Penyakit Gengsi – AaGymPosted by:AndySyauqiinAaGymAlhamdulillah!Tak ada yang patut disembah selain Alloh Swt. Hanya kepada Alloh kita semua akan kembali. Semoga Alloh Yang Maha Mendengar setiap doa, senantiasa membimbing kita sehingga kita termasuk kepada golongan hamba-Nya yang bersyukur. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rosululloh Saw.Saudaraku, gengsi adalah penyakit yang menyesakkan dada, membuat hati tertekan, merasa terhimpit, dunia ini terasa sangat sempit. Ada orang yang karena gengsi naik angkot, maka dia memaksakan naik taksi, padahal ia tidak mampu dan memang tidak perlu. Sepanjang jalan ia tidak menikmati jok yang empuk di dalam taksi karena matanya gelisah melihat argo yang terus bertambah.Ada juga orang yang datang ke sebuah acaramengendarai motor lama. Karena gengsi, ia berusaha datang lebih awal, kemudian mencari tempat parkir yang agak tersembunyi. Ada lagi orang yang memaksakan diri mencicil ponsel baru yang mahal hanya karena gengsi di depan teman-temannya memakai ponsel lama yang dipikirnya sudah ketinggalan zaman.Maa syaa Alloh.Betapa menderita hidup yang demikian. Menuruti keinginan, bukan kebutuhan. Memaksakan diri, tanpa melihat kemampuan.Mengikuti pandangan orang, tanpa memikirkan kebaikan dan keburukan. Semua itu terjadi karena gengsi.Gengsi itu sama bahayanya dengan ‘ujub dan minder. Semuanya sama-sama perwujudan dari cinta dunia. Gengsi muncul karena hati sudah terpaut dengan dunia, menjadikan dunia sebagai tolak ukur kemuliaan. Padahal yang dikejar kemuliaan di pandangan manusia. Apalah artinya mulia di pandangan manusia, tapi sia-sia di pandangan Alloh Swt.Saudaraku, tidakkah kita ingat pada sabda Rosululloh Saw.,“Demi Alloh, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatirjika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.”(HR. Bukhari dan Muslim)Tidak perlu kita gengsi memakai motor gara-gara mobil kita dijual. Tidak perlu kita gengsi tinggal di rumah kontrakan. Demi Alloh.. Semua yang ada di dunia ini milik Alloh. Yang kita miliki, yang masih kita cicil atau yang kita sewa, semuanya mutlak milik Alloh. Semua itu ada di tangan kita hanya titipan saja dan hanya ujian. Tidak perlu gengsi dengan apa yang kita miliki. Gengsi adalah bentuk lain dari kufur nikmat, seolah karunia yang Alloh berikan kepada kita tiada berarti.Maa syaa Alloh.Alloh Swt. berfirman,ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِۖ“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”(QS. Al Hadiid [57] : 20)Semoga kita bisa mengendalikan diri dari penyakit gengsi. Pastikan kita memakai dan memiliki atas dasar perlu, bukan sekedar mau. Ikutilah kesederhanaan Rasulullah Saw.dan para sahabat sertasalafushsholeh. Cinta dunia adalah sumber malapetaka. Semoga kita tergolong orang-orang yang selamat.Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.[]Ditulis oleh: KH. Abdullah Gymnastiar ( Aa Gym )Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.Editor : Rashid Satari
“Cyin, makan siang yuk!”“Emmm.. Enggak deh. Gue lagi diet.”“Beneran?”“Hehe, enggak sih.Gue tadi impulsif beliheelsbaru. Habis deh jatah makan siang dua minggu ke depan.”Kenal teman yang sering banget seperti ini? Atau mungkin kamu sendiri pernah melakukannya?Kehidupan modern dan segala macam kebutuhan yang perlu dipenuhi secara serentak ini tentu rasanya familiar, terutama bagi anak muda urban yang sedang berjuang mandiri dalam kehidupannya sendiri. Namanya juga udah kerja keras dan baru punya penghasilan, tentu saja harus adarewarduntuk diri sendiri.Ya kan? Ya kan?Berbicara tentang kaum urban, mereka (atau mungkin kita) adalah kalangan menengah yang beruntung karena sempatnonton AADC sama gebetanmenempuh pendidikan dan memiliki pekerjaan. Setidaknya kita jarang terpapar kemiskinan yang jadi problem saudara-saudari kita di pelosok atau daerah konflik sana.Tapi kenapa untukmemenuhi gaya hidup, kita sering kali jadi lebih menderita dari mereka yang memang serba kekurangan?Mungkin ada yang salah dari cara kita mengartikan kesuksesan.Sebuah cerita tentang generasi yang memilih bisa tampil mapan ketimbang bisa makan dengan layakgenerasi masa kini viawww.simonneedham.comBegitu banyak kaum muda profesional yang berpikir bahwa untuk menghasilkan lebih banyak uang, mereka harus menghabiskan banyak uang. Kira-kira begitulah yang disampaikan oleh Gayatri Jayaraman dalam artikelnya yang berjudul“The Urban Poor You Haven’t Noticed: Millenials Who’re Broke, Hungry, But On Trend”.“Urban poor”adalah konteks yang digunakan Gayatri untuk menggambarkan kaum muda usia 20-an yang mendapatkan tekanan dari sekitar mereka untuk memiliki gaya hidup yang tinggi. Mereka menghabiskan hampir seluruh gaji yang belum seberapa untuk menjaga gaya hidup. Karena mereka percaya, gaya hidup itu penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kehidupan profesional dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan lagi.Padahal, dengan setiap kenaikan pendapatan, hargayang harus dibayar untuk mempertahankannya ikut naik pula.Kamu yang awalnya sangat pede mengenakan kaos dan jins saja saat magang atau di tahun pertamamu bekerja, kemudian menjadi mencari-cari kupon diskon toko online demi beberapa potong blazer dan setelan resmi yang pantas dikenakan ketika rapat dengan klien yang selalu rapi.Kamu yang sebenarnya cukup puas dengan kopi sachet dua ribuan, jadi ikut mengeluarkan lima puluh ribuan untuk gerai kopi yang menawarkan kartu member. Kamu yang sebenarnya bisa menunggu sampai filmbox officenongol di layar kaca, jadi harus nonton selama masih tayang di bioskop, ditambah popcorn dan soda yang sekali teguk menyisakan rasa gula yang pekat dan mahal.Pilihan itu selalu ada. Hanya saja, harga diri tidak memperbolehkan kita untuk memilih yang cuma seadanyagaya hidup itu pilihan viawww.if.org.ukSeperti Gayatri, saya juga punya cerita tentang teman-teman yang tidak keberatan menukar kebutuhan dengan gengsi.Seorang teman rela berhutang demi bayar uang muka mobil, yang cicilannya pun tidak tahu akan ia bayar dengan apa.Ada juga yang mau tak mau harus betah menyewa kamar yang sempitdan tanpa sirkulasi udara demi bisamengoleksi sepatu olahraga.Seorang kenalan selalu berpindah-pindah masjid untuk mengisi perut dengan takjilan gratis saat Ramadhan demi menebus lensa kamera baru di hari raya.Temannya teman saya sudah lama tidak nongol untuk sekadar kumpul-kumpul santai dengan teman lama dengan alasan sedang berhemat, tapi di satu Minggu yang cerah kepergok sedang rekreasi ke Dufandan ngebayarin cewek barunya.Dan jangan pura-pura tidak tahu, banyak dari kita yang menggesek kartu kredit untuk berbelanja barang-barang yang harganya lebih besar dari penghasilan bulanan kita.Rasa lapar, baik itu yang tersembunyi dalam becandaan atau menyaru jadi gaya hidup sehat, adalah irisan universal yang sama-sama kita rasakan. Ketika ada teman kita yang mulai giat membawa bekal makanan sendiri, giat menurunkan berat badan, sampai rela berjam-jam lembur di kantor hanya untuk mendapatkan jaringan wifi lebih lama lagi, kita dapat memahami apa yang terjadi.Karena kita pun sama, melakukannya untuk alasan yang tidak masuk akal tapi sangat bisa kita terima.Untuk setiap pengeluaran, selalu ada alasan-alasan yang kita sampaikan. Seringnya, karena menganggap itu kebutuhannamanya juga kebutuhan viawww.shutterstock.comKita sadar kita bokek – ini sudah masuk alam bawah sadar. Bahkan saat tanggal muda dan mengecek rekening yang baru terisi oleh gaji bulanan. kita sadar kita akan bokek sebentar lagi. Pikiran langsung melayang ke posko pengeluaran yang mengantre di depan mata. Uang kos, uang makan, transportasi, perbaikan alat elektronik, barang di online shop yang sudah lama diincar, rencana liburan, cicilan sana-sini, dan lain-lainnya.Selain pengeluaran yang sudah jadiperhitungan sebelumnya, kita juga mulai mengalkulasi biaya untuk perbaikan hidup. Karena untuk kesejahteraan hidup yang naik kelas, sangat penting untuk sejajar dengan mereka yang sudah di tingkat atas juga. Bukankah begitu alasan kita?Karenanya kita mulai berinvestasipada segala hal: pendidikan, penampilan, bahkan pertemanan. Bekerja keras sebagai kaum profesional muda yang ingin mengejar kesuksesan dalamtempo waktu sesingkat-singkatnya. Mengartikan sukses sebagai kemampuan membeli, alih-alih memberi.Susah menolak ajakan-ajakan dan rutinitas yang menghabiskan uang. Sebenarnya di lubuk hatimu, kamu ingin bilang tidak. Tapi akan lebih rumit menerima tekanan sosial yang muncul dari penolakanmu, sehingga kamu tidak mau ambil pusing. Jadi untuk lebih mudahnya,kamu bilang pada dirimu sendiri bahwa ini adalah kebutuhan. Toh hanya sesekali, ya kan?Lambat laun, sesekali jadi berkali-kali, dan yang insidental jadi rutinitas. Musnah sudah rencana utopis menyisihkan 30% gaji di awal bulan untuk tabungan masa depan.Mungkin ini saatnya kita sedikit mengalah dan mengakui, tidak sehat bila terus hidup seperti inimengalah dan mengakui kemampuan sendiri viawww.canadianpharmacymeds.comSesekali mencicipi gemerlapnya kehidupan urban masa kini memang tak ada salahnya. Kamu jadi mengerti hal-hal yang tidak kamu pelajari dalam teori perkuliahan. Tentang idealisme danidentitas yang semakin bertubrukan, juga tentang keinginan dan kebutuhan yang tak jarang selalu bersisian.Tak apa sesekali mengejar sesuatuyang duniawi. Justru sikap antipati tak akan membawa kita kemana-mana. Banyak pribadi tangguh yang dihasilkan dari perjuangan dan kompetisi di dunia yang memandangmu sebatas penampilan di awal ini.Namun sebelum yang duniawi jadi begitu menggerogoti, cobalah untuk membuat batasanmu sendiri.Apa iya demigadgetterbaru, orang tua di rumah masih mengirimkan uang bulanan ekstra agar anaknya tidak kelaparan di kota tetangga? Apa iya demi liburan ke tempat-tempat eksotis, uang sekolah adik-adik harus ditunggak sampai semester depan?Mengorbankan gaya hidup memang sulit. Kita akan kehilanganbanyak hal. Bisa-bisa kita direndahkan, dikucilkan, bahkan menanggung malu karena ketahuan tidak mampu.Namun semalu-malunya itu, ingatlah untuk lebih malu lagi kalau ketika memaksakan diri untuk lebih menuruti keinginan daripada kebutuhan.Toh, tubuh yang sehat dan pikiran yang tenang berkat pola hidup sederhana jauh lebih berharga dari langkah-langkah gemerlap yang dihantui oleh hutang dan cicilan esok hari.#anak muda #Bokek #gaya hidup #kaum urban#kekinian #lifestyle #penghasilan
Kuliah jang kahadean sorangan.
Lieur bobogohan jeung nu ngaheulakeun gengsimah
Lieur hirup ku gengsimah.
Lieur loba gengsimah, sa mampuna we.
Mengatasi Perang Batin Untuk Menghilangkan Kebiasaan Buruk
Manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula saya dan anda. Kita semua punya sebuah kebiasaan yang seringkali bertentangan dengan keinginan kita. Banyak jenis kebiasaan-kebiasaan buruk mulai dari kesehatan hingga masalah psikologis. Saya ingat pada suatu saat saya dihadapkan pada sebuah keputusan ketika saya akan mengulangi lagi kebiasaan buruk saya. Diri saya seakan terbelah menjadi 2 dengan satu pihak menginginkan saya melakukannya sementara diri saya yang lain berteriak supaya jangan melakukannya. Jika dianalogikan, hal ini seperti pertarungan antara ‘setan’ vs ‘malaikat’, yang kebanyakan dimenangkan oleh kubu ‘setan’.
Pertarungan ini sungguh menyiksa dan terjadi setiap kali saya dihadapkan pada keputusan mengulangi kebiasaan buruk atau tidak. Parahnya pertarungan ini bisa berlangsung selama bertahun-tahun seperti pengakuan para perokok yang telat insyaf atau pecandu narkoba yang terlanjur ketagihan.
Dalam ilmu Neuro Linguistic Programming (NLP), hal ini disebut inner self conflict. Ada sebuah teknik NLP yang dapat digunakan untuk mendamaikan sisi ‘setan’ dan ‘malaikat’ ini dan menghasilkan sebuah aksi yang positif. Teknik ini disebut Part Integration Technique. Yaitu teknik untuk mengurangi kerusakan atau tekanan mental akibat tidak terpenuhinya salah satu keinginan dari 2 keinginan yang saling bertentangan.
Langsung saja saya berikan contoh kasusnya:
Rokok vs Tidak Merokok
Perang batin dalam diri anda akan terjadi seperti ini:
Sisi Malaikat : “Jangan merokok!! Lihat sudah berapa banyak orang meninggal akibat rokok!”
Sisi Setan : “Kalo tidak ada rokok mana enak, mulut rasanya pahit, masalah mati itu kan ditangan Tuhan”
Jika situasi diatas terjadi, cobalah teknik Part Integration Technique seperti dibawah ini
Langkah Pertama
Taruh kedua tangan di depan anda dengan telapak tangan terbuka menghadap keatas. Lihat telapak tangan pertama. Bayangkan sebuah benda yang berkaitan dengan kebiasaan anda sedetail mungkin, mempunyai berat serta bisa berbicara. Benda itu adalah diri anda yang mewakili kebiasaan buruk anda. Lakukan hal yang sama dengan telapak tangan kedua yang mewakili keinginan untuk berhenti dari kebiasaan buruk anda.
Langkah Kedua
Lihat ke telapak tangan pertama dan tanyakan “Kenapa kamu ingin aku merokok?”. Jawabannya kemungkinan akan berupa “Karena tanpa rokok segalanya kurang lengkap, sensasi menghirup rokok membuat kamu senang kan?”. Kemudian tanyakan lagi pertanyaan “Kenapa kamu ingin aku senang?”. Maka jawaban yang mungkin adalah “Karena aku adalah bagian dari kamu, jika kamu senang maka saya juga senang”. Anda bisa terus mengajukan pertanyaan yang anda akan sadari bahwa benda tersebut sebenarnya berniat baik dan hanya ingin anda bahagia.
Langkah Ketiga
Lakukan persis seperti pada langkah kedua untuk keinginan anda untuk berhenti. Tujuan utamanya adalah membuat kedua diri anda untuk sepakat bahwa tujuan mereka sebenarnya sama-sama membuat anda bahagia. Ajukan pertanyaan ke kedua benda tersebut apakah niat mereka yang sebenarnya dan kompromikan cara apa yang secara logika paling baik buat anda. Tanyakan alasan dibalik setiap jawaban mereka.
Langkah Keempat
Beritahu mereka bahwa mereka berdua mempunyai tujuan yang sama dan dengan alasan tersebut tidak perlu ada perang diantara mereka. Jika anda melakukan dengan benar dari langkah pertama, maka anda akan menyadari bahwa kedua tangan anda akan mendekat dan mungkin sampai bersentuhan. Jika sampai bersentuhan, maka satukan kedua telapak tangan anda dengan erat. Hal ini akan menyampaikan pada alam bawah sadar anda bahwa perang batin telah usai dan anda tidak akan menemui kesulitan besar ketika anda dihadapkan situasi yang sama.
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat!
Dimas Rochmad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar