Me : Berhenti Berusaha Menyenangkan Orang Lain! Ini Cara-Cara Kamu Bisa Bilang “Tidak”Aulia Kushardini|Okt 20, 2014Bagikandi TwitterBagikandi FacebookKita lahir dan dibesarkan dalam budaya Indonesia yang serba sopan. Kalau orang lain meminta kita membantu atau melakukan sesuatu, rasanya kita harus otomatis bilang “iya”.Kalau tidak, kita takut akan dicap pemalas, susah diajak bekerja sama, atau tak sopan. Akibatnya, kita jadi sering mengiyakan hal-hal yang sebenarnya tak ingin kita lakukan.Padahal sikap ini bisa menciptakan bencana, lho.Terlalu banyak melayani orang lain akan merampok waktumu untuk diri sendiri. Gara-garaterlalu fokus mewujudkan mimpi orang lain, kamu pun bisa gagal mewujudkan ambisi pribadi.Jadi, bagaimana caranya supaya kita bisa berhenti selalu menyenangkan orang lain?1. Camkan bahwa orang tak akan mengecapmu buruk hanya karena kamu bilang “Tidak”Tenang. Orang-orang tak akan mengecapmu buruk, kok. viaredandbluecrayons.deviantart.comSering kali, kita mengiyakan permintaan orang karena takut pada risiko yang ada jika kita menolaknya. Misalnya, saat seorang teman ingin meminjam uang, kita akan mengiyakan meski keuangan sendiri hampir pailit. Alasannya, kita takut disebut pelit.Lain lagi ketika sahabatmu ingin curhat tengah malam. Kamu sebenarnya sedang begadang karena besok paginya akan ujian. Tapi demi predikat ‘sahabat yang baik’, kamu rela mengorbankan waktu belajarmu demi mendengarkan keluh-kesahnya tentang pacarnya.Padahal, menolak permintaan seseorang belum tentu akan membuat orang itu mengecapmu buruk. Apalagi kalau kamu menolak dengan alasan yang wajar. “Ketika ditolak, kebanyakan orang tidak akan menghabiskan waktu mengutukorang yang menolak mereka,” kata psikolog Linda Tillman dariPsych Central, “Mereka akan move on dan langsung mencari orang selanjutnya yang bisa dimintai tolong.”2. Menolak permintaan tolong bukan berarti kamu jahatKamu nggak jahat! viayouqueen.comKamu mungkin selalu menjawab “iya” karena merasa bersalah saat bilang “tidak”. Menurutmu, jahat sekali kalau kamu harus menolak permintaan tolong temanmu yang memang membutuhkan. Hmm… kalau kamu merasa seperti ini, coba deh kamu pikirkan perasaanmu ulang.“Jahat” itu adalah ketika kamu dengan sengaja menyakiti perasaan orang lain. Kamu menganggap mereka tidak pantas mendapatkan waktumu, atau tidak layak diberikan bantuan. Pasti bukan itu yang sebenarnya kamu pikirkan. Kamu menolak bukan karena kamu tidak mau, tapi karena memang keadaan tidak mengizinkan.3. Kalau tidak bisa bilang “tidak”, jangan langsung bilang “iya”!Bersabarlah. Jangan langsung menjawab ‘tidak’. viawww.huffingtonpost.comTetap susah bilang ‘tidak bisa’? Ada cara-cara lain yang bisa kamu gunakan untuk menangkis dorongan menjawab “iya”. Misalnya, dengan meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Katakan saja: “Kuberi tahu jawabannya besok pagi, ya!” Dengan begini, kamu bisa mempertimbangkan masak-masak apa kamu memang mampu menolong temanmu. Ketika memutuskan bahwa kamu harus menolak, kamu pun punya waktu menyusun kalimat yang sopan.4. Hibur dirimu sendiri setiap kali harus berkata “Tidak”Hibur dirimu sendiri dengan cara apapun viawww.informedmeateater.comKamu pasti akan merasa bersalah ketika mengatakan “Tidak” pada seseorang. Karena itu, hibur dirimu sendiri setiap kali kamu harus melakukannya. Sadarilah bahwa perbuatanmu itumanusiawi. Orang yang memintamu toh juga masih punya teman-teman lain untuk dimintai tolong.Ingat, setiap kamu mengatakan tidak, jangan berkali-kali minta maaf. Sebelum melontarkan kata maaf yang ketiga atau keempat kalinya, tanyakan dulu pada dirimu sendiri: apakah ini memang salahmu? Seringnya sih… jawabannya “Bukan”. Jadi santai saja, ya.5. Pelihara kepercayaan diri yang kamu punyaPelihara kepercayaan diri sendiri viastyleatron.comKadang, alasan kita berusaha menyenangkan orang lain adalah karena kita merasa butuh penerimaan mereka. Kita merasa bahwa harga diri kita tergantung pada bagaimana mereka memandang kita. Akhirnya, kita pun akan mati-matian berusaha membuat mereka menyukai kita.Selain itu bisa jadi kita merasa diri sendiri tak berguna. Akhirnya, ketika orang lain butuh bantuan, kita berusaha memaksa diri menyanggupinya — demi membuktikan pada diri sendiri bahwa kita ada gunanya.Kalau sudah begini, sebenarnya masalahnya bukan pada orang lain. Masalahnya ada pada dirimu sendiri. Kamu merasa bahwa kamu tidak berharga dan tidak berguna. Padahal, coba pikirkan: kalau kamu memang pribadi yang seperti itu, apa masih ada yang mau jadi temanmu? Apakah mereka akan menyayangimu seperti sekarang? Kalau mereka melihat sesuatu yang bernilai pada dirimu, kenapa kamu tidak?6. Sadarilah bahwa kamu sudah sukses dengan keadaanmu yang sekarangSadarilah bahwa kamu sudah suksesPikirkan apa definisi ‘kesuksesan’ bagimu. Kesuksesan tak selalu berhubungan dengan uang. Bisa memiliki karir yang kamu sukai? Itu kesuksesan. Bisa sekolah di tempat yang baik? Itu kesuksesan. Bisa menjaga kerukunan dalam keluarga? Itu juga kesuksesan.Dengan definisi sukses yang sederhana ini, kamu akan menyadari bahwa sebenarnya hidupmu sudah berjalan dengan baik-baik saja. Kamu tak perlu lagi mencari-cari pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Kamu sudah punya semua hal yang kamu butuhkan!7. Menyenangkan hati orang lain adalah tugas orang itu sendiri, bukan kamu!Kiat disukai di tempat kerja: percaya diri. viawww.huffingtonpost.comYang paling penting, kamu harus ingat: suasana hati setiap orang adalah tanggung jawab mereka sendiri. Bukan tugasmu untuk membuat orang lain senang. Tugas mereka sendirilah untuk mengontrol apa yang mereka rasakan.Jadi, jangan pernah terpaksa bilang “iya” hanya karena takut menghancurkan mood orang. Apalagi kalau sikap itu hanya akan menghancurkan mood-mu sendiri. Ini bukan ajaran menjadi egois, ya. Ketika kamu memilih untuk memprioritaskan dirimu, orang lain yang meminta pertolonganmu toh akan baik-baik saja.Dan ketika kamu sudah punya waktu yang lebih luang untuk menolongnya, dia hanya tinggal menunggu tawaran bantuan darimu tiba.Diadaptasi dari laman Psych Central. Artikel asilinya bisa dilihatdisini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar