Nikmati dan syukuri saat ini. Manfaatkan.
The Power of Now “Mencari Bahagia dengan Menikmati Hidup Saat Ini”Posted bysweetspeInhealth1 CommentKecemasan, penyesalan, kekecewaan, adalah pikiran-pikiran negatif yang sering mengganggu kebahagiaan kita. Ternyata, cara ampuh untuk terbebas dari semua itu adalah dengan membiarkan diri kita menikmati saat ini. Semua orang pasti ingin bahagia. Tapi, selalu saja ada masalah yang harus dihadapi mulai dari bangun tidur sampaisaat kembali beristirahat. Tak hanya yang terjadi sekarang, yang belum terjadi pun seringkali sudah mengganggu rasa bahagia kita. Dengarkan saja kepanikan Tami tentangtingginya biaya sekolah anak, ”Wah, kemarin aku dengar seorang ibu yang baru memasukkan anaknya ke SMP, uang masuknya 18 juta! Ya ampun! Kalau sepuluh tahun lagi perlu berapa puluh juta ya?” Tami langsung merisaukan biaya sekolah sepuluh tahun ke depan, karena anaknya kini baru berusia dua tahun.Pastinya bukan hanya masalah biaya pendidikan anak yang dapat membuat kita cemas. Mulai dari hubungan keluarga, karir dan pekerjaan; semua halyang berhubungan dengan masa depandan masa lalu bisa membuat kita kehilangan rasa bahagia. Tak heran jika B. Alan Wallace, PhD, President of the Santa Barbara Institute for Consciousness Studies, seorang dosen dan penulis di bidang Budhism, filosofi, dan meditasi mengatakan, ”Kita memang hidup dalam dunia yang memilikiberagam cara untuk mengganggu ketenangan.”Manusia dan monkey mindMasalah-masalah yang mengganggu ketenangan itu seringkali membuat kita justru membiarkan momen indah yang terjadi saat ini berlalu tanpa sempat kita perhatikan, atau kita manfaatkan. Seringkali kita menyia-nyiakan detik-detik berharga yang kita miliki dalam hidup dengan mengkhawatirkan masa depan, dan sibuk merenungkan masa lalu.”Saat berlibur kita seringkali justru mengingat tumpukan pekerjaan di meja kantor. Sebaliknya, saat bekerja kita mengharapkan datangnya saat-saat untuk berlibur dan bersantai,” kata Wallace memberi contoh.Monkey mind begitulah kaum Budhis mengistilahkan pikiran manusia yang terus melompat-lompat, seperti seekor monyet yang berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya.Kondisi pikiran yang seperti ini sebenarnya merugikan diri kita sendiri, karena kita tidak akan menemukan ketenangan dan kenyamanan hidup.”Kita akan selalu berada dalam keadaan tegang, cemas, khawatir, dan rasa tidak nyaman lainnya,” kata Prof Dr dr. Luh Ketut Suryani, SpKJ (K), dari Suryani Institute for Mental Health.Masa lalu dan masa depanLuh Ketut Suryani tak mengingkari jika manusia perlu juga melihat hari kemarin. ”Menengok hari kemarin atau melihat masa lalu artinya mempelajari apa sebenarnya yang terjadi, lalu melihat mana yang bermanfaat dan bisaditeruskan, serta mana yang justru membawa kehancuran dan tak perlu dilakukan lagi,” kata Suryani.Psikiater dan guru meditasi ini juga mengakui bahwa selain Tuhan, pengalaman adalah guru utama dalam kehidupan. ”Semua pengalaman masa lalu, baik yang menyenangkan atau tidak, pasti ada gunanya dan bisa diambil sisi positifnya untuk mendewasakan diri dan memperkuat mental,” katanya.Namun, Suryani mengingatkan, hidup bukan harus terus diisi dengan rencana dan rencana. ”Hidup ini untuk dinikmati, dirasakan dan disyukuri sehingga kita mempunyai tenaga lebih besar lagi untuk menjalani kehidupan pada hari-hari berikutnya,” katanya.Nikmatilah saat ini dan berhenti