allah melarang kita menyerah atau meninggalkan pertempuran. Artinya menyerah bukanlah definisi sabar. Sabar adalah keteguhan dalam kebenaran.

Sabar juga bisa berarti adalah tetap teguh dalam mecari solusi. Anda tetap teguh dalam perjuangan keluar dari masalah. Jika Anda melakukan sabar dengan sabar yang benar, insya Allah solusi akan datang.

#9 Dakwah
“Kalian harus menyeru kepada kebikan dan melarang dari kemungkaran. Kalau tidak, Allah akan mengirim hukuman kepada kalian, saat kalian berdo’a kepada-Nya, Dia tidak mengabulkan doa kalian.” (HR At Tirmidzi)

Berdo’alah kepada Allah, dan agar do’a kita dikabul kita harus berdakwah, menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Jangan berhenti berdakwah karena kita sedang dalam kesulitan, justru dakwah akan memudahkan kita mengatasi kesulitan.

Jangan mengeluh masalah begitu berat, sementara kemungkaran kita diamkan saja. Jangan mengeluh tidak bisa mengatasi ujian, sementara kita tidak mengajak orang kepada kebaikan.

#10 Khusyu’
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.2:45-46)

Dan, mintalah pertolongan dari Allah dengan shabar dan shalat. Ini memang tidak mudah kecuali bagi mereka yang khusyu’, yaitu orang yang yakin bahwa dia akan menemui Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Saat kita yakin bahwa kita akan kembali kepada Allah, maka sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, semuanya menjadi kecil, sebab urusan besar itu mempersiapkan diri untuk di akhirat nanti.

Inilah berbagai panduan dari Al Quran dan hadits bagaimana cara menyikapi cobaan dengan benar dan akan membawa solusi.

Mudah-mudahan Anda menjadi pribadi yang tangguh menghadapi cobaan hidup yang berat sekali pun.

Trouble is new happiness .

Mending kateken teu boga gawe mending kateken target ?

Berdoa.
Kekuatan mental, yang terbaik.
Kamu tidak harus menyalahkan dirimu hanya karena keinginan atas harapanmu menempatkanmu pada kesulitan, setiap orang berhak bermimpi, dan mimpilah yang menjadikanmu hidup .
Kau menempatkan dirimu dalam kesulitan  .

Solusi .

Merasa kesepian atas hal-hal yang tidak aku miliki .

4 Kiat Mengatasi Masalah Besar Yang Membuat Stress
Rahmat Mr. Power  February 18, 2017 16 Comments
Sedang mengatasi masalah besar?

Masalah yang membuat kita stress?

Tenang, Anda akan sanggup menghadapinya. Dan Anda akan mendapatkan hikmah yang luar biasa setelahnya.

Sebelum Mencoba Mengatasi Masalah Besar, Fahami Ini

Setiap orang pasti mengalami sebuah episode kehidupan yang sulit. Salah satunya menghadapi masalah besar yang membuat kita stress bahkan bisa jadi putus asa.

Namun, langkah pertama yang harus kita yakini adalah bahwa masalah besar itu adalah sebuah ujian dan ujian itu untuk kebaikan kita semua. Langkah awal yang sangat penting adalah penerimaan ini.

Tiada seorang muslim tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dari dosa. (HR Bukhari)

Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan suatu musibah) (HR Bukhari)

Saya juga pernah mengalami, saya yakin siapa pun itu. Saat saya mengalami masalah besar, ada pencapaian-pencapaian besar yang belum pernah saya capai sebelumnya.

Sahabat saya berkata, “Kamu bisa jadi tidak akan meraih pencapaian ini jika kamu tidak sedang menghadapi masalah besar.” Ada peningkatan luar biasa, setelah kita mampu mengatasi masalah besar.

Bisa jadi, dengan masalah besar yang ada dihadapan, kita terpacu untuk mengoptimalkan sebanyak mungkin potensi yang kita miliki. Masalah itu sebuah “cambuk” agar kita lebih baik lagi.

Bukan hanya itu, masalah besar pun bisa menjadi sebuah teguran, agar kita lebih dekat lagi dengan Allah. Mungkin selama ini kita melupakan-Nya karena kesibukan dunia.

Kunci bagaimana menjadikan masalah besar sarana perbaikan adalah sikap kita dalam menghadapi masalah itu.

Kesalahan-kesalahan Mengatasi Masalah Besar
Panik
Kesalahan pertama yang sering terjadi adalah panik saat menghadapi masalah besar. Saat dikatakan supaya jangan panik, dia berkata “Bagaimana saya tidak panik? Masalahnya ….”.

Pertanyaanya, Anda mau panik atau mau solusi? Panik tidak akan memberikan manfaat, malah membuat pikiran menjadi pendek dan tidak bisa mengatasi masalah. Yakinlah bahwa Anda mampu mengatasi masalah itu.

Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.65:7)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS.2:286)

Agar hati tenang menghadapi masalah, ingatlah 2 ayat diatas. Tenang, Anda akan sanggup koq. Meski saat ini bingung dan takut, Anda akan menemukan solusinya.

Saat solusi belum terpikirkan. Saat tuntutan begitu besar. Saat ancaman ada di depan mata. Kita harus tetap tenang, yakin bahwa apa pun yang terjadi, kita akan sanggup mengatasinya. Kuncinya adalah keimanan. Harapan itu masih ada, selama iman ada di dada.

Apakah Anda beriman dengan kedua ayat diatas?

Ingin Mengatasi Masalah Besar Secara Instant
Kesalahan kedua adalah menginginkan masalah itu lenyap seketika. Dia mengeluh, katanya sudah berusaha namun belum juga berhasil. Dia tambah stress.

Namanya juga masalah besar, tentu harus ada usaha besar agar kita bisa mengatasinya. Masalah besar perlu usaha yang besar, perlu waktu untuk menyelesaikannya, dan perlu kesabaran.

Saat kita mengharap masalah hilang dengan instant, maka kita akan menyia-nyiakan pikiran kita, karena fokus memikirkan yang tidak semestinya. Kita terus berkhayal untuk mendapatkan solusi jitu, menghilangkang masalah dengan sekejap.

Padahal waktu dan energi kita bisa digunakan untuk memikirkan yang lebih produktif dan yang realistis bisa menghasilkan.

Ingin Semua Orang Mangasihaninya
Ada juga orang yang berharap semua orang mengasihaninya. Dia memelas kesana kemari berharap ada orang yang mau dengan sukarela menghilangkan masalah yang dihadapinya. Mungkin, akan ada orang yang menolong Anda.

Namun kita harus tetap mandiri, sebab orang lain pun punya urusan dan masalah masing-masing.

Berharap pertolongan dan bantuan boleh, namun jangan berharap orang lain yang menggantikan Anda untuk mengatasi masalah. Sekali lagi, semua orang punya urusan dan masalah masing-masing, jadi harapan ini hanya akan menghabiskan waktu saja.

Pertolongan orang lain hanyalah pembuka jalan, Anda tetap harus mengayunkan kaki melangkah sendiri. Anda hanya akan mendapatkan pelajaran, jika Anda bisa menghadapi masalah.

Bukan tidak boleh meminta tolong. Bahkan untuk kasus yang membahayakan, meminta tolong justru harus dilakukan. Untuk darurat, Anda tetap boleh, bahkan harus minta tolong. Ingat, darurat itu biasanya sementara.

Untuk selanjutnya, Andalah yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah besar Anda. Anda harus mendapatkan solusi permanen dan mandiri atas hasil usaha sendiri.

4 Kiat Mengatasi Masalah Besar
Mulai Dari Yang Ada Mulai Dari Apa Yang Bisa
OK, sekarang kita akan mulai bagaimana cara mengatasi masalah besar. Langkah pertama adalah mulai dari yang ada dan dari apa yang bisa kita lakukan. Yang seringkali membatasi pemikiran kita adalah kita berpikir terlalu muluk dengan berharap masalah langsung sirna.

Coba pikirkan hal yang lebih sederhana. Mulailah bagaimana cara mengurangi masalah, selangkah demi selangkah. Atau menyelesaikan masalah kecil agar bisa menyelesaikan masalah besar.

Contoh saat memiliki utang yang besar. Jika kita berpikir untuk langsung melunasi utang, itu akan sangat sulit. Cobalah berpikir bagaimana agar beban utang tersebut bisa berkurang. Mungkin negosiasi agar lebih punya banyak waktu atau dicicil. Tentu saja negosiasi ini tidak selamanya berhasil, namun patut dicoba.

Negosiasi tidak menghapus utang Anda. Tapi itu adalah langkah awal, agar Anda bisa melunasi utang selanjutnya. Sehingga Anda bisa bekerja lebih tenang dan terencana.

Jika kita berkaitan dengan hak orang lain, pastilah mereka akan menekan kita untuk mendapatkan haknya dengan segera. Bahkan, bisa jadi kita berhadapan dengan orang-orang yang sengaja membuat kita panik, agar kita melakukan apa pun untuk membayar haknya.

Sekali lagi, kita jangan panik. Kita harus yakin, bahwa selalu ada jalan. Panik akan membuat pikiran ita buntu.

Artinya mulailah berpikir dengan apa yang bisa dilakukan sekarang dan mulai dari yang ada. Coba daftarkan hal-hal “kecil” yang bisa Anda lakukan sekarang yang sedikit banyak bisa mengurangi masalah Anda.

Lihatlah apa yang sudah Anda miliki, bagaimana cara memanfaatkannya sehingga bisa mengurangi masalah Anda. Kadang, sebuah tindakan kecil seperti menghubungi seseorang, bisa  mengurangi masalah Anda.

Pompa Pikiran Anda
Ya, Anda punya pikiran, pompalah pikiran Anda untuk menemukan solusi. Jangan pernah berkata “Saya harus bagaimana lagi?”, “Saya bingung”, “Saya sudah menyerah”, “Saya sudah mencoba segala cara”, dan kata-kata sejenis.

Perkataan seperti ini akan menutup pikiran untuk mendapatkan solusi. Munculnya kata-kata tersebut akibat panik dan cengeng.

Jadilah pribadi yang tangguh, tenang, dan Anda akan menemukan solusi jika Anda mau berpikir keras. Jujur, banyak orang yang lebih suka mengeluh dan merengek daripada berpikir keras. Allah sudah memberikan potensi berupa akal, gunakanlah!

Gunakan pikiran Anda untuk menemukan solusi. Ingat, tidak harus langsung mengatasi masalah secara keseluruhan, mungkin mencari solusi secara bertahap.

Pikirkan, berpikirlah kreatif, carilah informasi, carilah ide, carilah ilmu, dan belajarlah. Sangat mungkin, ada orang lain yang pernah mengatasi masalah yang sama, jadi bisa dipelajari.

Fokus Pada Solusi
Salah satu jebakan yang akan menghambat adalah saat pikiran kita fokus pada masalah dan pada akibatnya jika tidak bisa mengatasi masalah. Pikiran kita hanya dipenuhi dengan keluhan dan ketakutan.

Jika demikian, pikiran kita tidak akan berfungsi. Kita tidak akan menemukan solusi, karena kita tidak pernah memikirkannya.

Jadi pikirkan solusi, maka Anda akan mendapatkan solusi. Mungkin tidak solusi sepenuhnya, namun solusi tetap solusi. Bisa jadi hanya bisa mengatasi 10% masalah Anda, tetapi itu jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.

Jika Anda bisa menemukan solusi yang mengurangi 10% masalah dan Anda lakukan sebanyak 10 kali, bukankah masalah ada selesai? Jangan abaikan dengan solusi kecil.

Dapatkan Pertolongan Allah
Tentu saja, ini yang paling utama, yaitu pertolongan dari Allah. Sebesar apa pun masalah kita, itu semua kecil bagi Allah. Jika Allah sudah berkehendak untuk menolong kita, tidak ada yang tidak mungkin untuk terselesaikan.

Mungkin, dengan ujian besar yang sedang ada hadapi adalah media teguran bagi kita agar lebih mengingat Allah. Maka kita dekatkan diri kita kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya.

Bagaimana cara mendapatkan pertolongan dari Allah? Saya sudah menulis artikelnya disini, silahkan dibaca.

Kesimpulan
Artikel ini bukanlah mantra ajaib yang akan langsung mengatasi masalah Anda. Saya harap, artikel ini sedikit banyak bisa mengurangi masalah Anda, setidaknya memperbaiki sikap Anda dalam menghadapinya.

Jika cara pikir atau sikap sudah benar, serta keyakinan Allah akan menolong kita, insya Allah solusi itu akan datang, saya pernah mengalaminya.

Bagaimana Cara Menghadapi Masalah Yang Membuat Kita Kehilangan Motivasi?

Kadang, kita dihadapkan terhadap sebuah masalah yang membuat kita kehilangan motivasi atau semangat. Yang lebih parah adalah saat kita menjadi pesimis dan menyerah. Yang ada tinggal keluhan, umpatan, dan hujatan yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, malah memperburuknya.

Hal ini bisa terjadi baik pada diri sendiri maupun pada situasi yang lebih besar. Negara kita pun banyak masalah, mulai dari korupsi, kejahatan, masalah moral, kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, ketidak merataan, dan sebagainya. Banyak rakyat yang sudah mulai pesimis, mereka apatis, dan tidak lagi peduli untuk memperbaiki bangsa.

Begitu juga untuk masalah pribadi, masalah keluarga, dan masalah perusahaan. Jika kita salah menyikapinya, bisa jadi kita akan kehilangan semangat dan menyerah.

Untuk itulah kita perlu memahami bagaimana cara menghadapi masalah yang benar. Kita tidak akan membahas masalah satu persatu, sebab ruang tidak akan cukup karena masalah setiap orang akan berbeda. Dan perlu kita pahami adalah bukan masalah apa yang menimpa kita, yang terpenting adalah bagaimana cara menghadapi masalah itu dengan benar.

Cara Menghadapi Masalah Yang Pertama adalah Optimis
Sekecil apa pun masalah, saat kita sudah kehilangan optimisme atau menjadi pesimis akan menjadikan diri kita menyerah. Kita harus pancangkan dalam diri kita, bahwa harapan itu masih ada dan kita tidak boleh menyerah. Saya sudah berkali-kali membuat artikel tentang hal ini, diantaranya:

Jangan Mengubur Harapan
Harapan Itu Tidak Pernah Sirna – Selama Iman Ada di Dada
Bukalah Mata, Hati, dan Pikiran Anda – Harapan Itu Masih Ada
Memiliki optimis adalah langkah pertama untuk membuka peluang menghadapi masalah Anda. Jika harapan sudah terkubur, maka Anda tidak akan pernah bisa menghadapi masalah. Pesimisme merusak semuanya, oleh karena itu jangan pesimis. Optimislah Anda akan mampu menghadapi masalah, Harapan itu masih ada.

Silahkan baca artikel ini jika Anda merasa pesimis.

Cara Mengatasi Pesimis
Yakinlah bahwa solusi itu ada, Anda hanya belum menemukannya.

Jangan Lebay: Membesar-besarkan Masalah
Masalah terbesar dari sebuah masalah sebenarnya bagaimana Anda menyikapinya, bukan pada masalahnya. Suka ada orang yang bertanya atau konsultasi bagaimana cara menghadapi masalahnya. Namun apa pun nasihatnya dia selalu membantah bahwa masalahnya itu terlalu besar jika dibandingkan dengan nasihat yang diberikan. Lebay akan menutup semua cara menghadapi masalah.

Khawatirnya, jika bersikap seperti itu, dia hanya mencari pembenaran akan ketidakmampuan dia. Dia menyerah dan mencari “maklum”, bukan mencari solusi. Kemungkinan kedua, dia tidak ingin menyelesaikan masalahnya, tapi dia ingin diselesaikan oleh orang lain. Ini cara menyikapi yang salah.

Sikap lebay kedua adalah, seringkali kita menyerah hanya karena sebagian dari satu sistem bermasalah. Ibaratnya karena ada kotoran disebuah rumah, mereka lebih memilih meninggalkan rumah itu. Padahal, hanya dengan membersihkan kotoran itu, rumah bisa ditempati kembali.

Contoh nyata dalam bisnis, jika ada satu masalah dalam bagian bisnis itu, maka perbaikilah atau carilah solusinya. Tidak usah meninggalkan bisnis itu, menyerah, dan tidak semangat lagi. Kita bisa membuang peluang yang lebih besar hanya karena ada masalah dalam bisnis itu.

Dalam kehidupan lebih umum juga sama, seringkali kita sudah punya paradigma negatif terhadap pemerintah, parlemen, atau partai karena ada oknum-oknum yang korup. Akhirnya banyak masyarakat yang skeptis, menganggap semua sama, semua bejat, semua korup, atau semua tanpa harapan. Betulkah semua? Ini lebay namanya.

Begitu juga dalam kehidupan keluarga. Pasti, pasangan kita akan memiliki kekurangan dan menjadi masalah bagi kita. Namun haruskah karena masalah itu kehidupan rumah tangga menjadi tidak baik, bertengkar terus, bahkan sampai cerai? Istri saya itu banyak kekurangan (namanya juga manusia), tapi kebaikannya jauh lebih banyak. Sungguh lebih banyak. Sungguh lebay, jika kita hanya mempermasalahkan kekurangannya, padahal kebaikannya sangat banyak.

Jadi, cara menghadapi masalah itu: berpikirlah lebih proporsional, apa masalahnya, dan perbaikilah atau atasi. Silahkan baca artikel saya tentang jangan bersikap lebay: Laa Tusrifuu, Jangan Lebay!

Gunakan Pikiran Anda
Langkah ketiga cara menghadapi masalah adalah gunakan pikiran Anda. Semua juga tau! Nanti dulu, pada kenyataanya banyak orang yang lebih memilih emosi dibandingkan dengan pikiran. Jika kita menggunakan emosi, kita tidak bisa berpikir dengan jernih, sehingga tidak bisa menemukan solusi atas masalah kita. Emosi seringkali hanya menuntun kita ke solusi instan, yang penting cepat selesai.

Sering kali, masalah itu membutuhkan waktu untuk diselesaikan, bahkan bisa bertahun-tahun. Ini akan menjadi tantangan emosional yang mengarahkan kita untuk mencaro solusi instan karena ketidak sabaran dan kemalasan kita. Padahal, jika kita berpikir jernih, masalah tersebut memang membutuhkan waktu.

Saya sudah menulis artikel bagaimana Teknik Berpikir Jernih silah dibaca.

Yang kedua, menggunakan pikiran artinya berpikirlah dengan kreatif. Temukan ide-ide yang mungkin Anda menjadi solusi. Seringkali orang bingung, seolah tidak ada solusi, padahal dia sendiri yang kurang kreatif menemukan solusi. Dia hanya punya satu atau dua solusi, saat solusi tersebut tidak berhasil, mereka merasa buntu.

Benarkan solusi itu hanya itu? Disinilah pentingnya memiliki keterampilan berpikir kreatif, agar Anda siap menghadapi masalah. Berpikir kreatif adalah cara menghadapi masalah terbaik. Sayangnya masih banyak yang merasa kreativitas itu tidak perlu. Silahkan miliki panduannya agar Anda bisa berpikir kreatif disini.

Mintalah Pertolongan Allah
Tidak ada yang bisa menghambat kita, jika Allah sudah mengijinkan. Tidak ada masalah yang tidak bisa dihilangkan jika Allah berkehendak. Jadi, mintalah pertolongan Allah. Ini bukan pelengkap, tetapi justru hal yang utama yang harus kita lakukan. Sesungguhnya Kekuatan Itu Dari Allah tidak ada yang bisa menghalangi atau menghentikan jika Allah sudah berkehendak.

Bagaimana cara mendapatkan pertolongan Allah? Banyak sekali, diantaranya shabar dan shalat, sebagaimana dijelaskan dalam ayat Al Qur’an Al Karim

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al Baqarah:45-46)

Inilah cara menghadapi masalah, insya Allah Anda akan sanggup menghadapinya.

Selasa, 12 September 2017

Quarter life qrisis .

Memaknai jomblo sebenarnya sangat unik. Seorang tanpa kekasih tetapi selalu ramai diperhatikan oleh orang-orang tersayang. Belum lagi pertanyaan-pertanyaan horor yang selalu wara-wiri. Dari yang paling kalem seperti “Kak, kapan nih ibu dikenalin calonnya” atau yang paling pedes “Woi perawan tua, mau sampai kapan ngejomblo”

Yap, seperti itulah liku-liku dunia para jomblo. Semakin umur bertambah setiap tahun tentu ada perasaan resah dan takut. Gimana kalau jodoh nggak datang atau mungkin takut jodohnya ditikung sama temannya. Jodoh memang unik. Seperti makanan, setiap orang memiliki seleranya masing-masing. Dan nggak bisa dipaksakan untuk menyukai selera orang lain.

Meskipun tahun baru segera tiba, dan umur semakin bertambah tetapi masih aja asyik sendiri. Atau bisa juga udah ngarepin jodoh tapi belum datang. Nggak apa-apa, kalem aja. Dunia nggak bakalan kiamat hanya karena umur terus nambah dan jodoh belum datang.

Justru ini adalah saat-saat dimana kita bisa produktif se-produktif mungkin. Bagi yang suka duit, kita bisa ngumpulin duit sebnayak-banyaknya. Bagi yang punya hobi bisa juga memaksimalkan hobi. Ada yang ingin lanjutin kuliah, sok aja lanjutin.

ADVERTISEMENT
Guys, umur hanyalah perhitungan tentang angka saja. Kita nggak perlu terlalu memusingkan tentang umur kita. Toh Tuhan nyabut umur manusia juga nggak pilih yang tua aja kok. Kematian nggak memandang umur, baik tua atau muda, taken atau jomblo.

Di dunia tidak ada yang kebetulan karena memang Tuhan tidak bermain dadu. Tuhan juga nggak bakalan kehilangan akal buat menyatukan yang terpisah dan memisahkan yang bersama. Iya, kita paham bahwa sebagai manusia kita diharuskan berusaha. Jika usaha sudah, berdoa juga sudah, sisanya Tuhan yang menentukan. Dan dibikin asyik aja.

Nggak perlu mendengarkan perkataan negatif dari orang-orang. Orang-orang yang berkata negatif kepada kita memperlihatkan bahwa memang dia tidak memiliki hal lain selain pikiran buruk. Tentu saja kita sebagai manusia cerdas tidak boleh terkontaminasi.

Mau umur kita setahun nambah dua angka, atau tiga angka dengan status jomblo nggak masalah selama kita produktif dan memiliki passion. Melakukan banyak hal positif dan berguna untuk masa depan nanti dan untuk orang-orang sekeliling. Nggak perlu sedih atau risau. Coba lihat sekeliling, tanpa kita sadari kita dikelilingi orang-orang yang sayang dan orang-orang hebat yang selalu ada waktu untuk mensupport kita.

Ayuk tetap semangat!

Masa jomblo pasti berlalu. Jadi produktif harus.

Kita sambut tahun baru dengan lebih baik lagi.

Ingat pesan Hipwee, "Jodoh tak perlu dicari yang penting kamu memantaskan diri!"
Go ahead!

Ngerinya Jadi Dewasa. Apalagi Usia 25 Tapi Belum Punya Pasangan Juga
19 Maret 2016
Pradnya Wardhani
92,284  47
jomblo
Usia dua puluh lima yang istilah lainnya seperempat abad , memang membawa kesan sendiri bagi kamu. Saat kamu memasuki usia ini, mungkin teman-temanmu sudah banyak yang menggandeng suami atau menggendong anak. Mereka yang belum menikah sudah siap menyebar undangan. Atau setidaknya, teman-temanmu sudah punya pasangan yang siap dipamerkan untuk menghindari berbagai pertanyaan mengganggu.

Tapi banyak juga yang sampai usia 25 belum punya pasangan. Ke mana-mana sendirian. Ke kondangan ngajaknya adik atau teman. Kamu sih nyaman-nyaman aja hidup sendirian. Tapi statusmu yang masih jomblo-jomblo aja meski udah 25 itu bikin lingkunganmu nggak tahan. Bahkan di daerah-daerah tertentu, terutama perempuan, 25 adalah usia yang rawan. Kalau nggak segera punya pasangan, kamu akan dicap perawan tua. Duh, syedih deh.

1. Kata orang, salah satu tanda kedewasaan adalah keinginan untuk membina keluarga. Bingung juga sih, masalahnya sampai umur 25 ini kamu belum juga punya pasangan

“seperempat abad!” via koreanindo.net
Kata orang, saat kamu sudah bersiap untuk membina rumah tangga, itu tandanya kamu sudah dewasa sepenuhnya. Nggak heran kalau deadline nikah akan dialami semua orang saat memasuki usia pertengahan 20an. Apalagi kalau kamu sudah selesai kuliah dan punya pekerjaan yang sip. Apalagi yang kamu cari jika bukan calon pendamping hidupmu kelak? Nggak salah memang orang mengatakan demikian. Toh banyak juga teman-teman yang memang memulai rumah tangga di pertengahan 20an. Tapi masalahnya adalah, sampai usiamu sudah 25 ini, pasangan saja kamu belum punya. Teman lawan jenismu banyak sih, tapi ya gitu, semuanya teman biasa. Kalau ditanya orang rumah atau sabahat lama, kamu bingung mau jawab apa.

2. Di saat teman-temanmu banyak yang sudah pamer cincin atau bayi, kamu pamer makanan atau tempat traveling aja di media sosial

post cincin kawin jelas nggak mungkin. Yaudah post makanan aja via malesbanget.com
ADVERTISEMENT
Isi timeline media sosialmu pun mengalami perubahan. Lima tahun lalu, isinya masih soal kehidupan kampus, foto nongkrong bareng teman, atau cerianya malam mingguan ramai-ramai. Sekarang kalau bukan foto bayi, isi timeline media sosialmu ya soal undangan nikah atau cincin kawin. Di saat teman-temanmu berlomba memamerkan kebahagiaan keluarga kecilnya atau calon keluarga kecilnya, kamu malah sibuk pamer makanan atau tempat traveling. Ketahuan banget jomblonya. Tapi kamu sih selow aja. Toh kalau punya pacar, kamu juga nggak akan upload foto kemesraan tiap sejam sekali.

3. Bukannya berkecil hati, tapi bosan juga rasanya mendapat komentar-komentar yang sama. Sudah umur segini, kok belum punya pasangan juga?

Bosan juga sih lama-lama… via imgur.com
Mungkin sebenarnya banyak juga yang melihat hidupmu ngenes. Karir oke, prestasi oke, penghasilan pun udah lebih dari cukup. Tapi sayang, semuanya dilalui sendirian. Nggak ada orang spesial untuk menemani melewati momen spesial. Nggak jarang juga kamu ditanya:

Kamu nggak pengin kayak si Ina? Atau Tisa? Atau Rahma?
Kamu nggak kesepian ya? Kalau malam nggak ada yang nemenin SMS-an?
Saking jengahnya, akhirnya kamu cuma bisa senyum aja. Kalau ditanya, sebenarnya kamu nggak pernah merasa terganggu meski kamu masih sendiri sementara teman-temanmu sudah meniti lembaran baru. Kecil hati sih nggak, tapi justru pertanyaan-pertanyaan itulah yang menyiksamu. Sudah umur segini kok belum punya pasangan?

Aaakkk kalau nanyain yang lain aja bisa nggak?
4. Keinginan untuk punya pasangan sesekali ada. Tetapi selalu tenggelam sebelum kamu sempat mewujudkannya

kalau lihat mereka, jadi pengin punya pasangan juga…. via gogurt.tumblr.com
Ada kalanya kamu juga ingin mempunya pasangan dan belajar bersama untuk menuju ke arah yang lebih serius. Biasanya, rasa-rasa ini muncul saat kamu nonton film romantis, atau kamu sedang menyaksikan adegan romantic live, seperti sepasang kakek-nenek menempuh perjalanan berdua untuk menjenguk cucunya naik kendaraan umum. Kalau melihat mereka, rasanya kamu pun ingin begitu. Menua bersama-sama orang tercinta.

Tapi keinginan untuk punya pasangan itu seringnya tenggelam bahkan sebelum kamu mewujudkannya. Selain kamu sibuk memikirkan hal lain, kadang kamu melihat rupa-rupa tingkah orang kasmaran, yang melihatnya membuatmu enggan punya pasangan sekarang.

5. Seringnya banyak hal lain yang harus kamu pikirkan. Soal pacar malah nggak kepikiran

banyak hal lain yang kamu pikirkan via www.tumblr.com
Di dunia ini memang banyak sekali yang kamu pikirkan. Mulai soal pekerjaan, kesehatan orang tua, sampai curhatan sahabat tentang rumah tangganya. Kamu juga sibuk mengembangkan diri dengan melakukan berbagai jenis kegiatan. Meski pekerjaanmu sudah lebih dari layak, kamu masih punya banyak mimpi yang belum kamu capai.

Terlalu banyak yang kamu pikirkan dan ingin kamu capai. Soal pasangan, seringnya kamu malah nggak kepikiran. Nggak apa-apa. Preferensi orang memang berbeda-beda. Kamu masih sendiri bukan karena apa-apa, tapi karena pasangan memang bukan prioritasmu saja.

6. Kamu juga berpikir, toh meski sendiri, kamu tetap bisa berkembang. Meski sering sendirian, toh kamu juga tidak pernah kesepian.

mandiri, ke mana-mana sendiri via keluarga.com
Memang basi saat kamu beralasan bahwa kamu single, bukana jomblo. Artinya kesendirianmu adalah pilihan, bukan keadaan. Dunia hanya akan menertawakan alasanmu yang sekarang sudaha nggak keren lagi. Tapi sebenarnya kamupun tak peduli. Toh mereka juga tidak tahu bagaimana hidupmu sehari-hari. Meskipun kamu sendiri, kamu tidak kalah bahagia dengan mereka yang telah berdua. Kamu tetap bisa berkembang meski ke mana-mana sendirian. Malah kamu bisa menjadi sosok yang mandiri. Dan jika ditanya soal kesepian? Kamu nggak pernah tuh merasakan. Ya gimana, malam-malammu selalu ramai dengan celotehan teman, atau segudang kegiatan yang bisa kamu lakukan.

7. Bukannya mau sendiri terus selamanya, tapi memang sekarang belum dapat saja

sekarang memilih sendiri, bukan berarti mau sendiri selamanya via www.wookmark.com
Meski awalnya selow saja menanggapi pertanyaan orang yang nggak ada habisnya itu, tapi lama-lama bosan juga. Kesal juga. Dalam hati kamu bertanya-tanya, kenapa orang lain justru lebih perhatian terhadap statusmu ketimbang kamu sendiri? Bukannya kamu mau sendiri selamanya. Bukannya kamu memang nggak mau merepotkan diri dengan punya pasangan. Hanya saja kamu nggak mau mencari orang sembarangan untuk menjadi pasanganmu. Bukan berarti kriteriamu sosok yang super sempurna nyaris setengah dewa, bukan. Yang kamu cari adalah sosok yang pas dan terasa klik di hati. Kalau sekarang belum ada, ya nggak apa-apa.

8. Saat ini, kamu memilih untuk mengembangkan diri. Soal cinta dan hubungan, akan ada saatnya sendiri nanti

saat ini, fokus dulu mengembangkan diri via 8tracks.tumblr.com
Sambil menunggu sosok yang tepat dan saat yang tepat, kamu memilih untuk mengembangkan dirimu dahulu. Kamu memilih untuk mengejar mimpi-mimpimu dahulu. Selagi masih muda, kamu ingin membuat pencapaian-pencapaian sesempurna mungkin. Mungkin setelah kamu melalui itu semua dan sudah lebih dewasa lagi, soal cinta dan hubungan akan masuk dalam pertimbanganmu. Semua ada waktunya sendiri-sendiri.

9. Toh jika kamu sudah bertemu orang yang tepat dan saatnya sudah tepat, kamu akan menyadarinya

nanti juga ada saatnya begini via www.sofeminine.co.uk
Karena itu semua, kamu memutuskan untuk tetap santai menghadapi semuanya. Nggak perlu baper, atau jadi ngoyo pengin punya pasangan. Semuanya kan ada prosesnya. Ada waktunya sendiri-sendiri. Nggak perlu mempertanyakan kemauan diri sendiri. Toh suatu saat nanti, jika sosok yang tepat datang di waktu yang tepat, kamu juga tidak bisa menolaknya.

Nggak perlu khawatir berlebihan ketika memasuki usia seperempat abad. Kalau sampai sekarang kamu belum punya pasangan, ya nggak apa-apa. Toh preferensi orang berbeda-beda. Barangkali, giliranmu memang belum tiba

Ada juga kelompok yang enggan mengurus masalah percintaan di umur yang satu ini. Urusan cinta seakan sudah berada di luar orbit kehidupan. Pemahaman macam ini bisa muncul karena kekecewaan yang datang bertubi-tubi, pun juga bisa dari pengalaman disakiti dan tersakiti.

Jika memilih untuk menutup mata pada urusan cinta, kamu akan mengalihkan kebutuhan tersebut pada berbagai saluran lain. Kamu bisa jadi seorang over-achiever di pendidikan dan karir, atau justru menumpahkan rasa cinta yang kamu miliki pada keluarga dan sesama manusia yang membutuhkan.

Usia 25-an seakan jadi momen refleksi. Menyadarkanmu bahwa cinta tak melulu perkara kemesraan sepasang manusia. Masih banyak jenis cinta lain yang bisa kamu berikan dan kamu terima

Sabtu, 02 September 2017

Self criticsm

By hana-be

Hampir setiap saat seseorang melakukan self-talk, berbicara dengan diri sendiri. Salah satu bentuk self-talk yang sering dilakukan adalah pathological criticPathological critic adalah istilah yang diciptakan oleh psikolog Eugene Sagan untuk mendeskripsikan suara hati yang menyerang dan menghakimi diri. Setiap orang memiliki suara hati yang mengkritik dirinya. Orang-orang yang mengkritik dirinya lebih kejam cenderung memilki harga diri yang rendah. Contoh kritikan yang kejam adalah seperti “Kau tidak pernah menyelesaikan apa pun tepat waktu!” , “Kau selalu menghancurkan segalanya!” dan “Kenapa kau melakukan hal tersebut? Kau seharusnya ...  ”.  Pathological criticberkaitan erat dengan self-criticismSelf-criticism memiliki dua definisi dalam Kamus Lengkap Psikologi karya J.P. Chaplin (2005), yaitu  (1) kemampuan untuk mengenali kelemahan dan keterbatasan diri, (2) pengenalan dan pengakuan bahwa prestasi sendiri itu tidak memiliki sifat-sifat yang dikehendaki oleh standar sosial atau seperti yang diharapkan atau ditentukan oleh diri sendiri. Definisi self-criticismyang digunakan dalam studi literatur yang saya lakukan adalah definisi kedua dari Kamus Lengkap Psikologi karya J.P. Chaplin (2005). Setelah mengetahui definisi self-criticism, timbul pertanyaan apakah yang menyebabkan self-criticism? Apa saja dampak dari self-criticism? Bagaimana cara menanganinya? Saya pun mencari tahu penyebab, dampak, dan cara menangani self-criticism denganmelakukan studi literatur.

Dari beberapa buku dan jurnal yang saya baca (Koestner, Zuroff & Power, 1991; Brewin dkk., 1992; McKay, 2000; Cheng dan Furham, 2004; Grzegorek, 2004; Engel, 2006), saya mengambil kesimpulan bahwa pola asuh orang tua adalah faktor yang menyebabkan self-criticism. Perilaku orang tua memiliki pengaruh yang mendalam dalam pembentukan self-concept─kepercayaan atau gambaran yang dimiliki seseorang mengenai dirinya dan self-esteem─bagaimana seseorang melihat dirinya secara keseluruhan.Penelitian dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang saya baca menunjukkan bahwa faktor paling penting dalam menentukan tingkat harga diri seorang anak dimulai dari pola asuh pada kehidupan anak-anak. Beberapa hasil penelitian yang mendukung teori gaya asuh orang tua adalah faktor penyebab self-criticism, seperti yang dikemukan Hertz dan Gullone (1999, seperti dikutip dalam Cheng, 2004). Mereka berpendapat bahwa kualitas hubungan orang tua-anak memiliki peran yang signifikan dalam percaya diri jangka panjang, ketahanandan kesejahteraan dari seorang individu. Dalam formulasi dari perkembangan self-criticism menurut Blatt (1974, seperti dikutip dalam Koestner, Zuroff & Power, 1991), dia mengusulkan kecenderungan self-critics untuk mengkritik dirinya sendiri didorong oleh keprihatinan atas kehilangan penerimaan dari orang tua, dan orang tua yang memiliki sikap dingin, kasar, menuntut, dan menghakimi. Menurut Blatt, orang tua adalah sebab yang paling krusial dari self-criticism. Bahkan investigasi yang dilakukan Firth-Cozens (1992, seperti dikutip dalam Brewin, dkk., 1992) menunjukkan level self-criticism yang lebih tinggi diasosiasikan dengan laporan hubungan anak dengan kedua orang tuanya, ayah dan ibu yang kurang memuaskan.

Teori pembelajaran sosial yang dikemukakan Bandura (1977, seperti dikutip dalam Koestner, Zuroff & Power, 1991) mengusulkan bahwa anak-anak memperoleh standar penguatan diri dari observasi terhadap lingkungannya. Orang tua merupakan lingkungan pertama dan terdekat. Orang tua menjadi cermin dan sumber seorang anak dalam menilai dirinya sendiri. Kalau orang tua mengasihi, mendorong, dan memberikandisiplin dengan batasan yang benar dan konsisten, anak-anak mereka akhirnya menjadi percaya diri. Tetapi orang tua yang lalai, kritis, dan tidak adil, dan memberikan disiplin kasar dan tidak sesuai batas, membuat anak-anak mereka merasa tidak aman, self-critics, dan mereka pun memiliki harga diri rendah.

Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua yang sering memarahi,mengkritik, tidak memasang batas-batas sehat atas perilaku anak-anaknya danmemukul setiap kali anak-anaknyamelakukan kesalahan kecil, anak-anak tersebut biasanya menyalahkan diri mereka sendiri atas perlakuan orang tua mereka. Hal ini disebabkan karena anak-anak itu egocentric─mereka berasumsi bahwa segala sesuatu berpusat di sekitar mereka sehingga mereka sendirilah yang menyebabkan reaksi orang lain kepada mereka. Beberapa dari mereka kemudian berusaha mengatasi rasa malu, tidak aman, dan harga diri yang rendah dengan mengejar kesempurnaan atau menjadi seorang yang perfeksionis dan biasanya salah satu atau kedua orang tua mereka juga merupakan orang yang perfeksionis. Anak-anak tersebut mengira menjadi sempurna akan menghilangkan rasa malu mereka. Namun, mereka menjadi terlalu keras pada diri sendiri. Dalam mengharapkan kesempurnaan, mereka selalu menuntut dan mengkritik diri mereka sendiri. Mereka mengharapkan diri mereka selalu benar dan sulit memaafkan diri mereka ketika melakukan kesalahan dan untuk mewujudkannya, mereka memaksa diri mereka melampaui batas-batas manusia normal.

Dari studi literatur, saya menemukan perfeksionisme memiliki keterkaitandengan self-criticism. Blatt (1995, seperti dikutip dalam Grzegorek dkk., 2004)mencatat, "perfeksionis individu yang mengalami depresi difokuskan terutama pada isu-isu harga diri dan self-critics, mereka mencaci, mengkritik, dan menyerang diri mereka sendiri, dan pengalaman intens perasaan bersalah, malu, kegagalan, dan tidak berharga". Hasil penelitian Grzegorek, Slaney, Franze, dan Rice (2004) mendukung penelitian yang sebelumnya dilakukan Rice dan Slaney (2002) menunjukkan kelompok yang bukan perfeksionis memiliki skor self-critics yang lebih rendah dibanding kelompok yang perfeksionis. Perfeksionis secara tidak langsung merupakan penyebab self-criticism. Semakin perfeksionis seseorang maka orang tersebut menjadi semakin self-critics.

Setelah mengetahui penyebab self-criticism, timbul pertanyaan apakah dampak dari self-criticism? Ternyata self-criticism menyebabkan seseorang memiliki tingkat harga diri yang rendah dan rasa tidak aman. Selain itu, self-criticism juga memilki dampak lain, Blatt (1974, seperti dikutip dalam Koestner, Zuroff & Power, 1991) menyatakan self-criticism sering diasosiasikan dengan depresi. Blatt, D’Afflitti, dan Quinlan (1976, seperti dikutip dalam Hakes, 2001) mengidentifikasi self-criticism sebagai salah satu dari tiga faktor penyebab depresi. Jika Self-criticism dibandingkan dengan dua faktor lain penyebab depresi (ketergantungan dan efikasi), self-criticism memiliki korelasi tertinggi dengan ukuran lain depresi. Faktor Self-criticism, menurut Blatt, et. al (1976) terdiri dari hal-hal yang berkaitan dengan:

keprihatinan tentang perasaan bersalah, kosong, putus asa, tidak puas, dan tidak aman, gagal memenuhi harapan dan standar, dan tidak mampu memikul tanggung jawab, merasa diancam oleh perubahan, merasa ambivalen tentang diri dan orang lain, cenderung menyalahkan dan merasa kritis terhadap diri sendiri.

Studi yang dilakukan oleh Moskowitz dan Zurrof (1991, dikutip dalam Zurrof dan Duncan, 1999) menemukan orang yang memiliki self-criticism memiliki teman yang lebih sedikit dan merasa kurang puas dengan dukungan sosial yang mereka miliki. Menurut Zurrof dan Duncan (1999) orang yang self-criticismmemiliki representasi kognitif yangnegatif dari orang lain, terlibat dalambermusuhan, memiliki perilaku interpersonal yang kompetitif, dan
dukungan sosial yang lebih sedikit.

Lalu bagaimana cara mengatasi self-criticism? Bervely Engel (2005) dalam bukunya Healing Your Emotional Selfmenyarankan enam langkah dalam mengatasi self-criticism. Langkah pertama mengatasi self-criticism adalah menghadapi kenyataan dan membiarkan emosi tersebut keluar. Langkah selanjutnya adalah menyadari bahwa orang tua telah melakukan kesalahan─bukan berarti menyalahkan orang tua tetapi maksud Bervely Engel adalah berhenti menyalahkan diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri membuat seseorang depresi. Dengan menyadari bahwa orang tua telah melakukan kesalahan membuat orang yang memiliki harga diri rendah akibat self-citicism diharapkan mampu menolak kritik atau pesan-pesan negatif yang berasal dari orang tuanya. Langkah ketiga adalah mengeluarkan rasa marah pada orang tua dengan menceritakan yang selama ini dirasakan ke teman dekat atau terapis karena hal tersebut membantu mengurangi rasa bersalah dan membantu orang yang memiliki self-criticism untuk berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Langkah keempat adalah menerima diri sendiri  dan berusaha mengganti suara hati yang mengkritik menjadi suara hati yang penuh kasih sayang. Kemudian seseorang dengan self-criticism diharapkan berhenti membandingkan dirinya dengan orang lain karena membandingkan diri dengan orang lain sering membuat seseorang merasa terancam. Langkah terakhir adalah percaya bahwa orang-orang akan menerima dirimu apa adanya. Caranya dengan mengelilingi diri dengan orang-orang yang menerima dirimu. Jangan menolak pujian ataupun perlakuan baik dari seseorang. 

Dari studi literatur yang telah saya lakukan, saya memperoleh kesimpulan bahwa faktor penyebab self-criticism ada dua yaitu pola asuh orang tua dan perfeksionis. Pola asuh yang menyebabkan self-criticism adalah perilaku orang tua terhadap anaknya yang negatif, seperti orang tua sering memarahi, mengkritik, tidak memasang batas-batas sehat atas perilaku anak-anaknya dan memukul setiap kali anak-anaknya melakukan kesalahan kecil. Faktor lain yang menyebabkan self-criticism adalah perfeksionis karena semakin perfeksionis seseorang maka orang tersebut juga semakin self-criticsorang tersebut. Dampak yang ditimbulkan dari self-criticism adalah rendahnya harga diri, menyebabkan depresi, memilikirepresentasi kognitif yang negatif dariorang lain, terlibat dalam bermusuhan, memiliki perilaku interpersonal yangkompetitif, dan dukungan sosial yang lebih sedikit. Menurut Bervely Engel (2005), ada enam langkah yang dapat mengatasi self-criticism yaitu menghadapi kenyataan, menyadari orang tua telah melakukan kesalahan, becerita pada teman atau terapis, berusaha menerima diri sendiri, berhenti membadingkan diri dengan orang lain dan berharap orang-orang akan menerima dirimu apa adanya.