berpikir!Masa depan dan masa lalu memang penting. Tapi, terlalu memikirkannya juga akan membuat kita jauh dari bahagia, karena tak ada waktu untuk menikmati yang sudah dicapai, yang sudah diselesaikan, dan yang sudah dimiliki sekarang. ”Seseorang tidak akanpernah menikmati hidupnya jika terlarut dalam masa lampau yang kelam, atau terlalu takut menghadapi masa yang akan datang,” kata Suryani. Memang, sebagian besar pikiran negatif berhubungan dengan masa lalu dan masa depan.Sementara itu, menurut Suryani, jika kitabisa sejenak saja merasakan keadaan saat ini dan mensyukuri apa yang diperoleh hari ini, maka rasa bahagia bisa dirasakan.Hal ini sudah dibuktikan oleh Stephen Schueller, seorang psikolog di University of Pennsylvania. Dalam penelitiannya, Schueller meminta subjekpenelitian menikmati sesuatu yang biasanya mereka lakukan sambil terburu-buru. Misalnya, saat sarapan pagi, minum secangkir teh di sore hari, atau saat berjalan menuju tempat pemberhentian bus. Penelitian tersebut menemukan bahwa orang yang bisa menikmati hidupnya saat ini ternyata merasa lebih bahagia, lebih menikmati hidup, dan dipenuhi berbagai perasaan positif lainnya. Mereka juga lebih sedikit menunjukkan gejala-gejala depresi.Mengapa menikmati hidup saat ini membuat kita lebih bahagia? Menurut Schueller, ketika kita fokus pada aktivitas kita saat ini, maka secara tidak sadar kita berhenti berpikir terlalu keras.Bayangkan saja bagaimana jadinya jika saat Anda sedang berlatih menari atau berdansa, pikiran Anda sibuk memerhatikan apa yang harus dilakukan oleh kaki, tangan, bahu, panggul, sekaligus mengingat gerakan yang harus Anda lakukan pada detik berikutnya. Pasti, gerakan Anda justru akan kelihatan kaku, atau malah kacau balau.Jadi, berpikir tak selalu membuat segalayang Anda lakukan jadi lebih baik, bukan? Karena itulah, Schueller mengatakan, ”Jangan terlalu banyak berpikir. Singkirkan semua bentuk evaluasi terhadap diri sendiri, dan jangan biarkan diri Anda terjebak dalam kekalutan pikiran serta kekhawatiran. Biarkan saja segala sesuatu terjadi seperti apa adanya.Salah satu bentuk latihan untuk berhentiberpikir yang ditawarkan Jay Dixit, seorang penulis bidang psikologi, bisa langsung kita coba, ”Bayangkan Anda adalah seorang pengamat. Biarkan diri Anda melihat, mendengar, atau mencium segala sesuatu yang ada di sekitar Anda saat ini. Tapi, jangan pedulikan apakah yang Anda lihat bagusatau jelek, apakah yang Anda rasakan menyenangkan atau tidak. Jangan memberi penilaian. Katakan saja,’sekarang, sekarang, sekarang.’” (Sumber Nirmala)Post Update :June 23, 2013 at 3:25 amDate :Tuesday, May 3, 2016-Selasa, 3 Mei 2016
Semua masalah merupakan ilusi pikiranEckhart Tolle, penulis buku Practising The Power of NowBahasan ‘sekarang’ ini saya banyakmengambil pelajaran dari buku Practising The Power of Now. Sebagian besar pemikiran dan bahkan tulisan Eckhart Tolle, sang penulis, saya cantumkan baik secara utuh maupun sudah saya sesuaikan. Beruntung sekali saya mendapatkan karya beliau yang saya peroleh di Stasiun Depok Baru. Dengan buku ini, pemahamandan praktek menikmati ‘sekarang’ menjadi lebih mudah dan mendalam bagi saya dan tentunya bagi Anda.Mengenai ‘sekarang’, yang berhubungan dengan waktu di mana setiap orang memiliki kuantitas yang sama, namun dengan kualitas yang berbeda-beda. Setiap orang menjalani hidup24 jam sehari. Sebagian merasakan kebahagian, ketenangan, kesenangan, kedamaian dan keberhasilan, sementara yang lain merasakan kesedihan, kecemasan, ketakutan dan kegagalan. Semua kebahagiaan dan penderitaan ini dipengaruhi oleh kualitas pikiran seseorang, terutama bagaimana pikiran merespon waktu.Pemahaman dan kemampuan mengelola waktu ini sangat pentingagar kita mampu menikmati hidup sekarang. Kebanyakan orang cenderung larut terhadap masa laludan masa depan, akibatnya sedikit energi yang tercurahkan untuk masa sekarang. Padahal yang kita miliki adalah masa sekarang. Masa lalu sudah basi, sementara masa depan belum tentu terjadi.Memikirkan masa lalu ataupun masa depan merupakan khayalan pikiran. Penderitaan muncul saat mengenang masa lalu yang suram atau bayang-bayang masa depan yang menakutkan. Pun, pikiran menciptakan kebahagiaan ketika mengingat kenangan indah atau membayangkan kehidupan yang menarik di masa mendatang. Apapun itu, khayalan cenderung menjauhkan Anda dari kehidupan sekarang.Syukurilah dengan yang Anda miliki, yang Anda peroleh saat ini. Tak perlu menunggu hal-hal besar agar bahagia. Menunggu adalah keadaan pikiran—yang berarti Anda menginginkan masa depan; Anda tidak menginginkan masa sekarang. Menunggu dengan berbagai jenisnya, berarti secara tidak sadar Anda menciptakan konflik diri antara Anda yang sedang berada di sini pada saat sekarang, yang tidak Anda inginkan, dengan masa depan yangAnda inginkan. Andapun dirugikan dengan konflik ini karena mengurangi kualitas kehidupan akibat kehilangan saat sekarang.Misalnya, tentang kesejahteraan, semua orang menginginkan, merindukan dan menunggunya. Kesejahteraan tidak dapat terjadi di masa depan. Sebaliknya, jika Anda menghargai, mengakui dan menerima sepenuh hati kenyataan saat sekarang, Anda—di mana pun, kapan pun, siapapun Anda, apa pun yang sedang Anda kerjakan sekarang—Anda dapat mensyukuri yang ada, bersyukur kepada Tuhan.Mensyukuri yang ada dan bersyukur kepada Tuhan merupakan kesejahteraan yang sesungguhnya.“Kesejahteraan itu tidak akan di masa depan,”kata Eckhart Tolle.“Kemudian, pada saatnya nanti, kesejahteraan itu mewujudkan diri bagi Anda denganberbagai cara,”tambahnya.Ketika Anda merasa tidak puas dengan yang Anda peroleh, merasamarah dan mungkin juga frustasi dengan kekurangan Anda pada saat ini bisa membuat Anda termotivasi untuk menjadi kaya. Tetapi, seandainya Anda berhasil mendapat uang milyaran rupiah, haltersebut tidak serta merta membuat Anda bahagia. Sebaliknya Anda akan terus mengalami kondisi batin yang serba kekurangan dan jauh dalam hati Anda, terus merasakan belum cukup.Seperti kata Eckhart Tolle,“Bisa saja Anda mendapat pengalaman yang menggairahkan dengan apa saja yang dapat Anda beli dengan uang, tetapi semua itu hanya datang dan pergi, dan selalu meninggalkan Anda dengan perasaan kosong serta kebutuhan kepuasan fisik atau psikologis berikutnya. Anda akan tinggal bersama Keberadaan (Tuhan) dan merasakan kelimpahan hidup sekarang yang merupakan satu-satunya kesejahteraan sejati.”Mulai saat ini, hentikanlah kebiasaan selalu memberikan perhatian kepada masa lalu dan juga masa depan. Anda boleh memerhatikannya bilamana Anda membutuhkannya saja. Latihlah setiap hari untuk keluar dari dimensi waktu sesering mungkin dan hadirlah saat sekarang, di sini. Dengan begitu Anda telah terbebas dari ikatan waktu, Andapun bisa merasakan semangat hidup, bahagia dan penuh suka cita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar