Jumat, 12 Juni 2015

Menikah.

I couldn't find any other reason.

Harus, smpurna, kmmpuan . (Siap)

Maka bersyukurlah wahai saudariku karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi padamu setelah melangsungkan pernikahan kelak.

Butuh bantuan .

Saya bertanya-tanya mendengar orang-orang melaksanakan pernikahan , pernah terpikir bahwa alasannya karena sudah umur dan waktunya ternyata bukan itu jawabannya, meskipun sudah terbilang cukup umur dan sudah waktunya saya belum tetap menikah dan menyaksikan orang lain melaksanakan pernikahan rasanya kesal, kenapa saya belum menikah , sedangkan silih berganti kabar pernikahan terdengar oleh saya, ternyata alasan kenapa saya belum menikah adalah karena saya tidak tahu tujuan sebenarnya dari menikah . Butuh .

Hayang jiga batur .

Menikah bukan akhir dari segalanya .


Bisa maneh kawin asal niatanna ibadah.

Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai Hukum Pernikahan dalam Islam, saya akan memberikan sedikit pendahuluan ringan berupa pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:

“Kapan kamu menikah? Ayo, cepat-cepat menikah sana, nanti keburu tua lho.”

“Kenapa sih lama-lama? Tidak usah terlalu banyak mikir, tidak usah terlalu banyak kriteria, nanti keburu kadaluarsa lho.”


"Pendidikan sudah tinggi, kerjaan sudah mapan, karir sudah mantap, penghasilan sudah tinggi, rumah sudah punya, usia sudah cukup, apalagi sih yang kamu cari? Apa kamu tidak ingin seperti aku? Anakku sudah lima lho."

 

Para lajang pasti sering mendengar pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam pergaulan sosial. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu sangat wajar. Karena secara umum, pernikahan memang menjadi salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Lahir, tumbuh besar, bersekolah, dewasa, bekerja, menikah, berketurunan, menjadi tua, kemudian meninggal dunia, demikianlah siklus hidup sebagian umat manusia. Sehingga seringkali orang-orang yang telah mencapai usia dewasa dan belum menikah, pasti akan mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Maka, yang sering terjadi kemudian adalah para lajang itu terburu-buru ingin menikah karena tidak tahan ditanya-tanya terus. Sehingga dasar mereka menikah adalah karena tuntutan masyarakat. Atau, adakalanya mereka ingin segera menikah lantaran takut keburu tua (baca: menopause) sehingga khawatir tidak memiliki kesempatan lagi memiliki keturunan, akibatnya kriteria-kriteria penting yang sebelumnya menjadi patokannya sudah tidak penting lagi. Atau, acapkali terburu-buru menikah karena takut tidak mendapatkan jodoh kalau keburu tua, sehingga kurang mempertimbangkan siapa orang yang dinikahi, bahkan sampai bersedia dipoligami (padahal pada sebagian besar poligami, di situ pasti ada pihak yang merasa terdzalimi dan tersakiti).

Rasullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud: “Barangsiapa memberi karena Allah, menolak kerena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya.”

Dalam hadist tersebut, Rasulullah mendefinisikan kesempurnaan iman seorang mukmin dalam masalah perkawinan adalah ketika seorang mukmin itu menikah hanya karena Allah SWT. Rasulullah SAW TIDAK menyebutkan perihal menikah karena takut gunjingan orang, menikah karena takut keburu tua, ataupun menikah karena takut tidak mendapat jodoh. Rasulullah SAW hanya menyabdakan untuk MENIKAH KARENA ALLAH, bukan yang lain-lain. Sehingga menikah dengan alasan-alasan selain Allah SWT tersebut sebenarnya malah TIDAK menuju kepada usaha untuk menyempurnakan iman. Hanya di mata manusia saja ia terlihat sudah menyempurnakan iman.

 

Berikut ini adalah penjelasan mengenai Hukum Pernikahan dalam Islam berdasarkan Kitab Fiqh.

HUKUM ASAL NIKAH (dalam Agama Islam) adalah JAIZ/mubah (artinya, BOLEH), sehingga bukan wajib.

Secara keseluruhan, hukum nikah dalam Islam ada 5 (lima) :

Jaiz atau mubah (diperbolehkan, artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan, bagi mereka yang tidak terdesak oleh syahwat). Ini adalah hukum asalnya.
Sunat, artinya: kalau dikerjakan (sesuai dengan syariat Islam) mendapat pahala, kalau ditinggalkan tidak berdosa, sehingga lebih utama untuk dikerjakan. Hukum ini berlaku bagi orang yang sudah berkehendak/ berkeinginan menikah dan sudah mampu (dalam hal nafkah dan lain-lain).
Wajib, artinya harus dikerjakan. Hukum ini berlaku bagi orang yang sudah cukup/ mampu dalam hal nafkah dan lain-lain serta takut akan tergoda pada kejahatan zina.
Makruh, artinya lebih baik tidak dikerjakan. Hukum ini berlaku bagi orang yang belum mampu memberi nafkah, walaupun ia sudah ingin menikah. Golongan ini dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk berpuasa berdasarkan hadits Nabi SAW : “Wahai para pemuda, siapa diantara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah akan lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa yang tidak mampu, hendaknya dia berpuasa. Karena itu bisa menjadi tameng syahwat baginya.”(HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400).
Haram, artinya tidak boleh dikerjakan (berdosa kalau dikerjakan). Hukum ini berlaku bagi orang yang berniat menikah untuk menyakiti orang yang dinikahi, misalnya karena dendam, sakit hati, dll; berniat untuk merampas harta orang yang dinikahi; dan niat-niat lain yang dilarang menurut syariat Islam; serta bagi orang yang merasa dirinya tidak mampu bertanggung jawab sehingga dikhawatirkan akan menelantarkan keluarganya.
Allah SWT berfirman:“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur: 32).

Ayat di atas bukan berarti orang yang miskin begitu ia menikah lantas ia menjadi mampu/kaya. Kalau demikian, maka Islam pasti akan mewajibkan orang yang miskin untuk menikah, dan manusia pun tidak perlu pusing-pusing lagi memikirkan bagaimana solusi mengatasi kemiskinan, karena cukup dengan menikah maka orang yang miskin akan menjadi mampu. Kenyataannya, dalam Islam, hukum menikah bagi orang yang belum mampu memberi nafkah (walaupun sudah ingin menikah) adalah makruh.

Manusia harus ingat bahwa ia belum tinggal di alam akhirat (syurga) yang merupakan alam pembalasan, di mana ketika manusia menginginkan apapun di dalam syurga, maka saat itu juga Allah SWT berfirman “Kun Fayakun! (Jadilah! Maka, jadilah ia.)”, dan terkabullah segala keinginannya saat itu juga. Manusia sekarang masih menjalani fase hidup di dunia, di alam ikhtiar agar bisa memetik balasan di alam pembalasan (akhirat) kelak, sehingga ia pun terkena hukum sebab-akibat, ada ikhtiar maka ada hasil.

Selama manusia hidup di dunia ini, ia tidak akan bisa terlepas dari hukum dunia ini, yaitu hukum sebab akibat, dan manusia diwajibkan untuk berikhtiar. Seorang miskin yang akan dimampukan oleh Allah SWT melalui pernikahan, akan memiliki tanda-tandanya yaitu sudah ada ikhtiar, misalnya sudah memiliki pekerjaan, mampu mencari nafkah dan sudah ada sumber nafkah. Bukan miskin yang tanpa ada tanda-tanda ikhtiar (misalnya: tidak punya pekerjaan dan malas mencari kerja) lantas bisa menjadi mampu hanya dengan menikah.

Dalam ayat selanjutnya pun Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang yang belum mampu menikah hendaklah menjaga kehormatan dirinya, hingga Allah memberinya kemampuan dengan limpahan karumia-Nya…” (Q.S An-Nur: 33)

Lalu, bagaimanakah hukum seorang wanita mukmin yang belum sempat menikah sampai ia meninggal dunia? (Saya menyebut wanita karena yang disebutkan dalam hadist Nabi SAW yang menerangkan mengenai masalah ini adalah wanita.)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudri r.a, bahwasanya ada seorang sahabat yang datang menghadap Rasulullah SAW  bersama putrinya.

Ia mengadu kepada Rasulullah SAW, “Putriku ini menolak untuk menikah.”

Rasulullah SAW kemudian menasehati, “Taatilah bapakmu.”

Si anak gadis itu kemudian bertanya kepada Rasulullah SAW, ”Demi Dzat yang mengutus anda dengan membawa kebenaran, saya tidak akan menikah sampai anda beritahukan kepadaku, apa hak suami yang menjadi kewajiban istrinya?”. Si wanita itupun lantas mengulang-ulangi lagi pertanyaannya.

Rasulullah SAW bersabda, ”Hak suami yang menjadi kewajiban istrinya adalah bahwa andaikan ada luka di badan suami, kemudian istri itu menjilati luka itu, maka istri itu belum memenuhi seluruh haknya.”

Setelah mendengar sabda Rasulullah SAW, si gadis berkata” Demi Dzat yang mengutus anda dengan membawa kebenaran, saya tidak akan menikah selamanya.”

Lalu Rasulullah SAW bersabda, ”Janganlah kalian menikahkan putri kalian, kecuali dengan izin mereka.” (HR. Ibnu Hibban 4164, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf 17122, al-Hakim dalam Mustadrak 2767, ad-Darimi dalam Sunannya 3571. Hadist ini dinilai hasan Syuaib al-Arnauth)

Berdasarkan hadist tersebut, Rasulullah SAW tidak menyalahkan perkataan si gadis itu yang bersumpah tidak akan menikah selamanya. Rasulullah SAW kemudian memerintahkan kepada ayah si gadis agar tidak menikahkan putrinya tanpa persetujuan dari sang anak. Artinya, prinsip seperti itu bagi wanita (dalam Islam) tidak bertentangan dengan syariat. Sehingga kalau pada akhirnya sampai ia meninggal dunia, ia tidak sempat menikah, maka tidak ada dosa baginya. Yang disebutkan di sini adalah wanita. Sedangkan mengenai pria, tidak ada keterangan atau hadits yang membolehkan hal seperti ini.

 

Ketika seorang mukmin belum memutuskan menjalani pernikahan karena Allah SWT, misalnya karena ia tidak yakin dengan akhlak (budi pekerti) orang yang akan dinikahinya sehingga khawatir kalau orang itu tidak dapat membawa dirinya menjadi lebih dekat dengan Allah, khawatir kalau kehidupan pernikahannya justru akan membuatnya jauh dari Allah karena keburukan akhlak pasangannya, maka ia tidak perlu khawatir, karena Rasulullah SAW telah bersabda, “Barangsiapa memberi karena Allah, menolak kerena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka sempurnalah imannya.” (HR Abu Daud). Dalam hadits lainnya Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, kecuali Allah akan memberimu yang lebih baik daripadanya.” (HR. Ahmad, 5/363 dengan sanad shahih, Al-Baihaqi, 5/335, Waki’ dalam Az-Zuhd serta Al-Qadha’i dalam Musnad-nya). Dalam sebuah atsar lainnya juga disebutkan, "“Tidaklah seorang hamba meninggalkan sesuatu karena Allah, tidaklah ia tinggalkan kecuali karena-Nya, niscaya Allah menggantinya dengan yang lebih baik daripadanya dalam hal agama maupun dunianya.”  (Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah, 2/196).

Jangan sampai kehidupan pernikahan yang diharapkan akan menyempurnakan iman, justru malah membuat semakin jauh dari Allah SWT. Contohnya: suami melarang istrinya berhijab; istri melarang suaminya bersedekah/beramal jariyah dengan alasan masih banyak kebutuhan lain yang lebih penting; sering bertengkar sehingga waktunya hanya disibukkan oleh caci maki dan saling benci sampai ibadahnya keteteran dan anak-anaknya terlantar; kemudian saling curiga sehingga sering berprasangka buruk (padahal prasangka itu adalah dosa); dan sejenisnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi seorang mukmin yang memang berniat menikah hanya karena Allah SWT untuk meneliti calon suami/ istrinya sebelum memutuskan untuk menikah agar tujuan pernikahan untuk menyempurnakan keimanan dan beribadah kepada Allah SWT dapat tercapai. Karena manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT.  Allah SWT berfirman:

وَمَاخَلَقْتُالْجِنَّوَالإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

”Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Sehingga apapun bentuk perbuatannya, apakah itu menuntut ilmu, bekerja, menikah, membina keluarga, berpakaian, berbicara, dan sebagainya haruslah bernilai ibadah dan untuk beribadah kepada Allah SWT semata.

Kalau hukum nikah dalam Islam itu wajib, maka Allah SWT tentu tidak akan membuat pilihan apapun untuk hamba-Nya. Apapun resiko pernikahan itu, entah berakhir di syurga atau neraka, entah bisa menyempurnakan iman atau justru malah bisa menjauhkan seorang hamba dari Allah SWT, tentu setiap muslim wajib (harus) menikah. Akan tetapi, pernikahan dalam Islam hukumnya adalah jaiz/mubah (boleh). Karena memang tujuan pernikahan adalah untuk menyempurnakan iman, beribadah kepada Allah SWT. Sehingga ketika seorang mukmin khawatir kalau pernikahannya justru dapat menjauhkan dirinya dari Allah SWT (misalnya: karena khawatir akan terpengaruh oleh akhlak buruk calon suami/istrinya yang tidak sesuai dengan syariat Islam, dan sejenisnya), maka ia boleh untuk tidak menikahinya.

Akan tetapi, ketika orang yang akan dinikahi tersebut sudah tidak diragukan lagi akhlak (budi pekertinya), dalam artian akhlaknya sudah diketahui baik; budi pekertinya bagus; kemudian agamanya baik, dalam arti ia telah diketahui mengamalkan agamanya dengan lurus melalui lisan sekaligus perbuatannya (tanpa ada tanda-tanda riya', karena riya' juga termasuk salah satu contoh akhlak yang buruk); mampu untuk memberi nafkah dengan baik; dan memiliki nasab (garis keturunan) yang baik pula; sehingga dimungkinkan bahwa pernikahan itu memang akan menjadi penyempurna keimanan kepada Allah SWT dan malah bisa memperkuat ibadahnya kepada Allah SWT, maka menikah adalah lebih utama daripada melajang.

Dalam syariat Islam sendiri tidak dikenal cara kehidupan membujang dengan niat hidup selibat (seperti yang lazim dilakukan oleh para rahib), yaitu hidup membujang untuk menjauhkan diri dari keduniawian (seperti nafsu syahwat, dan sejenisnya). Islam sudah mengatur, bahwa bagi orang yang khawatir tidak bisa menjaga syahwatnya dan sudah mampu menafkahi, ia wajib untuk menikah. Sedangkan bagi yang belum mampu menafkahi, diperintahkan untuk berpuasa.

Sehingga seorang mukmin tidak boleh menolak pernikahan kalau niatnya adalah untuk hidup selibat. Ketika ia memutuskan untuk menolak sebuah pernikahan, hendaknya hal tersebut dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Dan ketika ia memutuskan untuk menikah, hendaknya hal tersebut juga dilakukan semata-mata hanya karena Allah SWT.

 

Wallahu a’lam bishawab (hanya Allah Mahatahu yang benar).


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi para single atau mereka yang belum menikah dalam usia mapan, pulang ke kampung halaman kadang menjadi beban. Salah satunya, ketika "dihujani" pertanyaan, " Kapan nikah?".
Menjelang Lebaran, bahkan ada toko yang menjual kaus bertuliskan, "Tolong jangan tanya kapan nikah". Fenomena lainnya, para pemudik yang masih jomblo, menuliskan kata-kata yang ditempel di tas atau sepeda motornya dengan beragam pesan.
Bagi yang membacanya, kata-kata seperti "Tidak mudik bawa calon menantu" dan sebagainya mungkin lucu. Tetapi, bisa jadi hal itu cara untuk membentengi diri agar tak ditanya pertanyaan terkait status dan lain-lain.

Secara psikologis, bagaimana efek pertanyaan "Kapan nikah?" yang kerap ditanyakan saat silaturahim keluarga, termasuk pada momen Lebaran?
Psikolog Unit Layanan Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Laelatus Syifa, M.Psi, mengatakan, pertanyaan "Kapan nikah" bisa jadi sebenarnya hanya basa-basi.
Akan tetapi, ia mengingatkan, pertanyaan ini bisa menimbulkan efek yang berbeda terhadap masing-masing orang.
"Bisa jadi awalnya pertanyaan ini sebenarnya basa-basi, cenderung tidak terlalu serius, cuma ternyata menimbulkan efek. Efeknya ini berbeda-beda untuk setiap orang," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/6).
Efek itu, bisa positif, bisa negatif. Efek positif dan efek negatif Efek positif dari pertanyaan ini ada beberapa hal. Misalnya, tetap cuek dan menanggapinya dengan tenang.
Ada yang mendapat pencerahan dari pertanyaan tersebut, contohnya, "Kamu mau mencarikan saya jodoh?", yang kemudian akan membukakan jalan jodohnya.
Efek negatifnya, bisa menimbulkan stres, frustasi, atau menghindar secara sosial. Kedua efek tersebut muncul tergantung dua faktor, internal dan eksternal.
Faktor internal antara lain adalah, apakah ada trauma dalam diri orang tersebut, putus hubungan cinta, kepercayaan diri, atau cara berpikirnya.
Jika seseorang merasa pertanyaan tersebut menuntut, kemudian membandingkan dirinya dengan orang lain, hal tersebut akan menuju pada efek negatif.
Kepercayaan diri menjadi hal penting dalam konteks ini. "Jika seseorang percaya diri, pertanyaan tersebut tidak akan ngaruh sebenarnya," lanjut Laelatus.
Faktor eksternal adalah yang muncul dari luar, seperti lingkungan sosialnya atau tekanan pihak keluarga. Ia mengatakan, besarnya efek dari pertanyaan ini terhadap seseorang tergantung dari besarnya harapan dan kenyataan.
Contohnya, ketika seseorang yang masih kuliah ditanya soal ini, akan biasa saja karena tidak ada harapan besar agar ia cepat menikah. Akan tetapi, berbeda halnya jika terjadi pada seseorang yang secara umur memang sudah matang.
Mereka mempunyai harapan tinggi terhadap pernikahan, tapi kenyataannya belum bisa terealisasi. Maka, pertanyaan ini bisa menjadi pertanyaan yang sensitif. (Mela Arnani)



Ketika seseorang masih single dan sedang berusaha untuk menemukan pasangan yang tepat, melihat orang lain di sekitar sudah menikah rasanya benar-benar menohok. Sebenarnya, normal saja kalau kita merasa tertinggal sementara yang lainnya sudah menikah atau memasuki jenjang yang lebih serius dalam berpacaran. Namun, jangan sampai Anda stres dan memaksakan diri agar seperti mereka. Ingatlah 5 hal ini supaya Anda tidak merasa tertekan hanya karena belum menikah.
Fokus Pada Diri Sendiri

Setiap orang memiliki ceritanya sendiri-sendiri, dan mungkin saja cerita Anda berbeda dengan cerita mereka yang sudah menikah. Meski belum menikah, bukan berarti mereka yang sudah menikah lebih baik dari Anda. Bisa saja, Anda belum menikah karena lebih fokus pada karier atau hal lainnya. Misalnya saja, Anda sering berpindah tempat karena pekerjaan, sementara teman yang sudah menikah tidak pernah berpindah-pindah dan menemukan jodohnya di lingkungan lama. Jadi, jangan membandingkan diri Anda dengan orang lain. Siapa tahu, Anda makin banyak kenal orang dan bertemu jodoh di tempat baru.
Teliti Lagi Tujuan Hubungan Anda

Jika Anda sudah berusaha keras untuk menemukan pasangan hidup tapi masih gagal, sebaiknya Anda introspeksi. Apakah Anda memiliki gambaran yang jelas mengenai pasangan ideal bagi Anda, dan apakah Anda juga adalah pasangan yang ideal untuk mereka? Apakah tingkah laku Anda mendukung hubungan jangka panjang? Anda juga perlu merasa nyaman pada diri sendiri agar hubungan lebih langgeng.
Bukan Solusi Untuk Kebahagiaan

Memang saat ini bukanlah momen Anda untuk menikah. Namun, pikirkanlah hal ini. Apakah dengan menikah, Anda akan lebih bahagia dan tak mengalami kesulitan seumur hidup? Tentu tidak kan, karena Anda mungkin akan selama mengalami pasang-surut kehidupan. Anda juga perlu tahu bahwa ketika sudah menikah pun, Anda tetap akan menghadapi kerikil-kerikil dalam pernikahan karena itulah hidup.
Ubah Pikiran Negatif Menjadi Positif

Daripada berlarut-larut dengan rasa iri dan sedih yang akan membuat Anda membenci orang lain karena belum menikah, lebih baik membahagiakan diri sendiri. Anda bisa shopping, pergi ke bioskop, atau mengikuti berbagai workshop. Yang penting, senang-senang saja sambil merenungkan diri. Gunakan rasa iri dan sedih tadi sebagai motivasi untuk kembali merajut hubungan atau mengevaluasi dan memperbaiki cara berpacaran Anda.
Fokus Pada Masa Depan

Kalau saat ini Anda sedang single dan tidak berpacaran, tak perlu merasa risau. Fokuslah pada masa depan dengan membuat target jangka pendek (satu tahun) dan target jangka panjang (dua tahun) untuk hal-hal yang ingin Anda raih. Tak memiliki pacar akan membuat Anda lebih leluasa untuk meraih target tersebut. Dengan kata lain, nikmati kesendirian Anda, karena nantinya setelah menikah, Anda tak akan bisa merasakannya lagi.


ntang.com, Jakarta Barangkali menikah telah jadi salah satu tujuan hidup sebagian orang. Ketika mencapai fase tertentu, di umur 20-an misalnya, seseorang akan merasa dirinya sudah layak untuk menikah. Well, kalau umur saja yang jadi pertimbangan kelayakan, sebetulnya kurang tepat juga.

"Yuk cari tahu tips meraih sukses ala Allyssa Hawadi di sini! #Fimelaladyboss"
Klik di sini


BACA JUGA

Bukan Penampilan, Tapi Hal Ini yang Bikin Pacar Tak Sabar Ingin Melamar
Setelah Menghadapi 5 Hal Ini, Kamu Akan Tahu Pernikahan Tak Seindah yang Dibayangkan
Jodoh Tak ke Mana, Tak Perlu Khawatir Pacaran Lama Sebelum Nikah
Ada banyak faktor yang bisa jadi penentu kelayakan seseorang untuk menikah, dan umur bukan yang paling akurat. Dari segi fisik, mungkin iya. Tapi memikirkan umurmu sudah cocok menikah sementara pasangannya belum ada, bisa-bisa kamu stres sendiri dan memaksakan kehendak sampai mengabaikan faktor penting lainnnya.

Yang utama untuk menentukan kelayakanmu menikah itu bukan umur, tapi siap atau tidaknya kamu baik secara mental maupun finansial. Ibarat ingin membangun sebuah perusahaan, kamu perlu modal yang mumpuni baik dari segi materi maupun strategi.

Punya atau nggak punya pasangan, kamu tetap harus memastikan kamu benar-benar siap. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, sekalipun di sekitarmu, teman-teman yang sebaya satu persatu mulai menikah. Ada hal-hal yang nggak kalah penting dari pernikahan yang perlu kamu capai di usia 20an. Kalau ternyata kamu belum siap? Ya harusnya tidak apa-apa.

Pernikahan hanya salah satu dari beberapa hal yang mungkin jadi target dalam hidup, bukan satu-satunya. Jadi, ada hal lain yang penting untuk dicapai olehmu.


Bukan Di Bali Ternyata Tempat Ini Jadi Saksi Awal Hubungan Chicco Jerikho Putri MarinoVideo Pilihan Hari Ini
Selain Pernikahan, 3 Hal Ini Juga Penting Untuk Kamu Capai di Usia 20-an


Ilustrasi relationship. (Foto: unsplash.com/Ilya Yakover)
1. Diri yang lebih matang baik secara mental maupun finansial.  Dalam hal kedewasaan, usia tidak bisa jadi jaminan. Jadi sekalipun kamu sudah memasuki usia 20-an, belum pasti kamu sudah mencapai kestabilan emosi, pun dengan finansial. Bisa kah kamu mengatur keuanganmu sendiri? Jika belum, berusahalah sampai bisa sebelumy kamu memutuskan untuk menikah.

2. Membahagiakan orangtua sebelum kamu punya keluargamu sendiri. Kelak mungkin waktu dan kesempatanmu bersama mereka akan lebih sedikit karena harus terbagi dengan keluargamu sendiri. Jadi, selagi kamu belum sampai ke tahap sana, puaskan dirimu untuk membahagiakan kedua orangtuamu.

3. Konsistensi sudah tercermin dalam kehidupan sehari-harimu.  Apakah kamu seorang yang memiliki rutinitas dan tetap menjalaninya dengan passionate? Bisakah kamu bertanggung jawab terhadap dirimu dan hal-hal lain yang dipercayakan kepadamu? Pastikan jawabannya "iya", sebab setelah menikah, kamu akan menghabiskan seluruh waktumu dengan orang yang sama sesisa umurmu. Kamu juga mungkin akan menghadapi berbagai cobaan dalam rumah tangga. Konsistensimu dalam menjalani rutinitas dan tanggung jawab dalam keseharianmu adalah cerminan kesiapanmu untuk menjalani kehidupan pernikahan.

Kalau kamu sendiri sudah menunjukkan bahwa dirimu siap, bukan tak mungkin pasanganmu atau calon pasanganmu pun akan semakin yakin untuk mengajakmu menikah, kan .


Sementara itu, Rizqy Amelia Zein selaku asisten dosen Social dan Personality Psychologyy dari Universitas Airlangga menyebutkan pertanyaan kapan nikah dapat dianalisis dengan social comparison theory.

Artinya, konsep diri kita akan terbentuk ketika kita membandingkan diri dengan orang lain.

Harga diri rendah terbentuk setelah kita membandingkan diri dengan orang yang kondisi lebih baik, begitu juga sebaliknya.

Baca Juga: Masih Berseteru dengan Tsania Marwa, Atalarik Syach Serius Pikirkan Psikologis Anak-anaknya Pasca Bercerai

“Orang-orang yang suka menjelekkan orang lain dengan nanya rese atau kepo, sebenarnya melakukannya agar merasa nasib mereka lebih baik ,” ujar Amel.

Amel mengatakan seandainya pertanyaan kapan nikah diutarakan atas dasar empati maka akan mendapatkan reaksi yang lebih baik.

Meski terkesan sepele, ternyata pertanyaan Kapan Nikah bisa berdampak besar.

Baca Juga: Keren! Meski Sibuk Syuting Striping, Marshanda Sempatkan Diri Belajar Ilmu Psikologi di Amerika Serikat

Jika orang yang ditanyai dalam keaadan mentalnya tidak sehat, pertanyaan ini akan berbahaya dan bisa menyebabkan depresi.

Amel mengatakan bisa saja orang-orang akan menghadapi kejadian serius bahkan memutuskan bunuh diri bagi yang depresi.

Amel sendiri berpesan agar kita berjaga-jaga dengan tidak menyakan pertanyaan yang sifatnya personal.

Baca Juga: Sempat Ngeri Saat Raditya Dika Datangkan Psikolog Untuknya, Komika Ebel Cobra: Apa Saya Beneran Gila Ya?

Karena sering kali orang yang depresi tidak menunjukkan dirinya sedang ada masalah.

Pertanyaan kapan nikah juga bisa membentuk pola pikir jika terus-terusan ditanyakan.

Seseorang akan mereasa tertekan dengan pertanyaan tersebut hingga membuat pernikahan menjadi tujuan hidupnya.

Baca Juga: Tersangka Kasus #JusticeForAudrey Seolah Kebal Hukum Gara-gara UU SPPA, Psikolog Forensik : Bedakan Kenakalan Anak dan Kriminalitas

Sebagai seorang pskolog, Astrid mengakui kalau pertanyaan kapan nikah mempunyai nilai positif.

Bisa saja orang yang ditanya jadi memiliki keinginan membangun keluarga pada orang-orang yang sudah terlalu asik melajang.

Pertanyaan tersebut juga bisa membuka obrolan terkait omongan serius di antara pasangan, seperti masalah kesiapan.

Baca Juga: Psikolog Poppy Amalya Sebut Orang Tua Para Pelaku Kasus #JusticeForAudrey Harus Diberi Terapi Psikologis

“Karena pernikahan pun sesuatu hal yang baik. Pernikahan adalah sebuah jaminan supaya anak-anak bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman. Hubungan pasangan pun menjadi terjamin oleh negara sehingga sama-sama terlindungi,” ujarnya.

Bagi mereka yang masih lajang atau memang yang belum bersiap untuk menikah disarankan untuk menanggapi pertanyaan tersebut dengan santai.

Namun jika anda tersinggung, jangan terlalu memikirkanya hingga merasa stres.

Baca Juga: Beri Dukungan untuk Korban Kasus #JusticeForAudrey, Psikolog Poppy Amalya : Saya Bersedia Memberi Terapi Gratis!

Astrid berpesan agar kita juga mensyukuri kondisi belum menikah karena bisa fokus pada hal lain.

"Jadi ya dinikmati aja. Sebab, ketika kita lebih nyaman dengan diri kita sendiri, kita jadi sadar dan bisa menerima pertanyaan-pertanyaan seperti ini" ujarnya.


Seorang Wanita Yang Terlambat Menikah Merasa Takut & Sedih, Setiap Kali Ada Salah Seorang Temannya Telah Menikah
 19-12-2018
   
 Pertanyaan 218146
Saya selalu menyaksikan teman-teman wanita saya telah menikah, di antara mereka ada yang sedang dikhitbah dan saya merasa sedih dan saya merasa bahwa usia menikah saya akan terlambat, sementara saya tidak seorang pun yang datang nadzor (melihat) kepada saya; karena saya di dalam rumah merasa bahwa saya tidak akan menikah, dari mana seorang suami akan datang sementara saya di dalam rumah tidak keluar dan tidak seorang pun melihat saya dan saya juga tidak bekerja, dan jika komunikasi saya terputus dengan anak laki-laki, maka dari mana seseorang akan datang menikahiku ?, mohon nasehat anda kepada saya ?, apa saja tahapan-tahapan yang benar dan yang wajib diikuti dalam masalah ini ?, saya selalu ada pemikiran bahwa wajib untuk mengenal seseorang dengan baik sebelum menikah dengannya, meluangkan waktu dengannya untuk berbincang untuk mengenalinya lebih dekat, sehingga di kemudian ternyata ia adalah seorang yang buruk atau yang lainnya, apakah hal ini dibenarkan ?, atau harus menikah dengannya secara langsung ?

Teks Jawaban
Alhamdulillah

Pertama:

Jika seorang muslim mentadabburi firman Allah –Ta’ala-:

 نحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ

الزخرف/32 .

“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat”. (QS. Az Zukhruf: 32)

Sebagaimana diketahui bahwa manusia terbagi menjadi kaya dan miskin, kuat dan lemah, sehat dan sakit, menikah dan tidak menikah, ada yang dikaruniai anak dan ada yang tidak, begitu seterusnya….

Sebagaimana diketahui juga bahwa pembagian ini datangnya dari Allah –Ta’ala-, bukan dari manusia, dalam kondisi seperti itu maka hatinya akan merasa tenang, tidak ada hasad di dalam hatinya kepada orang yang telah Allah berikan nikmat kepadanya, tidak hinggap di dalam hatinya kegalauan dan kesedihan; karena ia merasa tidak mendapatkan nikmat seperti fulan mendapatkannya; karena ia mengetahui bahwa semua itu datangnya dari Allah dan sesuai dengan kehendak-Nya, apa yang Allah telah kehendaki maka akan terjadi, dan apa yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.

Jika seorang muslim telah mengetahui semua itu maka ia tidak akan tertimpa kegalauan untuk menghadapi masa depan, bahkan ia mengetahui bahwa yang ia harus lakukan adalah untuk istiqamah di jalan Allah, dan seluruh kehidupannya hanya untuk Allah dan bersama Allah, lalu setelah itu Allah membagi rizeki-Nya sesuai dengan kehendak-Nya, dan Allah akan memberikan kepadanya rasa ridho dan qana’ah rizeki-Nya.

Rizeki manusia itu tertentu hanya berlaku untuknya, maka akan datang kepadanya rizeki sesuai dengan yang telah Allah tentukan baginya tanpa tambahan dan pengurangan, Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

  لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ أَقْصَى رِزْقَهَا وأجَلَهَا ، فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ

صححه الألباني في " سلسلة الأحاديث الصحيحة "  6/865 

“Seseorang itu tidak akan mati sampai puncak dan besaran rizekinya sempurna, maka bertakwalah kalian kepada Allah dan indahkanlah di dalam mencarinya”. (Telah ditashhih oleh Albani di dalam Silsilah Ahadits Shahihah: 6/865)

Maksudnya; rizeki manusia itu pasti akan datang kepadanya, yang menjadi kewajiban manusia adalah agar bertakwa kepada Allah dan istiqamah di jalan-Nya, dan hendaknya berlaku baik dalam meminta rizeki, yakni; di dalam mencari rizeki ia tidak memintanya kecuali dari yang halal, karena meskipun ia berusaha keras maka tidak akan mampu mengambil sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah baginya.

Bukan karena keluarnya anda dari rumah atau karena tidak ada komunikasi dengan, bukan karena yang lainnya….. bukan karena salah satu dan bukan karena semua itu.

Dia-lah yang akan mendatangkan bagimu rizeki pernikahan

 فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ 

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perindahlah di dalam mencarinya”.

Jangan kau sibukkan dirimu dengan misteri masa depan yang terus dihembuskan syetan ke dalam hatimu untuk menghalangimu dari jalan Allah, akan tetapi sibukkan dirimu dengan yang Allah inginkan kepadamu pada waktu-waktu yang telah ditetapkan, istiqamahlah di jalan Allah, maka akan datang kepadamu rizeki yang telah ditakdirkan kepadamu, itu sudah pasti.

Kedua:

Adapun mengenali seorang laki-laki dan berkomunikasi dengannya selang beberapa waktu sebelum menikah agar lebih mengenalinya, maka fakta mengatakan sungguh  perkenalan sebelum menikah (berpacaran)  ini tidak ada manfaatnya, tidak menjamin juga pernikahannya akan berhasil, baca juga untuk lebih fahamnya jawaban soal nomor: 84102, di sana dijelaskan bahwa mayoritas rumah tangga yang diawali dengan pacaran sebelumnya, kisah cinta adalah rumah tangga yang gagal dan berakhir dengan perceraian.

Bahkan pacaran ini sangat membahayakan bagi pihak wanita; karena laki-lakinya bisa saja berbohong, menipu sehingga mengambil semua yang ia inginkan dari wanita tersebut, sementara pihak wanitanya rugi dari semua sisi dan tidak mendapatakan apa-apa, setiap remaja putri berucap untuk dirinya sendiri: “Saya tidak sama dengan wanita lain, pemuda yang mencintainya dan telah berkorban itu tidak sama dengan pemuda lainnya (mengidolakannya)”, dengan tipuan seperti ini yang dipicu oleh syetan hingga menjadi framing baginya sementara pihak wanita rugi dari semua sisi, yang pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya sama dengan wanita lainnya.

Untuk penjelasan lanjutan baca juga jawaban soal nomor: 84089

Sebenarnya untuk mengenali seseorang cukup dengan menanyakan agamanya, akhlaknya, keluarga yang ia tumbuh bersama di dalam dan bersama mereka. Bisa jadi latar belakang pendidikan dan status sosial penting bagi sebagian masyarakat yang tidak mungkin untuk melupannya. Lalu setelah itu masuk jenjang lamaran sebentar setelah itu melangsungkan akad nikah.

Perlu diketahui bahwa untuk mengetahui dengan benar tentang akhlak suami istri tidak akan terjadi kecuali setelah masuk berada di dalam satu atap yang sama, adapun sebelum hal itu terjadi, pada masa tunangan dan akad nikah, maka masing-masing dari keduanya akan menampakkan kebaikan yang ada pada dirinya, dan tidak menampakkan keburukan, masing-masing dari keduanya akan berusaha keras menjadikan pasangannya ridho kepadanya, lalu setelah itu akan nampak hal yang sebenarnya setelah berhubungan intim, seseorang akan kembali kepada tabiatnya dan menjauhi kepura-puraan dan memaksakan diri.

Maka meskipun masa pacarannya lama sebelum menikah, ini tidak akan cukup dan tidak menggambarkan dengan ungkapan yang benar tentang keberhasilan rumah tangga atau kegagalannya.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya kepada anda, dan memberikan taufik kepada anda sesuai dengan cinta dan ridho Allah.

Wallahu A’lam

Maka bersyukurlah wahai saudariku karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi padamu setelah melangsungkan pernikahan kelak.

Mikiran teuing ngke rumah tanggana, sabukqtina we .

tujuan dari sebuah  pernikahan ada tiga hal. Pertama, memenuhi tuntutan syahwat. Kedua, menghasilkan keturunan. Ketiga, menggapai ketenangan dari pasangannya yang mampu memberikan bantuan tatkala menghadapi kesulitan-kesulitan dalam kehidupan.

Menggantungkan kebahagiaan terhadap orang lain. 
Berharap terhadap ornag lain 
Mengasosiasikan kebahagiaan  kebahagiaan

Jadi sebenanrnya pernikahan itu tidak ada nilai lebihnya .

Luruskan niat,

Cinderella syndrome, happily ever after .

Maneh nu mempersulit diri sendiri .


Tidak ada sangkut pautnya antara oencapaian dan kebaikan .

Kebaikan

Bukan sebuah keharusan tapi kebutuhan .

Banyak faktor  .


17. Butuh Lebih Dari

Sekedar Cinta Untuk

Membuat Hubungan

Berhasil

Di usia ini kamu akan sadar bahwa cinta saja

tidak cukup untuk membuat sebuah hubungan

berhasil. Ada faktor-faktor lain yang lebih

krusial dari perasaan. Hal-hal teknis seperti

pekerjaan, jarak penghasilan hingga gaya hidup

ternyata menentukan bertahan atau tidaknya

sebuah hubungan cinta.

Kamu tidak lagi jadi orang yang bertahan pada

hubungan yang sudah jelas tidak bisa dibawa

kemanapun hanya karena sudah terlalu cinta. Di

usia 25 kamu akan lebih rasional, dengan gagah

berani melepaskan dia yang tidak bisa diajak

membangun masa depan bersama.


Semoga tuhan mempertemukanku dengan orang yang tepat, dengan kemampuan kemandirian yang lebih siap, di waktu yang tepat.



Diperhatikan. 

.Maneh lalaki kudu leuwih berbesar hati. 


Dan berharap pahalnya lah yang mampu menguatkan kita di saat keadaan sulit melanda 😇🙏


Ibadah

Mental

Jika memang kendalanya ada pada dirinu distukah letah titik balik arti sebenarnya bahwa kamu harus menemukan orangbyang tepat ( sejauh mana iya bisa menyikapi kehidupan demgan dewasa, aoakah menyelamatkan agama dan harga dirinyabatau mengikutinnafsunya, karena umur bukanlahnhanya sekedarbbatas kehidupan atau kematiannatau sekedar angka atau patokan seseorangbsiap menikah tetapi sejauh mana seseorang berakal, jika masalah memaafkan fan kesalahan, rasanya apa yg terjadi padamu bukan tentang masalah memaafkan melainkan dilepaskan, karena ini menyakut prinsip dan pola pikir yg menerima keadaanmu, lalu mengapa aku belum menemukan orang yang tepat ? Mendapatkan oranf yang tepat di pengaruhi oleh kesiapan dari dirimu, mengapa orang lain sudah menemjkab orang yang tepat bagi dirinya? Jalan hidup setiap orang berbeda-beda .

Life must go on .

Emang maneh geus siap kitu ? Heunteu .


Menikah jd tolak ukur kebahagiaan. 

Tanya nu gs kawin bahagia te?

Ari sia sadar teu ?

Biarkan alam semesta mengatur jalannya .


TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Apa Tujuan Menikah Arti Pernikahan Dalam Islam Sebutkan Tujuan Nikah Sebutkan Tujuan Pernikahan Pernikahan Menurut Islam


Masalah kesiapan, keuangan, bukan hanya sekedar status menikah,

Pendamping yang baik(bagi pria).


TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan.
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”[1]

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat berikut:

الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ ۖ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. I(Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]

Yakni, keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah ‘Azza wa Jalla. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, lanjutan ayat di atas:

فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ ۗ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يَتَرَاجَعَا إِنْ ظَنَّا أَنْ يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Kemudian jika dia (suami) menceraikannya (setelah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]

Jadi, tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, yaitu harus kafa-ah dan shalihah.

a. Kafa-ah Menurut Konsep Islam
Pengaruh buruk materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit orang tua, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodoh putera-puterinya. Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.

Agama Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal per-nikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami isteri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami -insya Allah- akan terwujud. Namun kafa-ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla memandang derajat seseorang sama, baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan derajat dari keduanya melainkan derajat taqwanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” [Al-Hujuraat : 13]

Bagi mereka yang sekufu’, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berorientasi pada hal-hal yang sifatnya materialis dan mempertahankan adat istiadat untuk meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍِ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung.” [2]

Hadits ini menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang menikahi wanita karena empat hal ini. Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih yang kuat agamanya, yakni memilih yang shalihah karena wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, agar selamat dunia dan akhirat.

Namun, apabila ada seorang laki-laki yang memilih wanita yang cantik, atau memiliki harta yang melimpah, atau karena sebab lainnya, tetapi kurang agamanya, maka bolehkah laki-laki tersebut menikahinya? Para ulama membolehkannya dan pernikahannya tetap sah.

Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ

“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…” [An-Nuur : 26]

b. Memilih Calon Isteri Yang Shalihah
Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih.

Menurut Al-Qur-an, wanita yang shalihah adalah:

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

“…Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (me-reka)…” [An-Nisaa’ : 34]

Lafazh قَانِتَاتٌ dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.

“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” [4]

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.

“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” [5]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: اَلْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ.

“Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek.” [6]

Menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciri-ciri wanita shalihah ialah :

1. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,
2. Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga harta suaminya,
3. Menjaga shalat yang lima waktu,
4. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
5. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah. [7]
6. Berakhlak mulia,
7. Selalu menjaga lisannya,
8. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena yang ke-tiganya adalah syaitan,
9. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
10. Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
11. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.

Apabila kriteria ini dipenuhi -insya Allah- rumah tangga yang Islami akan terwujud.

Sebagai tambahan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang subur (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus ummat.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ.

“… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan isterinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para Shahabat keheranan) lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap isterinya akan mendapat pahala?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala.” [8]

5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]

Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.

Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ

“…Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu (yaitu anak).” [Al-Baqarah : 187]

Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas dan Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhum, juga Imam-Imam lain dari kalangan Tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan anak.[9]

Maksudnya, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk memperoleh anak dengan cara ber-hubungan suami isteri dari apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Setiap orang selalu berdo’a agar diberikan keturunan yang shalih. Maka, jika ia telah dikarunai anak, sudah seharusnya jika ia mendidiknya dengan benar.

Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Hal ini mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang berlabel Islam, tetapi isi dan caranya sangat jauh bahkan menyimpang dari nilai-nilai Islami yang luhur. Sehingga banyak kita temukan anak-anak kaum muslimin yang tidak memiliki akhlak mulia yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, disebabkan karena pendidikan dan pembinaan yang salah. Oleh karena itu, suami maupun isteri bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar, sesuai dengan agama Islam.

Tentang tujuan pernikahan, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam



Sumber: https://almanhaj.or.id/3232-tujuan-pernikahan-dalam-islam.html

Jangan Menikah di Usia 25 Hanya Karena Kesepian. Banyak Langkah Terhormat yang Bisa Jadi Jalan

6 September 2016

 Pradnya Wardhani

 1,835  2

Sepi

“Makanya cari pacar gih. Biar ada yang nemenin. Biar nggak kesepian.”

Berkurangnya jumlah teman baik secara signifikan, dan terjebak dalam rutinitas pekerjaan yang melelahkan bisa menjadi sebab kenapa kamu merasa kesepian. Namun tenang saja, kamu tidak sendirian. Merasa kesepian di kisaran umur 25an adalah hal yang umum dialami orang.


Uniknya, orang selalu mengaitkan rasa kesepian itu dengan kebutuhan kamu untuk mencari pasangan. Supaya kamu tidak kesepian lagi, kamu harus mulai mencari pasangan. Seseorang yang akan menemanimu dalam suka maupun duka, dan menjadi tempatmu bercerita tentang segala gundah gulana. Sementara itu, mencari pasangan yang klik di hati juga tak semudah membalikkan telapak tangan.


Meski memang kehadiran seseorang bisa mengobati rasa sepi, namun merasa kesepian tidak selalu berarti sudah saatnya kamu mencari pasangan.

1. Kesepian sering diidentikan dengan kesendirian. Namun kesepian datangnya dari dalam.



sendiri tidak selalu sepi via ocularimprint.tumblr.com

ADVERTISEMENT

Ke mall sendirian, makan siang sendirian, ke bioskop sendirian, datang kondangan sendirian. Muncul di mana-mana tanpa seseorang yang menemani bisa membuat orang lain membuat kesimpulan mudah: kasihan, dia pasti kesepian. Kesepian diidentikkan dengan kesendirian, padahal belum tentu orang yang dimaksud benar-benar merasakan kesepian. Bisa jadi dia memang lebih menyukai kesendirian. Selain itu, rasa sepi munculnya dari dalam hati. Meskipun sendiri, belum tentu kamu merasa sepi. Sebaliknya, meskipun kamu terlihat bersama-sama teman atau berdua dengan pasangan, belum tentu juga kamu tidak merasa sepi. Rasa kesepian itu bisa muncul ketika kamu tidak lagi merasakan koneksi antara hati dengan lingkunganmu saat ini.


2. Rasa kesepian itu bisa saja datang karena kamu melakukan hal-hal yang tak kamu sukai. Mungkin sudah saatnya kamu mencari tahu apa mimpimu?



Apa mimpimu? via fortheloveofwanderlust.com

Sepi itu muncul karena kamu merasa terasing dengan segala hal yang ada di sekitarmu. Sementara rasa terasing itu, tak selalu berarti tidak ada, melainkan ada namun kamu tidak bisa terhubung dengannya. Pekerjaan yang tidak kamu suka, dan hal-hal yang bertentangan dengan keinginanmu bisa membuatmu merasakan keterasingan ini. Bila ini yang jadi sebabnya, mungkin sudah saatnya kamu bertanya pada dirimu sendiri: apa yang kamu cari dan apa yang kamu inginkan? Bila kamu ingin mengejar passion, maka kejarlah. Mengenali dirimu sendiri akan membuatmu lebih bisa membahagiakan dirimu sendiri.


3. Kesepian juga bisa datang karena kamu terlalu bosan dengan segala hal keseharian. Mungkin kamu butuh liburan?



kamu butuh liburan via redosity.com

Rutinitas keseharian juga bisa menjebakmu dalam kebosanan. Meskipun kamu sudah menekuni hal-hal menyenangkan yang kamu idam-idamkan, bila sudah masuk di dunia kerja, rasa jenuh dan bosan itu pasti akan ada saja. Barangkali rasa sepi yang kamu alami itu terjadi karena tubuhmu tidak mampu lagi menangani segala tekanan yang kamu alami. Kalau sudah begini, pamit sebentar dari rutinitas untuk liburan seminggu atau dua minggu mungkin akan membantu. Cobalah berkelana ke tempat baru, merasakan hal-hal yang baru, dan siapa tahu, kamu akan menemukan seseorang di sini. Rasa jenuh memang tak selalu mempan diobati dengan liburan, tapi tak ada salahnya mencoba kan?


4. Sebuah hubungan tidak selalu memberi jaminan bahwa kamu tidak akan merasa kesepian. Hubungan yang tidak sehat, justru membuat kesepianmu bertambah hebat



Rasa sepi dalam hubungan itu bisa terjadi via www.glossglam.com

Untuk sebagian orang, kesepian bisa diobati dengan mencari pasangan. Setidaknya, ada yang memberi dan diberi perhatian. Namun cara yang sama belum tentu bisa berlaku untuk orang yang lain. Sedangkan sebuah hubungan tidak menawarkan jaminan bahwa kamu akan terbebas dari rasa sepi. Bagaimana jika pasanganmu kelak lebih memperhatikan teman-temannya dibandingkan kamu, dan kamu tidak menyukai ini? Bagaimana jika pasanganmu melakukan hal-hal buruk dan menyebalkan, dan kamu tidak menyukai ini? Bagaimana jika, meskipun kamu dan dia sedang duduk bersama, namun kamu merasa hatinya tidak bersamamu? Sebuah hubungan yang sehat dan baik mungkin akan menyelamatkan. Namun hubungan yang tidak sehat dan dipaksakan, bisa jadi justru menghancurkan.


5. Mendapatkan pasangan bukanlah penawar semuanya. Masalah tetap datang. Memilih orang yang salah malah membuat gamang



Hubungan pasti ada masalah juga via eguides.teenlife.com

Ketika menjalani sebuah hubungan, tentu kamu berharap akan mendapatkan kebahagiaan. Mendapatkan seseorang yang bisa menerimamu apa adanya, dan selalu bisa diajak berbagi segala macam beban diri. Namun kamu tentu tahu bahwa terlalu naif mengharapkan hubungan yang adem ayem selamanya. Setiap hubungan pasti ada masalah, dan barangkali, masalah ini akan jauh lebih rumit daripada masalah yang kamu hadapi ketika masih sendiri. Badai yang datang menerpa, membutuhkan perjuangan untuk menghadapinya. Bila kamu kuat, hubunganmu dengannya bertambah kuat. Bila kamu tidak sanggup, apa yang kamu harapkan menjadi penawar sepi justru akan pergi meninggalkan sakit hati. Namun itulah risiko. Sedang segala risiko memang harus dihadapi.


6. Main ukulele sampai menyibukkan diri dengan nge-blog jauh lebih bermartabat. Kesepian seharusnya tak membuatmu asal sikat



Cari kegiatan menarik via cyberspaceandtime.com

Untuk kamu yang tidak bisa mengatasi kesepian dengan mencari pasangan, kamu bisa mencari solusi lain yang tak kalah masuk akal. Bila kamu sudah mengenali kenapa kamu merasa kesepian, mungkin sekarang saatnya kamu mencari kegiatan yang menyenangkan untuk dirimu. Kamu bisa mencari teman-teman baru, membuat relasi baru, sehingga temanmu tak hanya itu-itu saja. Kamu juga melibatkan diri dalam segala bentuk kegiatan positif. Bila weekday-mu sudah padat dengan pekerjaan, kamu bisa memakai weekend untuk bersenang-senang. Menjadi volunteer, mengikuti komunitas hobi, membuat social-project dengan teman, hal-hal semacam itu bisa kamu coba untuk mengobati kesepianmu.


Baik mengobati sepi ataupun mencari pasangan, tidak sesederhana apa yang dikatakan orang. Hanya kamu sendiri yang tahu apa yang kamu butuhkan, hanya kamu sendiri yang tahu kapan kamu merasa harus mencari pasangan. Banyak cara untuk mengobati kesepian. Namun kamu juga bisa melakukan dua sekaligus, yaitu mengikuti banyak kegiatan positif sekaligus juga membuka hati. Siapa tahu, dalam proses itu, selain mengobati sepi, kamu juga menemukan tambatan hati seperti yang diharap-harapkan 


Selamat berjuaang!

Jangan Menikah Karena Orang Bilang Sudah Waktunya. Ingat, Pernikahan Bukan Lomba

20 Agustus 2016

 Pradnya Wardhani

 155,388  38

"Pernikahan"

Masih sendiri di tengah usia yang sudah saatnya berdua di pelaminan memang menimbulkan dilema. Meski kamu merasa baik-baik saja, tapi tidak dengan orang-orang di sekitarmu. Dengan alasan sudah saatnya, sudah umurnya untuk memikirkan rumah tangga, kamu akan dijejali dengan pertanyaan kapan nikah setiap harinya. Apapun alasanmu, orang tidak akan peduli. Karena sudah dilakukan oleh banyak orang di dunia, begitu saja kamu diharuskan untuk melakukannya juga.


Kamu yang masih betah sendiri diam-diam dianggap perawan tua, tidak laku, dan tidak bahagia. Seolah-olah seluruh pencapaian yang kamu punya tidak berharga hanya karena kamu belum menikah di usia yang seharusnya.


Tapi jangan dipikirkan terlalu dalam. Kamu tidak sendirian merasakannya. Hanya saja, kamu pasti sudah paham, bahwa pernikahan bukanlah hal yang bisa dijalani hanya karena omongan orang.

Pernikahan bukan sekadar hidup berdua dengan pasangan. Ada konsekuensi sosial di baliknya, karena kamu menikahi sebuah keluarga



Pernikahan via www.tumblr.com

Sepakat menikah artinya kamu dan dia sepakat untuk mengendarai perahu berdua. Kini kamu tidak bisa lagi mengarahkan perahumu sesuka hati, karena ada orang lain di sana yang mungkin kehendaknya berbeda. Kamu dan dia akan belajar untuk membuat kesepakatan-kesepakatan agar perahumu tetap tegak berdiri meski diterpa angin dan samudera. Itu saja tidak cukup. Karena pernikahan bukan hanya soal dua orang saja. Ketika kamu menikahinya, otomatis kamu menikahi keluarganya dan lingkungannya. Persoalan keluarga bisa menjadi satu problem yang membuatmu sakit kepala. Siap tidaknya kamu menanggung semua konsekuensi itu, hanya kamu sendiri yang tahu.


Disadari atau tidak, pernikahan memberikan sekaligus mengambil sesuatu. Sesal setelah pernikahan tak bisa diselesaikan sesederhana itu


ADVERTISEMENT


Ada kebebasan yang hilang via 41.media.tumblr.com

Benar memang, sebuah pernikahan memberimu satu kaki penopang. Kamu yang selama ini menjalani hidupmu sendiri, menanggung dan memecahkan masalah sendiri, kini memiliki seseorang untuk bersandar dan membantu menanggung beban. Pernikahan juga memberimu satu tujuan hidup yang jelas. Tapi diakui atau tidak, pernikahan juga mengambil banyak hal darimu. Pertama, kebebasanmu. Kamu tidak bisa lagi pergi ke sana dan kemari sesuka hati. Dan kedua, kamu tidak bisa lagi melakukan dan memutuskan segala-galanya sendiri. Akan banyak kompromi yang harus kamu jalani. Ego dalam dirimu, mau tidak mau harus dibasmi.


Usia produktif memang ada batasnya. Tapi kamu menikah untuk bahagia bukan? Tak cuma menciptakan manusia



Anak hanya salah satu tujuan via glee.wikia.com

Usia produktif sering dijadikan alasan. Terutama untuk kaum perempuan, yang memang produktivitasnya terbatas. Semakin tua, semakin sulit untuk mendapat keturunan. Memang betul salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk regenerasi keturunan. Membesarkan anak sendiri dan membentuk keluarga yang bahagia. Tapi keturunan bukan satu-satunya tujuan pernikahan bukan? Sedang untuk menjadi orang tua yang baik untuk keturunanmu, mentalmu sendiri haruslah sudah mapan.


Menikah bukan hanya soal mengisi kekosongan dalam hati. Kamu masih bisa tetap kesepian walau sudah beristri atau bersuami



Kesepian masih tetap ada, meski sudah menikah via mychemicalsecret.tumblr.com

Banyak yang beralasan menikah karena merasa kesepian. Ada rasa kosong dan sepi dalam hati yang menunggu untuk diisi. Setidaknya, dengan punya pasangan sah, kamu bisa ngobrol berdua sepanjang malam. Sehari-hari ada yang menemani, sehingga tidak harus melakukan apa-apa sendiri. Padahal meskipun kamu sedang berdua, atau sedang dalam keramaian pun, kamu tetap bisa merasa sepi. Sepi bukan soal ada teman atau tidak, melainkan bagaimana hatimu relate dengan dunia luar. Rasa sepi munculnya dari dalam hati. Pernikahan bukan jaminan untuk kamu tidak lagi merasakannya.


Jangan sampai kamu melakukannya, karena orang bilang sudah waktunya. Kamu sendiri yang tahu kapan harus melangkah menujunya



Tak perlu dengar omongan orang via anjainsight.com

Teman-teman seumuranmu sudah menikah. Lantas mereka bertanya-tanya kamu kapan? Apalagi yang kamu tunggu? Apa nunggu tua dulu baru mau memikirkan soal itu? Apa kamu tidak takut dianggap tidak laku? Semakin kamu pikirkan, omongan orang semakin kejam. Karena itu, mengabaikannya adalah jalan yang paling masuk akal. Boleh saja kamu menjadikan saran dari orang sebagai pertimbangan. Namun jangan menjadikannya sebagai alasan untuk menikah. Karena hidupmu, kamu sendiri yang menjalani. Bahagia atau menderita, kamu sendiri yang rasakan. Mereka hanya melihat dari luar. Apa yang terjadi di dalam, mereka tidak tahu. Dan mungkin tidak peduli.


Setiap orang memiliki kondisi mental yang berbeda. Belum siap sekarang, bukan berarti kamu kalah dengan yang sudah siap. Pernikahan bukan lomba



pernikahan bukan lomba via thestrangeher.wordpress.com

Mungkin kamu lelah dengan komentar “Dia yang lebih muda darimu saja sudah berani berkomitmen. Kamu yang sudah tua, masa nggak berani?”. Seolah-olah komitmen adalah soal usia saja. Komitmen adalah soal kesiapan hati. Usia boleh sudah tinggi, tapi soal keberanian mengambil komitmen belum tentu mengikuti. Bukankah lebih baik menunggu sampai saat yang tepat datang sehingga semuanya sudah matang, daripada begitu tergesa-gesa dan menyerah di tengah jalan?


Ingatlah bahwa setiap orang punya hidupnya sendiri-sendiri. Mereka bisa berkomentar ini itu tentang hidupmu, tapi mereka punya hidupnya sendiri untuk dijalani. Kamu tidak harus selalu mendengarkan mereka, sebab hidupmu itu, kamu sendiri yang tahu. Mereka menuntut ini dan itu, tapi mereka tidak melihat realitamu. Wajar saja, karena realita setiap orang bisa berbeda. Meski hidup sendirian terlihat sepi dan menyedihkan, namun belum tentu kamu lebih tidak bahagia daripada mereka yang hidup berdua. Dan orang-orang, tentu tidak tahu hal ini. Biarkan saja.

Pernikahan membutuhkan hal lebih dari itu .

It doesn't happening like what you think .

8 Alasan Logis Mengapa Belum Menikah di Usia 20-an Bukanlah Hal yang Perlu Kamu Takutkan

9 Juni 2015

 Priscilla Silaen

 1,473  9


“Sekarang sudah lulus kuliah, kapan mau kenalin calonnya nih?”

Kamu (dalam hati): “Calon yang mana… Hahaha.”

Tidak dapat dipungkiri. Setelah menginjak kepala dua, berbagai pertanyaan tentang rencana pernikahan akan semakin sering mampir di telinga. Saking seringnya, bahkan kamu yang tadinya santai dan tidak menargetkan kapan akan menikah mulai gerah dan jika memang bisa ingin segera mendapatkan pendamping hidup.


Bukan hanya karena gempuran pertanyaan, deretan undangan pernikahan yang bertubi-tubi datang membuatmu bertambah semangat untuk segera menemukan tambatan hati. Rasanya, tak ada yang kamu inginkan kecuali menemukan dia yang bisa menggenapi. Menghelat akad nikah atau pemberkatan di Gereja menjadi agenda hidup yang kini mati-matian kamu perjuangkan.


Namun benarkah kamu harus sebegitu khawatirnya saat pernikahan belum juga terlaksana di usiamu yang kepala dua?

1. Bisa jadi, orangtuamu memang sudah ingin menimang cucu. Namun bukankah mereka akan bangga juga dengan kecemerlangan karier dan prestasi pendidikanmu?



kamu bis akuliah lagi atau mengejar karir via www.efpsa.org

ADVERTISEMENT

Salah satu alasan orangtua meminta anaknya menikah di usia muda adalah karena mereka ingin segera menimang cucu. Dengan semakin senjanya umur, tentu ada ketakutan hilangnya kesempatan mereka untuk melihat cucu tercinta. Maka dari itu, jangan gerah saat orangtua semakin sering mendesakmu untuk menikah dan memiliki anak sendiri.


Namun bila memang dia yang dirasa tepat belum juga datang, janganlah memaksa untuk menikah. Di masa ‘penantian’ ini, ada banyak hal yang bisa kamu lakukan. Apalagi dengan usia mudamu, kamu masih besar mengejar aneka kesempatan mulai dari beasiswa belajar di negara orang, bekerja di perusahaaan impian, sampai merealisasikan membangun bisnis sesuai keinginan. Bukankah ini juga prestasi yang membanggakan?


2. Status yang masih sendiri memungkinkanmu untuk bebas berpetualang, tanpa perlu izin suami atau kompromi dari istri



lakukan petualangan yang kamu suka via www.huffingtonpost.com

Ketika nantinya kamu sudah memiliki pasangan hidup, tentu ada aturan-aturan yang membuatmu tidak bisa lagi sebebas dulu. Untuk itu masa sebelum menikah adalah saat paling tepat untuk melakukan berbagai hal termasuk pula melakukan pelesiran. Puaskanlah hasrat mudamu untuk menyambangi berbagai tempat yang menarik perhatian.


Meski nantinya setelah pernikahan kamu tetap saja bisa melakukan perjalanan, namun berjalan-jalan dengan statusmu yang masih sendiri akan memberi kesan tersendiri. Kamu tidak perlu memusingkan izin dari pasangan, berpikir tentang biaya traveling berdua yang pastinya tidak smeurah pergi sendiri, atau pekerjaan rumah tangga yang mesti dirampungkan.


3. Karena menikah sebaiknya hanya dilakukan sekali, justru saat-saat ini bisa kamu manfaatkan untuk mencari dia yang paling menggenapi



bisa mencari yang terbaik via lovapp.co

Ketika sudah menikah nanti, apapun kekurangan dan kelebihan pasangan harus bisa diterima dengan hati lapang. Kamu tidak mungkin lagi meninggalkannya begitu saja ketika mengetahui sifat-sifatnya yang tidak kamu suka. Karena itulah mencari pasangan yang dirasa paling tepat harus dilakukan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.


Manfaatkanlah masa muda untuk melakukan ‘petualangan cinta’ demi menemukan dia yang benar-benar kamu damba. Tidak ada salahnya jika kamu beberapa kali harus merasakan perihnya patah hati, sampai kamu memahami orang seperti apa sih yang sebetulnya paling kamu nanti. Jangan hanya karena faktor usia, membuatmu harus menikah dengan orang yang sebenarnya tidak kamu yakini.


4. Mumpung masih muda dan karier sedang bagus-bagusnya, kamu bisa menabung demi kehidupan keluarga yang lebih nyaman nantinya



persiapkan kemampuan finansial via info.sfcu.org

“Menikah memang tidak harus menunggu ketika sudah mapan secara finansial. Tapi kalau bisa dilakukan, bukankah ini akan lebih menguntungkan?”

Kamu tentu tidak harus mewajibkan diri akan melamar atau menerima lamaran setelah tabunganmu penuh dengan pundi-pundi uang. Tapi kalau memang pasangan hati yang kamu ingin belum datang, kamu bisa menggunakan waktu yang tersedia untuk memantaskan diri termasuk juga dari segi finansial.


Dengan karier yang tengah dirintis, tidak salah kok kalau kamu mulai memikirkan membeli tempat tinggal. Kamu pun jadi lebih leluasa memikirkan tabungan hari tua atau mungkin mulai menabung untuk membeli kendaraan kelak. Persiapkanlah segala kebutuhan keluargamu nantinya agar kehidupan rumah tangga menjadi lebih nyaman nantinya.


5. Menikah bukan hanya soal mendapatkan pasangan. Dengan usia yang semakin matang, kamu memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan mental




Kehidupan pernikahan yang nantinya dijalani, akan sarat dengan berbagai tantangan yang harus dilewati. Sebagai dua orang dengan isi kepala berbeda, tentu tidak mudah menyatukan pendapat saat sedang menyelesaikan masalah. Mungkin kamu yang lebih santai akan merasa bingung sendiri ketika pasanganmu yang punya sifat panikan akan stres menghadapi masalah yang datang.


Di sinilah mentalmu diuji. Kalau kamu memangkan ego sendiri, kemungkinan besar pertengkaran akan sering pecah di antara kalian. Biasanya pernikahan yang dilakukan saat usia mudalah yang rawan berhadapan dengan masalah seperti ini. Untuk itu selagi masih muda persiapkan mental kalian agar nantinya bisa lebih kuat menghadapi masalah di perkawinan kalian.


6. Setelah menikah, kamu harus berbagi dengan pasangan dan anak. Karena kamu belum terikat, manfaatkan saja kesempatan ini untuk lebih mengenal diri lebih dekat



kenali diri lebih dekat via abroad.uconn.edu

Membagi waktu dan energi yang kamu punya adalah salah satu konsekuensi dari kehidupan berkeluarga. Mengutamakan prioritas pasangan atau bahkan anak pasti kamu lakukan demi melunasi kewajibanmu sebagai istri atau suami. Waktu untuk memanjakan diri sendiri atau sekedar melakoni hobi akan akan banyak berkurang.


Karena itulah belum menikah di usia 20-an sebetulnya akan memberimu banyak keuntungan. Menjalani berbagai hobi dan kesukaan yang membuatmu bisa mengenali diri sendiri masih bebas dilakukan. Dengan tidak banyak batasan, kamu bisa semakin mengakrabi sehingga kamu semakin memahami apa yang sesungguhnya kamu suka dan tidak sukai.


7. Kamu memang belum punya bayi dari rahimmu sendiri. Namun sekarang, kamu bisa membantu merawat sepupu atau keponakanmu demi jadi ibu yang lebih baik nanti



latihan urus anak via instagram.com

Memiliki bayi sendiri yang lucu tentu menjadi dambaan bagi setiap pasangan yang menikah. Sudah terbayang pasti di kepalamu, mengurus dan membesarkan buah hati sendiri. Namun kalau memang belum bisa bukan berarti kamu tidak boleh melatih insting keibuanmu. Kamu bisa melatih kepiawaian sebagai seorang ibu dengan mengurus sepupu atau keponakanmu.


Mulai dari mengganti popok, membuatkan susu, atau malah menenangkannya kala menangis bisa kamu lakukan demi melatih diri menjadi ibu jempolan ke depan. Kamu yang sudah terbiasa mengurus anak nantinya, akan lebih mudah menjalankan peran sebagai ibu di masa mendatang.


8. Banyak yang menganggap kehidupan setelah menikah akan otomatis lebih indah. Padahal, di balik setiap pernikahan yang sukses bertahan pasti ada kerja keras dan kompromi besar



nikah adalah kerja keras via aloha.com

Tentu tidak salah bila kamu mengharapkan kebahagiaan setelah menikah. Apalagi bila kamu menikah dengan dia yang benar-benar dicinta. Tapi bila kamu hanya membayangkan kegembiraan, pada kenyataannya kehidupan pernikahan tidaklah selalu melewati jalan mulus. Bahkan sesekali ada jalan terjal yang mengancam kelangsungan hidup pernikahan.


Banyak pernikahan yang gagal disebabkan karena ekspektasi yang terlalu tinggi. Ketika harapan tersebut tidak terpenuhi, mereka akan sangat kecewa dan memutuskan berpisah saja. Satu hal yang perlu kamu camkan di kepala bahwa pernikahan yang berhasil tidak terjadi dengan gampangnya. Ada kemauan untuk bekerja sama, saling mengerti, dan pastinya mau mengalah demi keutuhan rumah tangga.


9. Tidak ada hal baik yang bisa dihasilkan dari terburu-buru. Kadang, keputusan terbaik memang untuk menunggu



tidak perlu buru-buru via imgkid.com

Kamu mungkin sudah membayangkan betapa nikmatnya menjalani biduk rumah tangga, memiliki anak, dan hidup bersama keluarga kecilmu. Desain pesta pernikahan ideal bahkan cara menjadi istri yang baik telah khatam kamu dengarkan dari mereka yang berpengalaman. Rasanya jika bisa, kamu ingin ‘memaksa’ Tuhan untuk mempertemukan dengan dia yang ditakdirkan.


Namun satu hal yang perlu kamu diingat, bahwa tidak ada hal baik yang dilakukan terburu-buru. Kamu tidak perlu terpaku memikirkan pendapat orang atau jengah karena satu persatu temanmu telah menemukan tambatan hati mereka. Percayalah bahwa akan tibanya waktu kamu bertemu dengan seseorang yang bisa menjadi sebaik-baiknya pendamping hidup yang Tuhan izinkan.


Pada akhirnya menikah bukanlah pertandingan yang membuat orang harus berkompetisi demi mencapai garis akhir. Setiap manusia telah memiliki takdirnya tersendiri. Untuk itu selagi menanti kamu dan dia sama-sama dipertemukan, pantaskan dirimu sebaik-baiknya.

Perhitungan nungtut keberanian, bukan tentang yg diinginkan tp yg tdk boleh kamu inginkan, membiasakan milik doakan, umur tdk d permasalahakan

Jangan membandingkan, urg geus berusaha sabisa-bisa urg .

Nu pentingmah boga calon .

Jangan Menikah Hanya Karena Sudah Diburu Usia, Karena Nikah Tak Semudah Kelihatannya

21 April 2016

 Andina Rahayu

 498,743  65

jangan menikah karena usia

Perkara “kapan nikah?” sepertinya jadi topik yang tak ada habisnya jika dibicarakan. Khususnya buat  yang sudah masuk usia 20-an ke atas. Rasa-rasanya, semesta seperti bersekongkol hingga membuatmu merasa berdosa kalau-kalau sudah umurnya tapi belum menikah juga.


Padahal, kita perlu kembali merefleksi dan bertanya pada diri sendiri. Apa iya kita harus nikah kalau cuma alasan sudah umurnya? Bukankah sebenarnya banyak hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak? Yang pasti, nikah itu bukan wajib belajar, jadi menikahlah tanpa merasa dikejar-kejar oleh usia…


“Eh Ndin, kemaren gue ketemu lagi sama Nina”

“Nina yang mantan lu pas SMA itu?”

“Iya. Dia juga masih sendiri, dan merasa perlu menikah.”

“(((Perlu menikah))) Lalu maksudmu?”

“Aku juga bilang aku cari istri, dia cari suami, pas kan? Dia juga mau kok. Bulan depan aku lamar ke rumahnya.”

Menikah emang kebutuhan, / untuk mendapat keturunan. Tapi tolong jangan lakukan itu hanya karena paksaan.



Harusnya menikah itu bikin bahagia, bukan begini. via static1.1.sqspcdn.com

Dari ilustrasi di atas, boleh jadi kita beranggapan mereka sengaja dipertemukan karena memang jodoh. Tapi dari sudut pandang lain, kebetulan keduanya sama-sama sendiri, sama-sama terusik dengan omongan orang di sekitar, dan akhirnya memutuskan bersama karena depresi.


ADVERTISEMENT

Dua minggu pasca lamaran

“Ndin, si Nina nggak berubah tau nggak sih kelakuan buruknya sejak jaman SMA dulu.”

“Hah? Lha lu main lamar aja. Keburu sih, nikah kok kaya dikejar anjing. Terus, nyesel?”

“Ya gimana, takut abis ini malah nggak nemu perempuan lagi.”

“Astaga.”

Konsensus. Ya, begitulah yang terjadi pada masyarakat kita, Indonesia. Dengan sengaja membicarakan apapun tentang orang lain di belakang. Termasuk ketika-menurut-masyarakat, usianya sudah masuk usia menikah, namun belum juga ada tanda-tanda menuju kesana. Jangankan tanda-tanda, pasangan aja ndak punya.


Peduli amat sama orang lain. Iya sih kita hidup bermasyarakat, tapi dengan atau tanpa menikah, hidup kita masih terus berjalan kok!



kata siapa belum menikah bikin kehidupan kita berantakan? via static.oprah.com

“Eh, lu tau si Winda anak keduanya pak RT itu nggak?”

“Oiya, tahulah. Umurnya tahun ini sudah masuk kepala 3 kan. Kok dia nggak pernah kelihatan jalan sama cowo sih?”

“Iya ya ampun, cantik padahal. Kasian kalo sampe jadi perawan tua.”

Ya begitu. Namanya ibu-ibu rumpik, kurang kerjaan buk? Menikah bahkan di kitab manapun itu jadi sunnah, bukan kewajiban. Jadi, dengan atau tanpa pernikahan kehidupan juga masih akan tetap berjalan. Bukan, bukan mengajari untuk tak peduli lagi pada ikatan sakral bernama pernikahan. Tapi kan jauh lebih kasian, kalau ikatan itu dilangsungkan terus-terusan tanpa ada cinta yang mendasar? Lebih baik jangan…


Karena menikah itu bukan wajib belajar, jadi jangan lantas kamu merasa terkejar hingga siapa pun yang datang langsung disambar.



nikah bukan wajib belajar buk..Nggak ada batas waktunya via s-media-cache-ak0.pinimg.com

Persis seperti ilustrasi pembuka tadi. Tentang ketakutan nantinya tak kan dipertemukan dengan lawan jenis lagi. Akhirnya, pasca dilangsungkannya lamaran atau pernikahan, malah mengeluh kalau kriteria pasangan tak seperti yang diharapkan. Bukan, bukan ngajarin atau nganjurin pacaran juga. Tapi tahapan saling mengenal sebelum menikah itu juga penting, biar nggak ngerasa kaget, apalagi sampai menyesal.


Ada yang bilang, usia 19-21 itu tahapan seseorang memiliki pertanyaan “Gue siapa?”. Selanjutnya di usia 22-24, ketika dia bertanya “Lu siapa?” kepada pasangan atau lawan jenisnya, tahap penjajakan. Nah, setelahnya nih yang rawan bahaya. Katakanlah usia 25-30 atau bahkan lebih, dia bakal bilang “Yuk ah, siapa aja.” Ahhhh…artinya siapapun cewe atau cowo, dengan kata lain lawan jenisnya yang juga tertekan karena omongan orang sekitar untuk menikah karena usia, akan merasa “saling melengkapi” dengan melangsungkan pernikahan. Alangkah sayangnya jika itu terlaksana tanpa dilandasi adanya perasaan.


Menikah itu tentang siap dan mantap, jangan sampai kamu menjalani rumah tangga dengan gagap.



belum bisa ngatur waktumu? yakin mau nikah? via ghk.h-cdn.co

Sebelum menikah, berilah pertanyaan ini kepada dirimu sendiri: Apakah kamu sudah mempersiapkan sebuah momentum sebesar ini ? Apakah kamu sudah membekali diri dengan berbagai ilmu untuk menyongsong sebuah prosesi teramat sakral ini? Jika jawabnya belum, tundalah sekiranya kamu sudah mantap.


Menikah itu bukan tentang siapa yang lebih cepat. Tapi yakinlah, Tuhan sudah pilihkan waktu dan seseorang yang paling tepat. Jangan tergesa lantaran telingamu sudah panas membara, akibat omongan dari para tetangga. Pantaskan dirimu dulu, bukan saja untuk jodohmu kelak, tapi fokuslah memperbaiki diri di hadapanNya.


Jangan gegabah dan beralasan untuk ibadah. Percuma tampan, punya jabatan, dan mapan. Apa artinya kalau kamu nggak nyaman?



Nyaman itu kalau kamu sudah banyangin menua bareng dia via www.strongmarriagenow.com

“Lu ngapain sih Bi mau nikah cepet? Masih umur 28 ini, cowo pula.”

“Orang tua gue Ndin. Terus kemarin gue ikut pengajian juga, ngerasa kesindir gitu sama omongan ustadznya. Katanya, apalagi yang ditunggu, usia sudah waktunya, jabatan ada, udah mapan pula.”

“Tapi lu ngeluh soal kelakuan buruk calon istri gitu? Aneh!”

“Ya nggak papa, nanti mungkin akan kebiasa. Niatnya kan ibadah bro…”

Ibadah sih ibadah, sekaligus menghindarkan kamu dari yang namanya zinaaah. Tapi itu bukan satu-satunya alasan juga buat kamu buru-buru, hingga lupa mempertimbangkan semua hal matang-matang. Janganlah Bang kamu jadikan anjuran agama sebagai alasan untuk buru-buru menikah. Apalagi kalau sejatinya kamu nge-dumel di belakang soal keburukan-keburukan perempuan yang kamu anggap jodohmu itu. Kamu nggak ingin ketergesaan membuatmu salah memutuskan pilihan kan? Persiapan menikah itu bukan hanya persoalan mendaftar di KUA saja!


Percayalah, perkara menunda pernikahan itu bukan berarti kamu “di situ-situ saja”…



karena seleksi itu sah-sah saja via www.alphatucana.co.uk

Keinginan untuk berumah tangga itu pasti selalu ada, tapi alasan ini juga nggak bisa kamu gunakan untuk buru-buru cari pasangan lalu nikah. Camkan dibenakmu, nikah itu bukan ikut-ikutan. Nikah itu tentang persiapan. Termasuk siap-siap memilah para calon jodoh.


Jadinya, jangan maksa kalau ternyata pasangan yang kamu anggap jodoh ternyata tidak memiliki klik di perasaan. Tundalah dulu. Pasanganmu sekarang tak selalu jodohmu kelak. Rasakan baik-baik apa “klik” itu benar-benar sudah ada dalam hubungan kalian. Menunda untuk menikah bukan berarti kamu stuck “di situ-situ saja,” kamu cuma nggak ingin kemapanan pun jadi alasan untuk tergesah-gesa.


Jodoh itu perkara waktu kawan, tak usahlah merasa terburu-buru. Tentang siapa yang lebih dulu, misalkan itu adikmu, bukan berarti menjadi masalah besar kan? Hingga kemudian kamupun sembarangan memilih pasangan. Memang tak mudah, mulailah berbenah, dan perbanyak sedekah.


“Menikah itu mudah kok.”

“Iya, menurut lu. Yang susah itu cari JODOHnyaaaaaaa…”

Mending aya tapi nyedek ? Atau mending eweuh tapi aya kneh waktu ?

10. Pernikahan bukan hanya soal cinta, jadi jangan terburu-buru



Pernikahan bukan hanya soal cinta via https://statisticbrain.com


Anak muda umur 20-an biasanya sudah memiliki pacar dan mulai memikirkan pernikahan. Setelah merasakan indahnya pacaran, kebanyakan berharap dapat segera menikah & membangun keluarga baru yang bahagia. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa menikah bukan hanya soal cinta. Untuk menikah, kamu dan pasanganmu perlu mempersiapkan biaya pernikahan, tempat tinggal, kendaraan, serta biaya hidup dan biaya pendidikan anak nantinya. Jangan terburu-buru menikah sebelum kamu siap.


Kamu bisa mempersiapkannya dengan rajin menabung dari sekarang. Semakin rajin kamu menabung, semakin cepat kamu dapat menikah. Usia 20-an adalah masa-masa produktif untuk meniti karir dan mencari uang. Daripada galau memikirkan pernikahan sebaiknya fokuskan dirimu untuk meniti karir dan menabung biaya pernikahan. Ketika kamu sudah mapan secara karir & finansial, pernikahan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Melepas Status Lajang di Usia Muda Bukan Pencapaian. 9 Hal Ini Meyakinkanmu untuk Menikah di Usia yang Lebih Matang

 5

Dewasa ini banyak pasangan yang menikah di usia muda. Belum memiliki pendapatan yang tetap dianggap bukan sebagai halangan. Mereka berpikir bahwa cinta bisa digunakan sebagai modal utama. Menikah pun makin bergeser maknanya sebagai sebuah pencapaian. Banyak yang berkeinginan mengikat janji suci hanya karena tidak ingin kalah dengan kawan maupun mantan.

Memang tak ada salahnya melangkah ke pelaminan di usia yang masih muda. Tapi bukankah segalanya akan jauh lebih indah ketika kamu dan pasangan membangun sebuah keluarga dengan kesiapan penuh di usia yang lebih matang?

1. Menikah adalah soal kesiapan. Jangan sampai pertanyaan “kapan menikah?” membuatmu ingin segera mengikat janji suci hanya karena tuntutan.

menikah muda bukan pencapaian viaallfreshwallpaper.blogspot.com

Kita memang tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Di usia kita yang makin beranjak dewasa ini, tak jarang setelah pertanyaan “kapan lulus?” tuntas terjawab akan menyusul pertanyaan “kapan menikah?”. Entah dari orangtua, kerabat, hingga kawan-kawan. Memang terkadang pertanyaan ini tak serius, namun jangan sampai hal ini memaksamu untuk melepas masa lajang.

Menikah adalah soal kesiapan. Menikahlah ketika kamu telah benar-benar siap dan bukan karena tuntutan. Jangan sampai kamu menikah hanya karena demi menghindari pertanyaan “kapan menikah?” yang dilontarkan orang sekitaran,

2. Impian dan cita-cita bisa diletakkan di prioritas nomor satu. Di usia muda, berkarya dan berkarier sepuasnya bisa menjadi tujuan utamamu.

menikah di usia muda bukan pencapaian viatheeverygirl.com

Usia 20an tentu adalah masa-masa produktifmu. Di usia ini kamu bisa mengembangkan sayap untuk meraih apa yang diinginkan selama ini. Masih berstatus single dan belum menikah membebaskanmu untuk mencoba segala hal yang bisa mendukung kariermu ke depan. Bekerja di luar kota hingga luar pulau demi pengalaman yang lebih kaya pun bisa dilakoni.

Kamu pun tak masalah jika harus dipindahtugaskan karena memang masih belum memiliki tanggungan keluarga. Jadikan usia mudamu ini untuk mengerahkan segala upaya dan tenaga demi meraih mimpi dan juga memajukan karier sendiri.

3. Ini adalah kesempatan emas untuk menggembungkan tabungan, dengan begini kamu memiliki pijakan yang lebih kuat saat menyusun pondasi keluarga masa depan.

menikah di usia muda bukan pencapaian viahuffingtonpost.com

Dengan hanya memiliki tujuan utama memajukan karier sendiri, tak pelak hal ini juga akan membuat perekonomianmu kian matang. Uang hasil dari keringatmu yang terperas bisa digunakan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Bahkan, kamu masih memiliki banyak waktu untuk menggembungkan tabungan.

Uang yang terkumpul tentu bisa dijadikan sebagai bekal memperkuat pondasi keluarga masa depanmu nanti. Kamu bisa menggelar pesta pernikahanmu sendiri dan mencukupi kebutuhan setelah menikah dengan uang tabungan ini. Bukankah rasanya menyenangkan ketika mampu berdiri di atas kaki sendiri dan tak merepotkan orangtua?

4. Semakin matang usiamu, secara emosi kamu pun juga jadi lebih stabil. Kamu tak lagi mudah naik pitam ketika menghadapi permasalahan.

menikah di usia muda bukan pencapaian viabelimitless.com

Makin matang usiamu, makin dewasa juga perilakumu. Tak lagi kekanak-kanakan dan mudah naik pitam, kamu semakin sabar di usia yang lebih matang. Nantinya setelah menikah, masalah yang dihadapi tak sesederhana ketika kamu masih melajang. Dari mulai masalah perekonomian keluarga, konflik dengan pasangan, hingga suka dukanya mengasuh buah hati. Tentu saja kesabaran merupakan bekal penting yang harus kamu miliki dan usia yang lebih matang adalah masa yang tepat untukmu memperoleh kesabaran dalam porsi yang lebih banyak.

5. Kamu sudah puas menuntaskan masa muda, tak ada lagi cerita buah hatimu akan terlantar karena kamu tak mencukupi kebutuhannya.

menikah di usia muda bukan pencapaian

Menuntaskan masa muda dengan melakoni segala hal yang kamu inginkan tentu memiliki pengaruh yang positif untuk hidupmu ke depan. Tuntaskan segala minat dan hobimu di usia ini, sehingga nantinya ketika kamu sudah menjadi seorang suami atau istri kamu bisa menjalankan kewajibanmu dengan porsi yang sempurna.

Setelah kamu menikah nanti, tentu saja keluarga selalu menempati posisi yang utama. Sehingga tak ada lagi cerita buah hati ataupun keluargamu terlantar dan diposisikan di nomor kedua karena kalah dengan hobi dan kegemaran yang menyedot perhatianmu.

6. Ilmu serta pengalaman yang kamu punya lebih mumpuni, sehingga kamu lebih maksimal ketika merawat dan mengajari buah hatimu nanti.

menikah di usia muda bukan pencapaian viastepbrightly.com

Bertambahnya usia tentu juga membuatmu makin kaya ilmu dan pengalaman. Hal ini tentu saja akan membuatmu menjadi seorang pribadi yang lebih mumpuni dalam mengasuh si buah hati. Saat memiliki anak di usia yang lebih matang, kamu mampu membagikan ilmu yang dipunya secara lebih maksimal.

7. Menjalani beberapa hubungan yang salah membuatmu menghargai komitmen. Ikatan ini tak mudah dihapus seperti saat menjajal lipen

menikah di usia muda bukan pencapaian

Jatuh bangun dalam hubungan asmara tentu pernah kamu alami sebelum bertemu dengan orang yang tepat. Kamu pun makin berpengalaman dalam memiliki komitmen dalam menjalin hubungan. Hal ini bisa dijadikan bekal dalam menjalani hidup berumah tangga. Menikah di usia yang lebih matang akan membuatmu makin siap dalam menghadapi permasalahan dalam hubungan.

8. Pengalaman kawan-kawan yang sudah menikah lebih dulu bisa jadi pembelajaranmu. Ada hal yang perlu kamu ikuti; ada pula yang tak harus ditiru

menikah di usia muda bukan pencapaian viayouqueen.com

Tak perlu buru-buru menikah, justru menikah di usia yang lebih matang akan membuatmu kaya pembelajaran. Tak perlu gengsi atau justru merasa tersaingi ketika banyak kawan yang telah memasuki jenjang pernikahan.Toh, sebenarnya dari mereka kamu bisa belajar banyak hal. Kamu bisa berkaca dari pengalaman mereka setelah menikah. Hal ini tentunya bisa dijadikan petunjuk untukmu ketika akhirnya melepas masa lajang nanti.

9. Menangguhkan menikah sementara berarti punya waktu lebih untuk membahagiakan orangtua. Selepas menikah, kebebasan memanjakan mereka tidak akan lagi sama.

menikah muda bukan pencapaian via www.google.com

Ketika memutuskan untuk tak menikah di usia muda sejatinya kamu sedang mendedikasikan diri untuk membahagiakan orangtua. Kamu bisa memanfaatkan masa-masa ini untuk membanggakan mereka. Persembahkan uang hasil jerih payahmu untuk mengulas senyum di wajah ayah dan ibu. Maksimalkan juga waktu luangmu untuk menemani mereka. Setelah menikah nanti, tanpa disadari kamu hanya memfokuskan diri hanya untuk keluarga. Kebebasanmu untuk memanjakan orangtua pun tak lagi sama.

Sungguh, pernikahanmu akan lebih membahagiakan ketika kamu menjalaninya dengan penuh kesiapan di usia yang telah matang.

Catatan Kecil dari Kami yang Sampai Saat Ini Masih Belum Menikah

19 September 2016

 Mas Jiyo

 1,550  1

https://supernaturalgospel.wordpress.com

Berdasarkan table sistem periodik pernikahan, diusia 25-30 adalah usia ideal untuk menikah. Sudah bosan mungkin kita yang diusia segitu mendapat pertanyaan :


1. Hei, belum nikah juga kamu? Kapan?

2. Nah, calonmu mana kok sendirian aja?

3. Duh, dipajang di DP mulu pacarnya. Kapan diresmikan?


Yah memang itu pertanyaan yang sangat wajar di negara ini, beda di beberapa negara lain yang menganggap pertanyaan itu sebagai hal yang private. Kalau saya pribadi menanggapi pertanyaan seperti itu saya anggap sebagai "pengingat" agar tidak lupa menikah, hehe.


Jika ada orang bertanya seperti itu artinya ada orang yang care dan perhatian dengan kita, oke setuju, hehe. Jadi saran saya jika kalian masih belum menikah dan mendapat pertanyaan seperti itu, berbahagialah dan jangan dianggap sebagai bullying. Siapa tahu dari pertanyaan semacam itu bisa mendekatkan kita dengan jodoh, yang merasa belum punya jodoh bisa teriak "Amiiiin".


Oke, pernikahan sejatinya bukanlah arena balap motor yang siapa cepat dia yang menang, pernikahan adalah soal ketepatan waktu dan ketepatan hati. Siapa sih yang ingin hidup sendiri di dunia ini? karena pada dasarnya manusia memang diciptakan berpasang-pasang kemudian beranak pinak untuk melestarikan kehidupan di bumi.


Jika dua anak manusia ditemukan dikondisi hati yang passs dan waktu yang passs, ya terjadilah pernikah itu. Nah apa difinisi dari kata "pass" tersebut, setiap pribadi punya difinisi sendiri-sendiri, ada yang menunggu punya ini punya itu, ada yang memilih ini memilih itu, oke itu hak dan pilihan masing-masing pribadi. Hal seperti itu memang tidak bisa dipaksakan dari faktor external, biarkan saja para kaum single untuk memutuskan dengan kriterianya sendiri. Beruntunglah dan berbahagialah mereka yang sudah ditemukan dengan kondisi yang pass tersebut.


Oke, soal pilihan. Tak jarang juga pernyataan seperti ini terucap dari teman-teman kita "elu sih banyak milih, makanya ndak nikah-nikah", "nunggu apa sih lu, tinggal menentukan pilihan aja susah amat, kebanyakan mikir lu". Kalau saya analogikan belanja, kita ke mall membeli baju saja perlu memilih mana yang harganya terjangkau dengan saku, mana yang warnanya pas dengan kita, mana yang ukurannya sesuai dengan bentuk kita, mana modelnya yang sesuai dengan kita.


Naaaah! apalagi memilih pasangan hidup yang bakal menemani di setiap harimu sampai akhir nanti, orang pertama yang bakal setiap pagi kau lihat ketika membuka mata, orang yang setiap hari dan terakhir kali kau lihat sebelum tidur, orang yang akan menjadi tempat sharing pekerjaan, orang yang membesarkan anak-anakmu nanti, orang yang bisa mengimamimu menuju Jannah. Saya lanjutkan lagi detail orang tersebut: orang yang bisa menjadi teman kerja, orang yang bisa menjadi saudara, orang yang bisa menjadi teman curhat, dan yang penting adalah orang yang mempunyai padangan lurus yang sama terhadap visi dan misi kita.


Tidak ada salahnya dengan memilih, hanya saja saat memilih kita juga harus bisa menempatkan diri dan mengetahui posisi kita agar tidak memiliki pilihan yang muluk-muluk, ya ndak mungkin lah kalau kita menempatkan Raisa atau Adam Levin sebagai pilihan kita, please!


Oke, terakhir soal Goal. Apa goal dari pernikahan itu? menurut saya goal dari pernikahan adalah "BAHAGIA YANG HAKIKI" dan hal paling menakutkan adalah pernikahan yang tidak bahagia, mudah-mudahan didunia ini tidak ada yang mengalaminya, amiin. Kondisi pra dan pasca pernikahan kalau saya simpulkan mungkin bisa jadi seperti ini :


1. Sebelum menikah bahagia dan setelah menikah pasti akan jauh lebih bahagia

2. Sebelum menikah biasa saja dan setelah menikah menjadi bahagia

3. Sebelum menikah bahagia dan setelah menikah biasa saja.

4. sebelum menikah bahagia dan setelah menikah tidak bahagia dan berakhir cerai.


Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang digolongan 1 dan 2, amiin. Oke, ini hanya s

Menikah Tak Akan Membuat Level Kebahagiaan Lebih Tinggi Dari yang Masih Sendiri. Rumus Bahagia Bisa Sesederhana Ini

 3

Kita seringkali terjebak pada stigma, bahwamenikah adalah satu-satunya jalan mendapatkan kebahagiaan. Menikah memang membawa bentuk kebahagiaan berbeda bagi yang menjalaninya. Namun bukan berarti kebahagiaan hanya milik mereka yang memiliki pasangan halal saja.

Sekalipun masih sendiri, kebahagiaan versi dirimu sendiri tetap dapat diciptakan. Sebab kebahagiaan seharusnya selalu menjadi tanggung jawab dirimu sendiri. Bukan orang lain, apalagi menggantungkan kebahagiaanpada pasangan.

Entah sudah menikah atau masih sendiri, toh kamu tetap berhak mendapatkan kebahagiaan dengan versi masing-masing.

Memutuskan menikah mampu memberikanmu ketenangan. Sementara masih sendiri memberimu kesempatan untuk menuntaskan mimpi

Menikah boleh memberi ketenangan, tapi sendiri juga punya zona nyaman via www.corydevenney.com

Kebahagiaan apa yang akan paling dirasakan setelah menikah? Jawabannya mungkin ketenangan. Ketenangan karena sudah ada seseorang yang mau mendampingi dalam apapun kondisi. Serta ketenangan ada dia yang selalu mau berbagi, baik kebahagiaan maupun keresahan yang ada.

Namun bagi mereka yang masih sendiri, toh ketenangan bisa didapat dengan cara lain. Bagi yang masih sendiri, ketenangan bisa didapat ketika kamu punya banyak waktu untuk menuntaskan mimpi. Tanpa perlu diburu-buru dan pikiran belum bercabang kemana-mana. Kamu memilih untuk selesai dengan urusan pribadi terlebih dahulu, sebelum akhirnya memulai hidup bersama dia yang kelak ditakdirkan denganmu.

Partner selamanya pasti kamu dapatkan setelah menikah. Sedangkan yang masih sendiri selalu punya waktu meningkatkan kualitas diri

Kesempatan meningkatkan kualitas diri viabridalmusings.com

Tak ada yang bisa memungkiri. Selepas menikah, jelas kamu mendapatkan partner hidup selamanya. Tapi ini tentu bukan cuma soal tentang tidur malam yang tak lagi sendiri, atau tak lagi perlu kebingungan setiap kali mencari teman makan atau nonton. Partner selamanya berarti kamu dan dia yang tetap mau bertahan meski sudah khatam dengan kekurangan masing-masing dan mau menerima dengan legawa. Partner selamanya adalah tentang kamu dan dia yang tidak akan beranjak pergi, meski ada perdebatan besar terjadi diantara kalian.

Lalu bagaimana dengan kamu yang masih sendiri? Belum memiliki partner selamanya seharusnya tak lantas membuatmu menjalani hidup seenaknya. Kesendirian selalu memberikanmu waktu lebih banyak untuk meningkatkan kualitas diri. Sebelum akhirnya kamu menemukan dia yang menerima dirimu dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kamu miliki.

Tapi hingga waktu itu tiba, kamu berjanji untuk terus menampilkan sisi terbaik dalam dirimu. Kamu selalu yakin bahwa jodoh memang cerminan dirimu sendiri.

Namun menikah tak serta merta membuatmu lepas dari masalah, kamu hanya diberi kesempatan menghadapi berdua. Sementara menghadapi masalah untuk yang masih sendiri, bukankah ketangguhan diri akan dimiliki?

Selalu punya masalah masing-masing viawww.logancoleblog.com

Tapi apakah menikah bisa membuatmu keluar dari semua masalah yang kamu hadapi? Jawabannya tentu tidak. Setelah menikah, kamu dan pasangan mungkin akan lebih banyak menghadapi masalah yang bahkan sebelumnya tak pernah kalian bayangkan. Semasa lajang dulu, kamu mungkin tak akan membayangkan bahwa urusan keuangan bisa saja menimbulkan konflik dengan pasangan.

Ini menjadi tanda bahwa setelah menikah, kamu tak akan pernah benar-benar lepas dari masalah. Satu hal yang berbeda, kamu hanya diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menghadapi semua masalah berdua. Karena mungkin masalah setelah menikah akan bertambah pelik, sehingga kamu tak dibiarkan sendirian.

Sementara untukmu yang masih sendiri, masalah yang datang justru akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih tangguh lagi. Kamu ditempa menjadi pribadi yang tangkas namun tetap tenang setiap kali menghadapi masalah. Karena kamu hanya bisa bertumpu pada dirimu sendiri. Jadi kamu menempa dirimu untuk selalu bijak, dalam menghadapi masalah yang datang di hidupmu.

Entah sudah menikah atau masih sendiri, kebahagiaan harus bisa diciptakan dengan mandiri

Kebahagiaan adalah tanggung jawabmu sendiri viadylandsara.com

Pada akhirnya, entah sudah menikah atau masih sendiri, masing-masing memiliki dinamika dan permasalahannya sendiri-sendiri. Selepas menikah tak selalu membuat level kebahagiaan lebih tinggi dari yang masih sendiri hingga saat ini. Karena sebenarnya kebahagiaan yang kamu rasakan, adalah murni tanggung jawab pribadi, dan tak seharusnya sepenuhnya bergantung pada orang lain.

Sudah menikah atau masih sendiri, kamu tetap bisa merasakan bahagia dengan cara masing-masing bukan?

Menikah bukan akhir dalam perjalanan cinta, tapi justru permulaan dari sebuah hubungan yang nggak bisa lagi berhenti di tengah jalan karena alasan bosan.


Jangan Mimpi Melangkah Ke Pelaminan, Kalau Hal-hal Ini Bukan yang Jadi Alasan

29 Juli 2016

 Mustika Karindra

 588  0

http://www.logancoleblog.com

Mengambil keputusan untuk menikah jadi salah satu hal sulit yang tak hanya berlaku bagi kamu atau dia, tapi juga hampir semua orang. Sebab menikah bukan hanya perihal ijab kabul dan pesta resepsi setelahnya. Menikah itu persoalan mempersatukan dua keluarga dan membangun satu keluarga kecil yang baru. Menikah juga persoalan menjaga kenyaman serta ikatan yang ada.

Makanya keputusan menikah buat kamu atau dia bukan hanya karena sudah masuk umur, paksaan orang tua, mencari aman agar tak ditanya-tanya lagi, atau soal kewajiban belaka. Sebelum kamu menemukan alasan-alasan ini untuk menikah, lebih baik jangan pasang harapan yang terlalu tinggi tentang sebuah pesta pernikahan. Keriuhan yang terjadi dalam pesta pernikahan hanyalah awal dari segalanya. Setelahnya kamu akan dihadapkan pada kenyataan hidup sebenarnya.

1. Kalian menikah karena sama-sama yakin, jika kehidupan bersama pasangan halal menawaran kebahagian yang tak semu.

Yakin yang halal itu lebih membahagiakan viawww.logancoleblog.com

Kamu dan dia memang bahagia dengan masa-masa pacaran ini. Ya, meski sesekali kalian bertengkar karena salah paham atau perbedaan pendapat. Tapi akhir-akhir ini, kalian sama-sama berpikir tentang bahagia yang sesungguhnya, yang tak hanya menjalin hubungan pacaran saja dengan segala keterbatasan hal yang bisa kalian lakukan berdua. Kamu dan dia mulai berpikir bagaimana kalau membangun rumah tangga, tinggal berdua, saling melengkapi dalam “semua hal”, berusaha dan berkembang bersama, mempunyai dan merawat anak.

Hal-hal itu dipikiran kalian masing-masing sangat menyenangkan untuk dibayangkan, lalu bagaimana kalau menjadi kenyataan?

2. Persoalan materi tak pernah terlewat untuk dipikirkan. Sesayang apapun kamu dengan pasangan, menikah tak cukup dengan hanya bermodal kata cinta.

Menikah tak cukup modal cinta viawww.logancoleblog.com

Memang tak perlu menunggu kamu menjadi miliarder untuk bisa mengambil keputusan menikah. Tapi bukan berarti kamu yang sama sekali belum bermodal apa-apa juga bisa memutuskan untuk segera menikah. Semuanya harus dimulai dalam porsi yang pas, tidak kurang namun tidak perlu berlebihan.

Menikah memang soal mengedepankan perasaan saling nyaman, namun bukan berarti melupakan kemapanan. Kamu tetap harus memiliki modal materi yang meski tak perlu berlebihan, tapi setidaknya cukup memulai kehidupan berumah tangga. Rencana harus dipikirkan secara matang, bukan hanya mengandalkan kata “jalani saja, toh sudah ada jalannya,”. Jalan menuju kebahagiaan tak akan pernah ada jika kamu tak merintisnya sejak sekarang.

3. Kenyamanan yang datang bukan hanya dari lamanya hubungan. Tapi juga dari selarasnya pandangan dan pemikiran.

Ada keselarasan pandangan via www.logancoleblog.com

Meski nggak selalu punya pendapat yang sama, kalian tetap punya pandangan dan tujuan hidup yang sama. Lagipula perbedaan pendapat yang ada ini justru membuat kalian belajar untuk lebih memahami keinginan pasangan. Perbedaan pendapat juga bisa memberi banyak pilihan dalam menyikapi atau mengambil keputusan bersama. Intinya, kamu dan dia sudah tak pernah ragu atau khawatir dengan adanya perbedaan pendapat.

Beda kepala, kan sudah pasti beda pemikiran. Yang terpenting, kalian selalu mencari cara untuk menyatukan perbedaan. Asalkan kalian tidak menemukan kenyamanan hanya karena lamanya hubungan. Karena hubungan pacaran yang lama berjalan tak menjamin kecocokan bisa terus berjalan.

4. Kamu dan dia telah sama-sama cukup bermain-main. Kalian merasa sudah waktunya berhenti.

Sudah waktunya berhenti via www.logancoleblog.com

Fase keseriusan setiap orang memang tak pernah bisa disamakan. Ada yang masuk umur 25 tahun sudah siap menikah, namun ada pula yang belum menemukan urgensi untuk segera melangkah ke pelaminan. Ketika kamu dan dia sudah sepaham untuk sama-sama berhenti, mungkin ini waktu yang tepat untuk segera menyegerakan.

5. Setiap hubungan udah pasti akan ada masalah, tapi buat kamu dan dia setidaknya menikah lebih membuat kalian tenang menghadapi semuanya.

tenang menghadapi segala rintangan viawww.logancoleblog.com

Mau di hubungan pacaran, pernikahan, pertemanan, bahkan keluarga sendiri, yang namanya masalah sudah pasti akan selalu datang. Dan semua itu kembali lagi ke diri kalian masing-masing untuk menyikapinya. Tapi setidaknya, saat kalian sudah memutuskan hidup bersama, semua masalah yang datang bisa dihadapi bersama-sama. Pastinya membuat kalian sama-sama tenang untuk bisa saling menguatkan.

6. Pada akhirnya keputusan menikah harus diambil saat kamu dan dia sudah siap bersama tanpa jeda, bukan hanya karena sudah masuk umurnya

kita nikah bukan karena siapa-siapa dan apa-apa viawww.logancoleblog.com

Memutuskan menikah berarti kamu harus siap melewati hari dengan orang yang sama setiap harinya. Menikah mengharuskanmu melewati hari tanpa jeda bersama orang yang sama sampai akhir hayat. Bahkan kamu harus tetap bertahan, meski kebosanan melanda. Tapi bukankah disitu esensi sebuah pernikahan. Mau tetap mendampingi dalam apapun kondisi.

Bukan hanya karena kamu atau dia sudah (dirasa) masuk umurnya, dan seharusnya menyegerakan untuk menikah. Tak ada hitungan pasti yang mewajibkan seseorang memutuskan menikah di umur tertentu. Asal masih masuk dalam jalurnya, keputusan terbesar dalam hidupmu ini tetap ada di tanganmu.

Pernikahan bukan cuma soal menentukan venue atau memilih gaun pernikahan yang cantik. Di balik seremonial yang hingar bingar, ada tantangan yang lebih berat setelahnya. Jika sampai sekarang alasan ini belum sekalipun terbesit di pikiranmu, lebih baik urungkan kembali rencanamu untuk menikah. Karena menikah bukanlah solusi dari segala masalah.

5. Selamanya bukan waktu yang sebentar. Akankah kamu tetap padanya, bahkan saat rasa bosan datang?



Mampukah tetap bersama via www.sincerelykinsey.com


Menikah itu artinya kamu akan bersama satu orang yang sama, seumur hidup. Selamanya. Ah, selamanya itu bukan waktu yang sebentar. Bukan seperti masa pacaran yang tahunya hanya bahagia dan hura-hura. Saat memutuskan untuk menikah, kamu tidak lagi bisa mundur atau berhenti di tengah jalan. Setiap hari kalian akan bertemu, menjalani hari berdua hingga lanjut usia.


Rasa bosan itu lumrah dan akan dirasakan siapapun. Jika saat pacaran kalian bisa berhenti dan bilang putus, kamu dan pasanganmu tidak bisa melakukan itu saat menikah. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa saat fase bosan itu datang, bersediakah kamu tetap di sampingnya?

4. Menikah itu artinya membangun hidup baru bersama dia selamanya. Tak bisa diakhiri dengan kalimat “hubungan kita sampai disini saja”



karena menikah bukanlah mainan

7. Tak perlu risau kalau dianggap sudah waktunya. Karena kamu akan menemukan dia yang sudah memang jalannya



Karena kamu memang berharga

Manusia tentu saja sudah jauh berkembang dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Tak hanya berkembang, manusia juga banyak berubah di banyak area. Salah satu perubahan yang paling kentara saat ini adalah perubahan di bab pernikahan khususnya tentang batasan umur pernikahan. Dulunya ceweklah yang merasa harus buru-buru menikah, ternyata saat ini cowok juga banyak yang merasa seperti itu.
Kali ini Hipwee Boys akan membahas dan mungkin saja mengkritik beberapa fenomena cowok yang malah cenderung lebih pengen buru-buru menikah ketimbang cewek. Memang bagus sih, hanya saja perubahan ini terbilang cukup aneh sih dibandingkan dengan beberapa tahun silam. Bukan ingin menyalahkan sih, hanya ingin membicarakan anomali yang memang baru berlangsung beberapa tahun belakangan. Yuk, kita simak aja pembahasannya!
Masuk akal kalau cewek pengen buru-buru nikah. Mereka memang punya usia reproduksi yang harus diikuti, nah kalau cowok?
Dalam hal umur dan pernikahan, wajar saja kalau cewek sering memaksa cowok untuk segera menikahinya. Selain karena tekanan sosial yang memang lebih besar dibandingkan dengan cowok, cewek punya usia reproduksi yang memang harus diikuti. Akan terlalu tua bagi seorang cewek untuk melahirkan di usia 30an. Memang benar, hidup ini nggak hanya urusan beranak saja, namun siapa sih yang nggak pengen punya keturunan?
Yang aneh adalah saat cowok buru-buru pengen nikah. Secara seksual cowok akan bisa aktif rata-rata hingga usia 50an. Jadi, kalau cowok menikah di usia 35 sekalipun, logikanya cowok masih akan tetap bisa punya anak. Jadi, dari sudut pandang reproduksi, cowok jelas tidak punya urgensi sebesar cewek. Jadi, kenapa begitu buru-buru dan kesannya malah jadi cowok ya yang pengen segera menikah?
Dari segi finansial, normalnya cowok harus memiliki banyak modal untuk menikah sedangkan cewek tidak diwajibkan seperti itu
Dari segi finansial, dalam kehidupan di Indonesia cowok adalah pihak yang harus menyiapkan segala sesuatunya buat cewek sedangkan cewek tidak. Jadi dalam sense
ini, wajar kalau cewek ingin menikah di usia muda karena memang dia tidak diwajibkan memikul tanggung jawab finansial seperti cowok. Meskipun, sebenarnya akan sangat lebih bagus jika cewek juga punya kemampuan finansial yang mumpuni.
Beda dengan cewek, cowok memiliki tanggung jawab finansial yang nggak kecil. Bagi cowok-cowok yang memang sudah terlahir kaya raya, memang mudah saja mau menikah kapanpun. Masalahnya adalah kenapa cowok-cowok yang secara finansial belum begitu bagus malah justru ngebet nikah. Apa nggak aneh?
Alasan agama memang susah disangkal, tapi jika alasannya menikah adalah menjaga nafsu, apakah berarti pikirannya hanya dipenuhi nafsu?
Ini bukan menistakan atau apapun, hanya mempertanyakan saja. Banyak cowok yang memilih untuk menikah di usia sangat muda untuk menjaga dari dari zina. Well , alasannya memang sangat mulia sih dan nggak salah juga. Tapi pertanyaannya adalah, banyak orang yang bisa selamat dari zina meskipun tanpa menikah. Kenapa? Ya karena di otak mereka nafsu seksual adalah nomor sekian dibandingkan dengan kesibukannya adalah mengejar mimpi. Nah pertanyaan bagi orang-orang yang menikah di usia muda untuk menghindari zina adalah, apakah isi otak kalian hanya seks semata hingga nggak bisa tahan lagi?
Sekali lagi ini bukan menistakan, hanya sebuah pertanyaan yang mungkin banyak orang pengen tanya tapi nggak sampai hati. Tapi seseorang harus mempertanyakannya. Karena saat sebuah hal dianggap memiliki kebenaran absolut, saat itulah biasanya kesalahan akan terjadi.
Bukan mengkritik atau menyalahkan, hanya sebuah bentuk curiosity tentang kenapa saat ini banyak sekali cowok yang ngebet banget nikah. Memang ini bukan hal buruk, tapi fenomena ini cukup baru dan tentu saja ini terjadi bukan tanpa sebab. Siapa tahu setelah artikel ini, sebab musabab kenapa cowok jadi “menye” ini bisa terjawab. Siapa tahu!
MENIKAH. Adalah sebuah babak baru dan tantangan baru dalam perjalanan hidup seseorang. Walaupun sebagian orang terkadang dianugerahi Tuhan dengan tidak mengalami ritual ini, tetapi satu yang harus kamu ingat, Menikah adalah perkara bagaimana mencari Tuhan. Menikah ibarat seorang murid yang diberi tugas kelompok oleh guru. Tidak cukup hanya prinsip sama, kamu harus yakin betul kamu tau sifat jeleknya (yang biasanya sangat kamu benci. Tapi kok ada padanya?!) dan juga kamu yakin kamu bisa mengandalkan dia!
PS: Durasi pacaran terkadang tidak menjadi jaminan kawan. Percayalah. Apalagi yang hanya sebentar (?) Karena cinta tidak buta, Pembenaranmu-lah yang membuat buta :D Sudah terlalu banyak artikel yang membahas persiapan pernikahan, tetapi sedikit yang membahas mengenai persiapan batin dan mental sebelum menikah. HERE WE GO!!!
1. Uang
Ini dilakukan pada pasangan yang sudah serius menikah saja lho ya. Adik-adik SMA atau SMP ngga usah dibahas dulu. Jajan cilok aja ya :p
Terbukalah mengenai seluruh harta materil yang kamu punya. Mengenai pendapatn perbulan, pengeluaranmu perbulan. Bahkan kalau sudah siap menikah, rincikan (kalo bisa dibuat catatan. For newbie, its really works !)
Sudah? hal yang tidak kalah penting adalah: bicarakan pula skema keuangan setelah menikah. Jangan lakukan persiapan pernikahan apabila belum mendapat kesepakatan. Skema keuangan meliputi:
Bagaimana kira-kira pengeluaran perbulan? Siapa mentri keuangannya? Berapa persentase untuk tabungan setiap bulannya? Apakah ada pendapatan yang mau diberikan ke orangtua masing-masing? Kalo iya berapa?
Ini pembicaraan yang SANTAI ya. Kalo ngga dibawa santai, kalian akan pusing sendiri.
Tapi ingat, menikahlah dengan keyakinan yang penuh. Jangan sampai ada istilah membeli kucing dalam karung. Jangan sudah menikah, baru merasa terjebak.
2. Kewajiban dan Hak Baru
Ini juga tidak kalah penting. Karena dimasa pacaran abege abegean, hal-hal kayak gini nggak pernah dibahas. Seperti yang gue bilang tadi, jangan sampai terjebak didalam sebuah pernikahan.
Kewajiban dan hak misalkan, penjelasan kasar mengenai apa peran si laku-laki dan perempuan. Perempuan memasak, membersihkan rumah dan bekerja. Kalo laki-laki, misalkan memelihara taman, mereparasi perabotan rumah dll.
Jangan ada asumsi bahwa "dia pasti paham lah nanti" ingat, itu isi kepalamu ya.. bukan kepalanya! cobalah mengerti posisinya.
3. Kehidupan Sosial
Banyak ada yang bilang setelah menikah, hubungan sosial dengan teman-teman menjadi renggang. Karena jarang kumpul lagi.
Masalah ini juga harus mendapatkan kesepakatan sebelum menikah. Karena basic menikah adalah dua menjadi satu. Apa yang kamu lakukan pasti akan berimbas pada pasanganmu. Sehingga, bicarakan dan cari win-win solutionnya.
Karena ga selalu lho, dengan menikah kehilangan social life, bisa aja kalian membuat yang baru bersama. Masuk ke komunitas baru dengan interest yang sama. Atau dengan kesepatan misalkan malam sabtu adalah hari keluar buat masing-masing. Perempuan bisa rumpi dan reunian, yang cowo futsalan.
Satu yang harus di noted. Kesepakatan ya, win-win solution. Bukan tentang kamu atau aku tapi kita
4. Kesehatan
Kalo kata peribahasa Jawa, untuk menikah dilihat bibit, bebet dan bobotnya. Secara nalar, hal ini masuk akal juga. Salahsatunya adalah kesehatan. Jangan malas untuk mengetahui riwayat penyakit keluarga pasanganmu. Boro-boro pasangan, riwayat penyakit keluarga sendiri aja suka males
Hal ini paling enak dilakukan, karena ngga perlu sesi khusus untuk dibahas. Selama pacaran kamu seharusnya bisa mengulik gimana sih kualitas kesehatan pasangan kamu. Nah, kalo sudah serius ke jenjang pernikahan, temen-temen bisa melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah. Ini biasanya sih lebih fokus ke kesuburan masing-masing aja. Ngga wajib dilakukan kok.
5. Target Hidup
Hidup berdua bukan melulu cuma apa-apa dilakukan berdua. Masak, beresin rumah, atau bobo bareng. Cuma lebih ke arah kualitas hidup seseorang. Bagaimana dengan team yang kamu punya sekarang ini, target hidup kamu bisa kesampean.
Kalian adalah team yang solid nantinya setelah sah menjadi suami istri. Weekend jalan-jalan adalah sebuah euforia sementara. Pada akhirnya, integritas dan kualitas kalian sebagai manusia dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.
#OKBRO? (Ala om Dedi Corbuzier) Goodluck.

Tidak semudah yang dibayangkan .

Hayang buru-buru kawin, hayang buru-buru kawin, bari jeung teu nyaho kahirupan sa nggeus kawin kumaha .

Kesiapan, ibadah dan manusia tidak ada yang sempurna .

Intinamah tong hariwang, ayna teu boga kabogoh bukan berarti (ngke) moal kawin .

Menikah itu bukan keharusan, tapi ketetapan.

Tuhan hanya ingin aku lebih mempersiapkan diri.

Bukan hanya sekedar rasa memilik tapi kemampuan dalam memenuhi, melaksanakan dan memikul tanggung jawab, memang tidak harus mapan dulu, tapi kamu sendiri yang akan menjalani kan ?! , bukankah akan terasa lebih menyenangkan jika kita lebih siap.

Jangan Menikah Hanya Karena Udah Masuk Umurnya, Karena Nikah Tak Semudah Kelihatannya
Perkara “kapan nikah?” kayaknya jadi topik yang nggak habis dibicarakan. Khususnya buat kamu yang sudah masuk usia 20an ke atas. Rasa-rasanya, semesta seperti bersekongkol hingga membuatmu merasa berdosa kalau-kalau sudah umurnya tapi belum menikah juga.Padahal, kita perlu kembali merefleksi dan bertanya pada diri sendiri. Apa iya sih kita harus nikah kalau cuma alasan sudah umurnya? Bukankah sebenarnya banyak hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak? Yang pasti, nikah itubukan wajib belajar, jadi menikahlah tanpa merasa dikejar-kejar usia…“Eh Ndin, kemaren gue ketemulagi sama Nina”“Nina yang mantan lu pas SMAitu?”“Iya. Dia juga masih sendiri, dan merasa perlu menikah.”“(((Perlu menikah))) Lalu maksudmu?”“Aku juga bilang aku cari istri, dia cari suami, pas kan? Dia juga mau kok. Bulan depan aku lamar ke rumahnya.”Menikah emang kebutuhan, katakanlah untuk mendapat keturunan. Tapi tolong jangan lakukan itu hanya karena paksaan.harusnya menikah itu bikin bahagia,bukan begini. viastatic1.1.sqspcdn.comDari ilustrasi di atas, boleh jadi kita beranggapan mereka sengaja dipertemukan karena memang jodoh. Tapi dari sudut pandang lain,kebetulan keduanya sama-sama sendiri, sama-sama terusik dengan omongan orang di sekitar, dan akhirnya memutuskan bersama karena depresi.Dua minggu pasca lamaran“Ndin, si Nina nggak berubah tau nggak sih kelakuan buruknya sejak jaman SMA dulu.”“Hah? Lha lu main lamar aja. Keburu sih, nikah kok kaya dikejar anjing. Terus, nyesel?”“Ya gimana, takut abis ini malah nggak nemu perempuan lagi.”“Astaga.”Konsensus. Ya, begitulah yang terjadi pada masyarakat kita, Indonesia. Dengan sengaja membicarakan apapun tentang orang lain di belakang. Termasuk ketika-menurut-masyarakat, usianya sudah masuk usia menikah, namun belum juga ada tanda-tanda menuju kesana. Jangankan tanda-tanda, pasangan ajandakpunya.Peduli amat sama orang lain. Iya sih kita hidup bermasyarakat, tapi dengan atau tanpa menikah, hidup kita masih terus berjalan kok!kata siapa belum menikah bikin kehidupan kita berantakan? viastatic.oprah.com“Eh, lu tau si Winda anak keduanya pak RT itu nggak?”“Oiya, tahulah. Umurnya tahun ini sudah masuk kepala 3 kan. Kok dia nggak pernah kelihatan jalan sama cowo sih?”“Iya ya ampun, cantik padahal. Kasian kalo sampe jadi perawan tua.”Ya begitu. Namanya ibu-ibu rumpik,kurang kerjaan buk? Menikah bahkan di kitab manapun itu jadi sunnah, bukan kewajiban. Jadi, dengan atau tanpa pernikahan kehidupan juga masih akan tetap berjalan. Bukan, bukan mengajari untuk tak peduli lagi pada ikatan sakral bernama pernikahan. Tapi kan jauh lebih kasian, kalau ikatan itu dilangsungkan terus-terusan tanpa ada cinta yang mendasar? Lebih baik jangan…Karena menikah itu bukan wajib belajar, jadi jangan lantas kamu merasa terkejar hingga siapa pun yang datang langsung disambar.nikah bukan wajib belajar buk..Nggak ada batas waktunya vias-media-cache-ak0.pinimg.comPersis seperti ilustrasi pembuka tadi. Tentang ketakutan nantinya tak kan dipertemukan dengan lawan jenis lagi. Akhirnya, pasca dilangsungkannya lamaran atau pernikahan, malah mengeluh kalau kriteria pasangan tak seperti yang diharapkan. Bukan, bukan ngajarin atau nganjurin pacaran juga. Tapi tahapan saling mengenal sebelum menikah itu juga penting, biar nggak ngerasa kaget, apalagi sampai menyesal.Ada yang bilang, usia 19-21 itu tahapan seseorang memiliki pertanyaan“Gue siapa?”. Selanjutnya di usia 22-24, ketika dia bertanya“Lu siapa?”kepada pasangan atau lawan jenisnya, tahap penjajakan.Nah, setelahnyanihyang rawan bahaya. Katakanlahusia 25-30 atau bahkan lebih, dia bakal bilang“Yuk ah, siapa aja.”Ahhhh…artinya siapapun cewe ataucowo, dengan kata lain lawan jenisnya yang juga tertekan karena omongan orang sekitar untuk menikah karena usia, akan merasa “saling melengkapi” dengan melangsungkan pernikahan. Alangkah sayangnya jika itu terlaksana tanpa dilandasi adanya perasaan.Menikah itu tentang siap dan mantap, jangan sampai kamu menjalani rumah tangga dengan gagap.belum bisa ngatur waktumu? yakin mau nikah? viaghk.h-cdn.coSebelum menikah, berilah pertanyaan ini kepada dirimu sendiri: Apakah kamu sudah mempersiapkan sebuah momentum sebesar ini ? Apakah kamu sudah membekali diri denganberbagai ilmu untuk menyongsong sebuah prosesi teramat sakral ini? Jika jawabnya belum, tundalah sekiranya kamu sudah mantap.Menikah itu bukan tentang siapa yang lebih cepat. Tapi yakinlah, Tuhan sudah pilihkan waktu dan seseorang yang paling tepat. Jangan tergesa lantaran telingamu sudah panas membara, akibat omongan dari para tetangga. Pantaskan dirimu dulu, bukan saja untuk jodohmu kelak, tapi fokuslah memperbaiki diri di hadapanNya.Jangan gegabah dan beralasan untuk ibadah. Percuma tampan, punya jabatan, dan mapan. Apa artinya kalau kamu nggak nyaman?Nyaman itu kalau kamu sudah banyangin menua bareng dia viawww.strongmarriagenow.com“Lu ngapainsihBi mau nikah cepet? Masih umur 28 ini, cowo pula.”“Orang tua gue Ndin. Terus kemarin gue ikut pengajian juga, ngerasa kesindir gitu sama omongan ustadznya. Katanya, apalagi yang ditunggu, usia sudah waktunya, jabatan ada, udah mapan pula.”“Tapi lu ngeluh soal kelakuan buruk calon istri gitu? Aneh!”“Ya nggak papa, nanti mungkinakan kebiasa. Niatnya kan ibadah bro…”Ibadahsihibadah, sekaligus menghindarkan kamu dari yang namanya zinaaah. Tapi itu bukan satu-satunya alasan juga buat kamu buru-buru, hingga lupa mempertimbangkan semua hal matang-matang. Janganlah Bang kamu jadikan anjuran agama sebagai alasan untuk buru-buru menikah. Apalagi kalau sejatinya kamunge-dumeldi belakang soal keburukan-keburukan perempuan yang kamu anggap jodohmu itu. Kamu nggak ingin ketergesaan membuatmu salah memutuskan pilihankan? Persiapan menikah itu bukan hanya persoalan mendaftar di KUA saja!Percayalah, perkara menunda pernikahan itu bukan berarti kamu di situ-situ saja …karena seleksi itu sah-sah saja viawww.alphatucana.co.ukKeinginan untuk berumah tangga itu pasti selalu ada, tapi alasan ini juga nggak bisa kamu gunakan untuk buru-buru cari pasangan lalu nikah. Camkan dibenakmu, nikah itu bukan ikut-ikutan. Nikah itu tentang persiapan. Termasuk siap-siap memilah para calon jodoh.Jadinya, jangan maksa kalau ternyata pasangan yang kamu anggap jodoh ternyata tidak memiliki klik di perasaan. Tundalah dulu. Pasanganmu sekarang tak selalu jodohmu kelak. Rasakan baik-baik apa “klik” itu benar-benar sudah ada dalam hubungan kalian. Menunda untuk menikah bukan berarti kamustuckdi situ-situ saja, kamu cuma nggak ingin kemapanan pun jadi alasan untuk tergesah-gesa.Jodoh itu perkara waktu kawan, tak usahlah merasa terburu-buru. Tentang siapa yang lebih dulu, misalkan itu adikmu, bukan berarti menjadi masalah besarkan? Hingga kemudian kamupun sembarangan memilih pasangan. Memang tak mudah, mulailah berbenah, dan perbanyak sedekah.“Menikah itu mudah kok.”“Iya, menurut lu. Yang susah itu cari JODOHnyaaaaaaa…”#banyakpertimbangan#jangansembarangan#Menikah#seleksi#susah#usia

Jangan Menikah karena Cinta, Menikahlah karena Allahwww.pinteres.comMenemukan dia yang menjadi teman hidup adalahhal yang diinginkan semua orang. Lalu, bagaimanakah kamu memilih seseorang menjadi pasangan? Apakah cinta menjadi dasar utama atau ada hal-hal lainnya. Semoga saja bukan cinta satu-satunya alasan kamu memilihnya. Mengapa? Berikut ulasan mengapa cinta tidak bisa menjadi satu-satunya alasan untuk membangun pernikahan.Cinta adalah Perasaan yang Bisa Berubahwhicdn.comCinta adalah suatu perasaanyang abstrak. Kadarnya bisabertambah, juga bisa berkurang. Cinta tidak bisa menjadi satu-satunya alasan untuk membangun biduk rumah tangga. Sebab pernikahan tak cuman sebatas satu atau dua tahun. Setiap pasangan tentu menginginkan pernikahannya bertahan seumur hidup. Itulah sebabnya kamu perlu mencari alasan lain selain cinta untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan.“Kita udah gak cocok. Kamu uda gak kayak dulu lagi. Kemana kamu yang dulu cinta sama aku?”Jika kelak terjadi cekcok dengan pasangan, akan mudah keluar kata perpisahan jika cinta adalah satu-satunya alasan.Jangan Menikah Hanya karena Fisik dan Hartaabiummi.comSiapa yang tidak tertarik dengan seseorang yang tinggi, bertubuh indah, berwajah tampan atau cantik? Ditambah lagi jika orang tersebut berasal dari orang berada dan telah memiliki hidup yang mapan. Tentu tidak ada salahnya menjadikan yang seperti ini sebagai teman hidup. Namun, jangan sampai fisik dan harta sebagai satu-satunya alasan kamu menikahinya.Waktu terus bergulir, membuat keadaan terus berubah. Dia yang dulunya cantik bisa menua seiring pertambahan usia. Dia yang dulunya tampan, bisa jadi suatu ketika kehilangan anggota tubuh karena kecelakan. Jika sudah begitu, masihkah kamu mencintainya seperti pertama mengenalnya?Jangan Menikah karena Tuntutan UsiaJangan memutuskan menikah hanya karena menurut lingkunganmu, diusiamu sekarang kamu seharusnya sudah memiliki anak dua. Ingat, sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik. Jika jodoh mulai datang juga, teruslah berdoadan memantaskan diri untukmenantinya. Jika kamu memantaskan diri untuk Allah, maka Allah akan memantaskan jodohmu untukmu.Menikahlah karena Allahclozette.co.idLuruskan niat untuk menikah karena Allah. Jadikan pernikahan sebagai ibadah untuk mencari ridho. Ketika suatu pernikahan dibangun di atas pondasi keimanan, maka akan banyak keberkahan di dalamnya. Segala halang rintangan yang mungkin ditemui saat pernikahan akan menjadi sebagai ujian dari Allah yang akan mempererat hubungan kamu dan pasanganmu.Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung. (Dikutip dari kitab mukhtar al-hadits an-nabawi hal 63 n0 21.)Jangan menikah dengan diayang belum mampu menjalakan kewajibannya sebagai seorang hamba, misalnya dia yang tidak melaksanakan sholat lima waktu atau dia yang belum berhijab. Kenapa? sebab, jika perintah dari Tuhan yang menciptakannya saja dilanggar, bagaimana dengan komitmen dalam rumah tangga, kesetian, dan hal-hal lain yang dapat mempertahakan pernikahan? Tentu tidak akan sulit untuknya melanggarnya.Dari Ibnu Majah, dari Umar,hadits marfu’, bahwasanya Rasulullah saw pernah berkata: “Janganlah kalian menikahi perempuan karenakeelokannya, karena boleh jadi keelokannya itu akan binasa, jangan pula kalian menikahi perempuan karenahartanya, karena boleh jadi hartanya itu akan membuatnya berlaku angkuh/sombong/melampaui batas,tapi nikahilah seorang wanita karena agamanya, dan (ketahuilah) bahwa budak wanita yang hitam legam namun beragama lebih baik.”Menikahlah karena Allah dan temukan ia yang mencintai Allah diatas segala-galanya.

Ketika Memilih Pendamping Rasulullah bersabda :"Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allahakan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya."(HR. Thabrani)."Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah).

Maneh rek kawin isuk ?

Saat kita beranjak dewasa, kita akan memiliki banyak kriteria untuk calon pasangan yang kita inginkan. Kita juga meyakini bahwa ada seseorang yang diciptakan untuk kita, karenaitu kita tinggal mencari dan menemukannya. Lalu kita akan menyebutnya belahan jiwa, sosok yang akan menemanimu selama-lamanya. Sayangnya, seringkali kita menyamakan arti belahan jiwa dengan orang yang sempurna.Mungkin karena itulah kamu kesulitan menemukannya. Bukan karena dia tak ada, tapi karena kamu yang berpikir kamu belahan jiwamu, tentunya dia akan seratus persen seperti yang kamu mau. Karena itu, kamumenghabiskan waktu untuk mencarinya. Tapi permasalahannya: apakah ada orang yang seratur persen sempurna seperti yang kamu mau? Dan karena anggapan itu, kamu jadi melupakan orang-orang yang ada di sekitarmu, padahal bisa saja belahan jiwamu sebenarnya sudah ada di dekatmu.Ibarat gajah di pelupuk matatak nampak, semut di seberang lautan justru nampak. Begitulah jika kamuterus-terusan mencari sosokyang sempurna.gajah di pelupuk mata tak nampak viafree.calendarspark.comPikiran tentang belahan jiwa dalam pikiranmu pastinya selalu sosok yang ideal. Meski kamu sebenarnya tahu bahwa tidak ada orang yang sempurna, tetap saja kamu menginginkan sosok yang sempurna untuk menjadi pasangan hidupmu selamanya. Tak ada salahnya, sudah wajar untukkita manusia menginginkan yang sempurna.Untuk menemukan sosok ideal itu kamu mencari sampai di tempat yang jauh. Bertemu dengan orang-orang baru dan terus mencari apakah ada yang berpotensi menjadi belahan jiwamu. Kamu terus-terusan mencari jauh disana, padahal bisa saja di dekatmu kini sudah ada sosok yang cukup baik untukkamu pertimbangkan sebagai belahan jiwa.Imajimu tentang belahan jiwa yang sempurna tak akan membawamu ke mana-mana, karena kenyataannya memang tak ada orang di dunia yang sempurna.tak ada orang yang sempurna viasurbhisoniblog.blogspot.co.idSaat kamu mencari sosok yang sempurna, kamu tidak bisa menolerir satu kekurangan pun pada si dia. Saat kamu menemukan kekurangan-kekurangan pada dia yang tadinya kamu pikir sempurna, kekecewaan lah yang akan kamu rasakan. Dari situ kamu langsung berkesimpulan bahwa dia bukahlah orang yang diciptakan untukmu. Padahal meski kamu mencari sampai ujung dunia,orang yang benar-benar sempurna tidak pernah ada.Bagaimana kamu bisa menerima pasanganmu jika kamu selalu terpaku supaya dia menjadi seperti maumu?biarlah pasanganmu menjadi dirinya sendiri viafoxspirit1928.tumblr.comWajar jika kamu ingin pasangan hidup yang sempurna. Atau setidaknya, yang sesuai dengan kriteriamu. Tapi yang kamu perlu tahu, pasangan hidup tentu tidak sama seperti pekerjaan atau bawahan yang bisa kamu atur-atur sesukamu. Pasangan hidup adalah orang dengan segalakeunikannya dan prinsipnya yang barangkali berbeda dengan dirimu. Toh, Tuhan memang menciptakan kita berbeda-beda. Bagaimana kamu bisa menerima pasanganmu, dan bahkan menemukan belahan jiwamu, jika kamu terus-terusan menginginkan dia menjadi seperti yang kamu mau?Meski ada seseorang yang diciptakan untuk bersamamu, tak berarti segalanya akan sempurna bagi kalian berdua. Perjuangan untuk saling menyesuaikan itu pasti ada.tidak semua hal sesuai dengan ekspektasi kita viagifsgallery.comYa memang benar. Tidak ada salahnya kamu percaya bahwa ada seseorang yang diciptakan Tuhan khusus untukmu. Sosok yang denganmu, kalian akan saling melengkapi. Sosok yang memang diciptakan untukmu, sehingga meski kalian terpisah lautan dan benua, kalian akan tetap dipertemukan. Lalu kamu tinggal menunggu dan mencarinya.Tidak ada salahnya memang. Tapi mempercayaiseseorang hadir ke dunia untuk kita tidak berarti kamu bisa mengharapkan bahwa semuanya akan mudah untuk kalian. Saat dia datang, lantas hari-harimu hanya akan dipenuhi bahagia. Tidak pernah ada masalah, karena dia memang orang yang pas. Tapi bukankah cinta dan sebuah hubungan memang perlu perjuangan? Termasukperjuangan untuk menerima segala kekurangan yang adapada pasangan kita?Jika selama ini pencarianmuberakhir tanpa arti, barangkali kamu mencari di tempat yang salah. Tak perluterlalu jauh mencari, mungkin dia adalah yang selama ini sudah di dekatmu.tak perlu jauh-jauh mencari viawww.confusedsandals.comSetelah sejauh ini dan se-lama ini, apakah pencarianmu belum menunjukkan hasil? Tidak perlu semakin galau dan gelisah. Pertama-tama, sadarilah bahwa mungkin saja kamu mencari di tempat yang salah. Bisa sajakamu terlalu jauh mencari sosok yang sempurna, padahal dia yang ada di dekatmu saat ini bisa jadi justru orang yang akan menemanimu selamanya.Belahan jiwa tak bisa tiba-tiba ada. Jika kamu sudah menemukan sosok baik yang membuatmu nyaman, coba pertahankan dan cari tahu apakah dia belahan jiwamu atau bukan.semua ada prosesnya viaimgfave.comKamu percaya pada belahanjiwa. Lalu kamu meyakini bahwa saat dia tiba, kamu akan seperti mendapat bisikan dari surga. Sekali melihat, kamu langsung tahubahwa dialah orang yang selama ini kamu cari-cari. Hei, sekarang sudah saatnyakamu bangun dari mimpi. Kalau dari rumus umumnya, cinta itu memang dari mata turun ke hati. Tapi untuk pasangan hidupmu selama-lamanya, apakah kamu hanya ingin mempertimbangkan mata saja?Untuk menemukan apakah seseorang itu belahan jiwamu atau bukan tentu tidak bisa dengan sekali lihat. Kamu perlu waktu untuk mengenal, mencintai, mempertahankan, jatuh dan bangkit lagi bersama-samaTak ada orang yang tercipta sepenuhnya sempurna untuk satu sama lain. Tapi bahagia bisa datang dari dua hati yang saling mengerti dan mau memahami.ketidaksempurnaan bisa jadisempurna saat dijalani dengan sabar viatwcommanalysis.tumblr.comSaat Tuhan menciptakan seseorang untukmu, pastinya dia adalah orang yang sempurna untukmu. Dia adalah orang yang seratus persen cocok denganmu. Karena itulah hidup kalian akan baik-baik saja, karena dia memenuhi semua ekspektasimu dan sebaliknya.Tapi kamu harus tahu, tak ada orang yang sepenuhnya cocok satu sama lain. Pasti ada hal-hal yang dari seseorang yang tidak disukai oleh pasangannya. Pasti ada kekurangan dari seseorang, yang mungkin bisa saja dimiliki oleh orang lain. Tapi yakin saja bahwa bahagia bisa tercipta meski kalian tidak seratus persen cocok. Rasa cocok itu justru akan muncul saat kamu dan dia berhasil melewati ketidakcocokan-ketidakcocokan dalam sebuah hubungan.Tak perlu khawatir atau terburu-buru. Buka saja hatimu, karena barangkali saja dia memang sudah ada di dekatmu.barangkali dia sudah ada di dekatmu selama ini viapotentialbreakupblog.tumblr.comJodoh memang perlu dicari, karena tidak datang sendiri. Tapi ada kalanya dia datang saat kamu berhenti mencari.Mungkin selama ini kamu menutup diri pada orang-orang di sekitarmu, dan justru mencari dia-dia yang jauh darimu. Yang perlu kamu lakukan hanya, tentu saja, membuka mata dan hatimu. Karena barangkali dia sudah ada di sekirtar sini. Di dekatmu, tapi kamu saja yang belum menyadarinya.Belahan jiwa barangkali memang tak ada. Tapi saat kamu bisa menerima pasanganmu apa adanya, dan percaya bahwa setia orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, mungkin saat itu kamu sudah menemukan belahan jiwamu. Tidak perlu jauh-jauh mencari. Karena bisa jadi dia sudah bersamamu saat ini.

Usia yang makin dewasa membawa banyak
konsekuensi di baliknya. Harus mulai
bertanggung jawab pada kehidupan diri sendiri,
lebih bisa diandalkan oleh orang-orang terdekat,
sampai hal yang lazim dianggap sebagai penanda
kedewasaan di Indonesia: menikah dan
membangun keluarga.
Seiring usiamu yang semakin bertambah dewasa,
dorongan untuk menikah bisa datang dari mana
saja. Orang terdekat kerap dengan ringan
mengatakan,
Akhirnya, kamu yang awalnya belum tergerak
untuk menikah pun merasa harus segera
mengambil langkah. Ribut cari calon, ribet
mempersiapkan pesta perhelatan, hingga
merepotkan kawan dan kerabat seperjuangan.
Padahal pernikahan bukan lomba lari yang
kemenangannya dihitung berdasarkan waktu
tercepat sampai di garis finish .
Sebab pernikahan lebih dari sekadar pesta
sebagai ratu dan raja dalam semalam di artikel
iniHipwee ingin sedikit mengajakmu berpikir.
Dengan keyakinan menikah yang sudah
menggebu macam itu, cukup siapkah dirimu?
1. Megahnya pesta
resepsi hanya bertahan
semalam saja. Pertanyaan
setelahnya: cukupkah
uang simpananmu untuk
membayar semua tagihan
rumah tangga?
Kamu memang tak perlu khawatir berlebihan soal
uang. Kamu tak perlu terlalu cemas dengan
bagaimana nanti soal uang belanja bulanan, uang
persalinan, uang susu, uang cicilan rumah atau
mobil. Kata orang, rejeki akan selalu datang,
bahkan berlipat ganda setelah menikah nanti.
Tapi, bukan berarti kamu jadi asal nekat saja.
Jika kamu saat ini saja belum punya penghasilan
yang mumpuni, pekerjaan masih belum tetap,
penghasilan yang tak menentu, apakah kamu
yakin sanggup mengarungi biduk rumah tangga
tanpa adanya uang yang cukup? Jangankan untuk
menikah, orangtua pacarmu pun akan ragu
memberimu restu untuk menikah.
Jangan memaksakan diri untuk menikah jika
kamu memang belum cukup yakin dengan
kesiapan materimu. Kamu perlu menyiapkan dan
memikirkannya baik-baik. Jangan salah, banyak
permasalah rumah tangga yang muncul karena
disebabkan soal ekonomi. Jadi, kalau memang
belum siap, jangan coba-coba untuk nekat
menikah.
2.Konon pernikahan bisa
membuka seluruh tabir
manusia. Kamu harus
siap menerima suami dan
istrimu dalam setiap
kurang pun lebihnya
Sudah menjalin hubungan bertahun-tahun, dan
terbiasa menjalani hari-hari bersamanya bukan
berarti kamu pasti sudah siap untuk hidup
bersama pasanganmu seumur hidup. Kalaupun
kamu dan dia sudah merasa saling cocok satu
sama lain, jangan cepat ambil kesimpulan bahwa
kamu sudah siap lahir batin untuk tinggal satu
atap dengannya.
Kamu perlu menyiapkan mentalmu untuk hal
seperti ini. Siapkah kamu menemukan gadis yang
selama ini tampil sempurna dengan alis yang
selalu paripurna mendengkur di sisimu? Cukup
sabarkah kamu menerima kebiasaan suamimu
yang ternyata suka membawa makanan ke atas
tempat tidur dan membuat sprei yang baru kamu
ganti kembali terkotori?
Saat berumah tangga nanti, hal-hal kecil macam
ini bisa meletup jadi masalah. Jika kamu tak
benar-benar mempersiapkan mental dewasamu
untuk menghadapinya, rumah tanggamu bisa
berantakan hanya karena kamu tak bisa
menerima masalah-masalah kecil. Siapkan dulu
mentalmu, apakah kamu sudah cukup yakin
hidup bersama dia sebagai suami istri nanti.
Sebelum saling memperbaiki diri dan menyiapkan
mental, jangan terburu-buru mengikat janji.
3. Pernikahan bukan
cuma soal dua kepala.
Berani menikah berarti
sudah cukup dewasa
untuk berlaku adil bagi
kedua belah keluarga
Menikah tidak sesederhana ekuasi 1+1= 2 .
Selepas menikah akan ada beban yang lebih berat
tersandang di atas pundakmu. Tak hanya punya
kewajiban sebagai suami atau istri, kamu pun
punya kewajiban baru sebagai anak dan
menantu. Pertanyannya, sudahkah kamu siap
membagi ruang dalam kepalamu untuk tanggung
jawab sebanyak itu?
Kamu tak akan lagi bisa seenaknya pulang malam
karena ingin nongkrong dengan teman, sebabdi
petang yang sama ibu mertuamu butuh bantuan
mempersiapkan arisan. Saat rasa ingin
menyendiri datang kamu pun tak lagi bisa dengan
ringan ambil kunci mobil untuk randomjalan-jalan
— ada kebutuhan pasangan yang harus kamu
siapkan.
Jika sampai hari ini prioritasmu masih berpusat
pada diri sendiri, keinginan menikahmu perlu
dipikirkan lagi baik-baik. Cinta saja tak pernah
cukup untuk membuat sebuah pernikahan
berjalan langgen. iperlukan kerendahan hati yang
amat sangat untuk mampu tak lagi hanya
mementingkan diri sendiri.
4. Menikah memang tidak
membatasi langkahmu
mewujudkan mimpi-
mimpi. Hanya saja kamu
harus siap bekerja lebih
keras lagi
Menikah memang bukan harga mati bagimu yang
masih ingin memperjuangkan mimpi. Buktinya
banyak orang yang masih bisa mewujudkan
impian besarnya walau sudah berumah tangga.
Kehadiran pasangan justru bisa jadi tambahan
semangat dan pengingat handal saat rasa malas
melanda.
Tapi seperti seorang nahkoda kapal yang harus
mempertimbangkan banyak hal dalam setiap
pelayaran, kini otakmu tidak bisa lagi berjalan
hanya dalam satu koridor saja, Banyak hal yang
harus kamu pertimbangkan dalam berbagai
keputusan. Keinginan suami dan istrimu juga
harus masuk dalam ekuasi sebelum sebuah
keputusan keluar.
5. Menikah memang tak
akan mengekangmu, tapi
sudah siapkah dirimu
untuk merasa tak lagi
bisa sebebas dulu?
Menikah memang bukan bertujuan untuk
mengekang kebebasanmu. Tapi saat sudah
menikah nanti, sudah pasti kebebasan dirimu
sendiri sudah akan semakin berkurang. Sebelum
kamu membulatkan tekad untuk menikah, gak
ada salahnya kamu memuaskan segala
keinginanmu terlebih dahulu.
Berpuas-puaslah dengan dirimu sendiri sebelum
kamu harus mengikat dirimu dengan
pasanganmu nanti. Jangan sampai saat kamu
sudah menikah nanti merasa iri hati pada teman-
temanmu yang masih bisa bebas berkelana dan
bersenang-senang dengan dirinya sendiri.
Tanyakan pada dirimu sendiri, sudah siapkah
dirimu untuk menahan keinginanmu pribadimu
demi keluarga kecilmu nanti? Jika kamu masih
terlalu berat untuk menjawab iya, kamu tak perlu
memaksakan diri untuk menikah.
6. Keyakinan dan
kemantapan juga harus
kamu persiapkan.
Apakah kamu yakin
dialah orang yang tepat
mendampingimu
melewati semua episode
kehidupan?
Sudah cukup mantapkah kamu dengan pilihanmu
saat ini? Apakah kamu sudah yakin bahwa
pasanganmu saat ini adalah orang yang terbaik
untuk kamu jadikan pasangan hidupmu kelak?
Pacaran lama bukan jaminan kalau dia pasti akan
jadi pasangan hidup yang layak untukmu. Nggak
salah kok jika kamu masih menyisakan keraguan
padanya, dengan begitu kamu bisa lebih banyak
mencari tahu dan memahami pasanganmu itu.
Untuk memahami bagaimana pasanganmu, kamu
memang tak harus berlama-lama berpacaran,
bahkan tanpa proses pacaran pun kamu bisa saja
langsung menikah dengannya, asalkan kamu
benar-benar mantap dan yakinbahwa dia adalah
orang yang layak untukmu. Pastikan dia adalah
orang yang baik, bertanggung jawab dan bisa
bekerjasama mengarungi bahtera rumah tangga
bersamamu nanti.
Jangan terburu-buru menikah hanya karena
kamu memang sudah punya pacar. Jangan juga
terburu-buru yakin menikah dengan orang yang
melamarmu hanya karena kamu merasa
mumpung ada yang mau melamarmu. Tapi
yakinlah untuk menikah saat kamu sudah
menemukan orang yang tepat untuk menjadi
suami atau istrimu.
7. Pernikahan tak
ubahnya teater yang
membuatmu harus lihai
bermain peran. Kamu
harus siap menghadapi
segala kemungkinan
Menikah berarti juga harus siap untuk
menyandang peran baru, sebagai suami, ayah,
istri, ibu dan bahkan menantu. Siapkahdirimu
dengan peran baru yang akan kamu lakoni nanti
setelah naik pelaminan? Peran barumu nanti tak
main-main, tanggung jawab, konsekuensi, dan
komitmen harus siap kamu hadapi.
Kamu suka dengan anak kecil bukan berarti
kamu siap jadi ayah atau ibu. Tujuan menikah
bukan hanya karena ingin segera menimang
momongan saja, tapi kamu juga harus siap
mental menjadi orangtua yang mampu menjaga,
merawat, serta mendidik anakmu dengan setulus
hatimu.
8. Ikatan pernikahan
tidak sepaket dengan
kata putus saat dilanda
masalah dan kebosanan.
Sudahkah kamu siap jika
harus sekuat tenaga
mempertahankan
hubungan?
Seperti apa yang dikatakan oleh pembaca di atas.
Menikah sudah tentu sangat jauh berbeda dengan
saat masih pacaran. Saat pacaran kamu masih
punya kebebasan untuk mundur, tapi itu tidak
bisa saat kamu menikah nanti.
Ketika kamu menikah, mau tak mau kamu harus
jadi orang yang dewasa dalam bertindak. Kamu
harus punya kesabaran dan kemampuan untuk
mengontrol emosimu. Kamu tak lagi bisa tiba-tiba
minta bercerai hanya karena masalah kecil
sedang menimpa rumah tanggamu. Kamu tak bisa
seenaknya saja mengumbar permasalahan rumah
tanggamu ke media sosial saat emosimu sedang
memuncak.
Jika kamu memang belum bisa bersikap dewasa,
perbaikilah dulu sikapmu sebelum akhirnya
kamu menikah. Belajarlah semampumu untuk
bisa menahan dan mengontrol emosimu, karena
kedewasaanmulah yang bisa menguatkanmu
untuk menjalani mahligai pernikahan.
9. Sebelum memutuskan
melangkah ke pelaminan
pastikan dulu kamu
sudah benar-benar
selesai dengan diri
sendiri. Siapkan dirimu
dengan cara
memantaskan diri
Sebagai seorang pasangan suami istri, kamu dan
pasanganmu memang punya banyak tuntutan
untuk bisa saling melengkapi saat berumah
tangga nanti. Kamu tak lagi hanya peduli pada
dirimu sendiri, tapi kamu juga harus peduli
dengan pasangan dan rumah tanggamu.
Mungkin finansialmu sudah siap, mentalmu pun
juga sudah yakin untuk menjalani pernikahan.
Tapi apakah kamu sudah cukup pantas untuk
menjadi suami atau istri orang? Siapkah dirimu
untuk menjadi ibu rumah tangga yang harus
dituntut bangun pagi menyiapkan segala
kebutuhan suamimu? Siapkah dirimu untuk jadi
suami yang mau membantu istrimu saat sedang
kerepotan mengurus rumah tangga?
Sebelum kamu merasa cukup pantas untuk jadi
seorang suami atau istri, pastikan kamu sudah
cukup mampu untuk menata dan memantaskan
dirimu. kamu tak perlu terburu-buru mengikat
janji pernikahan jika kamu memang belum siap.
10. Menikah akan
menyadarkanmu bahwa
hidup kini tak lagi hanya
tentang diri sendiri.
Cukup besarkah hatimu
untuk terus memberi dan
berbagi?
Tyas, 24, Jakarta
Ada hal-hal yang harus rela kamu tanggalkan saat
kamu memutuskan untuk menikah nanti. Salah
satunya seperti kasus yang dialami oleh pembaca
di atas. Ketika kamu benar-benar sedang
mencintai pekerjaanmu, terlebih jika itu adalah
karir impianmu, kamu tak akan bisa mudah
melepaskannya begitu saja. Butuh kesiapan yang
tak main-main untuk rela menanggalkan semua
yang sudah kamu raih selama ini.
Jika kamu masih merasa ingin melakukan banyak
pencapaian dalam karirmu, kamu tak perlu
khawatir dan terburu-buru untuk memutuskan
menikah. Gelutilah dulu apa yang sudah menjadi
impianmu. Tuntaskan dulu segala hasrat dan rasa
ingin tahumu.
Tidak ada yang salah dengan menjadi seseorang
yang memilih fokus pada sisi lain kehidupan
selain perasaan. Kamu berhak untuk menikmati
beragam sisi menyenangkan yang kehidupan ini
tawarkan.
Tak ada yang salah dengan menunda atau
menyegerakan sebuah pernikahan. Pada akhirnya
pernikahan bukan tentang seberapa cepat kamu
menemukan pasangan, melainkan seberapa
tangguh kah kalian menghadapi segala cobaan
yang mungkin muncul di masa depan.
Jadi gimana, sudahseberapa jauhkah dirimu
mengambil ancang-ancang? Benar-benar sudah
siapkah kamu menghadi gerbang pernikahan?

Jodoh Tidak Perlu Dicari, Yang Penting Kamu Memantaskan Diri148,821 sharesNendra Rengganis|Agu 12, 2014|FollowBagikandi TwitterBagikandi Facebook(148.8K)Jodoh dansoulmateadalah konsep absurd yang sering membuat orang galau. Apalagi, dalam masyarakat kita jodoh dan pernikahan seakan menentukan keberhasilan seseorang. Saat sudah mencapai umur yang dianggap siap untuk menikah, tidak jarang kamu dihampiri pertanyaan, “Mana calonnya?” dan “Kapan nikah?”Dampaknya, banyak dari kita yang panik mencari saat merasa belum juga menemukansoulmate. Mulai dari minta dikenalkan teman, pasrah dijodohkan oleh orang tua,hingga ikut kontak jodoh di internet. Memang benarya jodoh dansoulmateharus dicari? Tidak adakah cara lain untuk mendapatkannya? Hmm…memantaskan diri, misalnya?Terus Fokus MencariSoulmateJustru Akan Membuat Kita Lebih Rentan TersakitiTerus mencari pasangan sejiwa justru bisa membuat kita tersakiti viahappilydivorcedandafter.comSoulmateatau belahan jiwa jadi hal yang ingin didapatkan oleh hampir semua orang. Memang kedengarannya menyenangkan sih, saat kamu punya seseorang yang memahami dan selalu ada di sisimu.Demi mendapatkansoulmate-nya tidak jarangorang akan rela mengorbankan banyak hal. Tapi pernahkah kita bertanya mengenai validitas konsep ini? Apakah benar ada individu lain yang akan benar-benar memahami kita sampai ke titik terdalam?Sebuah penelitian yang diterbitkan olehJournal ofExperimental Psychologyjustru menunjukkan bahwa konsepsoulmatesebenarnya hanya ilusi. Mempercayai konsep ini akan membuat seseorangtidak bisa menjalani hubungan romantis yang sedang dijalaninya dengan maksimal.“Saat seseorang mempercayai bahwapasangannya adalahpasangan jiwa dan mereka “tertakdirkan”, biasanya pasangan ini akan lebih tidak bahagia. Mereka juga akan menghadapi risiko lebih besar untuk berpisah.”Menganggap pasanganmu sempurna adalah awal dari bencana viaimgur.comKetika kita mempercayai konsepsoulmate, kita akan rentan menganggap pasangan yang sedang bersama kita sebagai orang paling sempurna bagi kita. Dalam hubungan yang dianggap sudah “tertakdirkan”, akantercipta pemahaman bahwa hubungan tersebutharus bebas dari konflik. Padahal, konflik adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah hubungan.Dampaknya, setelah masa “bulan madu” lewat dan konflik mulai bermunculan, pasangan yang merasa sudah menemukan belahan jiwanya tersebut akan terkejut saat melihat ketidaksempurnaan pasangan.“Ketika kenyataan dalam hubungan menunjukkan sebaliknya, maka pasangan jenis ini akan lebih tersakiti.”Jika Diam Saja, Apakah Jodoh Akan Datang Sendiri?Jika hanya diam, akankah dia datang? viathoughtcatalog.comLalu bagaimana dong agar kita bisa menemukan pendamping? Haruskah kita hanya duduk di rumah, diam dan berdoa sembari menunggu jodoh datang? Tentu tidak, dong.Sebenarnya proses menemukan jodoh itu tidak jauh berbeda dari pendakian gunung.Demi mencapai puncak, kamu harus terus melangkahkan kaki. Akan ada berbagai jalan menanjak dan ranting besar yang harus dilewati.Kamu bisa memilih berhenti dan membalikkan badan untuk kembali atau terus memaksakan diri agar tetap melangkahkan kaki. Jika kamu memilih untuk terus berjalan, pelan-pelanpuncak pasti terlihat di hadapan.Hanya saja, ada cara lain yang lebih elegan dari sekedar mencari jodoh. Kamu tidak perlu heboh seperti anak ayam kehilangan induk hanya demi menemukan orang yang bisa mengisi hati. Nama cara ini adalah: memantaskan diri.Alasan Kenapa Lebih BaikKamu Fokus Memantaskan Diri:1. Terkadang Jodoh Belum Datang Karena Kita Belum Selesai Dengan Diri SendiriSelesaikan dulu kewajiban dan kejarlah impianmu viamelissacelestinekoh.wordpress.comKamu tidak jelek, pemikiran dan pengetahuanmu pun luas.Tapi hingga hari ini belumada orang yang datang dan mengisi hati. Jika hal ini terjadi padamu, kamu perlu bertanya pada dirimu:“Apakah aku benar-benar sudah selesai dengan diri sendiri?”Terkadang kondisi pribadimulah yang menjadi halangan bagi orang-orang yang tepat untuk datang. Barangkali kamu belum lulus kuliah, atau masih ingin bertualang mencari pekerjaan yang paling tepat untukmu. Semua keinginan pribadi itu akan tercermin dalam perilaku dan kesiapanmu.Daripada sibuk mencari, kenapa tidak berusaha menuntaskan keinginan dan impian pribadi terlebih dahulu? Selesaikanlah semua ambisi dan egoisme personalmu. Setelah urusan dengan dirimu sendiri benar-benar tuntasbarulah kamu akan mampu menciptakan ruang untuk orang lain.2. Meningkatkan Kualitas Diri Akan Membuatmu Lebih Menarik Dan Merasa SiapKamu akan lebih siap dan terlihat lebih menarik viasparselyvegetatedeyelashes.blogspot.comPernah gak kamu merasa tidak memiliki apapun untuk dibanggakan? Kamu tidak punya pencapaian, tidak ada gairah besar dalam dirimuyang benar-benar membuatmu merasahidup.Saat kamu sedang berada dalam titik ini biasanya kepercayaan dirimu pun akan sedikit luntur.Seseorang yang tahu benar apa yang ingin dikejarnya akan terlihat lebih menarik di mata orang lain. Ia yang fokus mengejar impiannya sudah mengerti apa yang harus dilakukan, orang macam apa yang layak mendampingi serta hubungan romantis macam apa yang harus dihindari.Pribadi dengan visi yang jelas tentu tampak lebih menjanjikan dibanding orang yang masih belum tahu akan membawa hidupnya ke arah mana. Tidak hanya membuatmu lebih menarik di mata orang lain, fokus menambah kualitas diri juga akan membuatmu merasa lebih siap.Kamu sudah tahu akan mengarahkan kemudi hidupmu, kini saatnya adaorang yang mendampingimu.3. Saat Kamu Sudah Berada Di Jalur yang Tepat, Mereka yang Datang Juga Akan Lebih TepatSaat jalanmu sudah tepat, mereka yang datang juga akan lebih tepat viawww.nanyangchronicle.ntu.edu.sgKamu sudah yakin sepenuh hati akan mengambil pendidikan Master di Jurusan Jurnalistik dengan spesifikasi Penulisan Kreatif. Untuk sementara waktu kamu melupakan urusan hati dan fokus pada pendidikanmu. Waktumu benar-benar kamu manfaatkan untuk belajar dan mengejarpassion-mu.Dengan perjuangan yang tidak ringan, kini hidupmu sudah berada di jalur yang selama ini kamu idamkan. Kamu sudah diterima di universitas dan jurusan idaman. Tidak hanya itu, ditengah kesibukan kuliah kamu juga bekerja di media lokal. Tulisanmu mulai muncul dan dibaca orang.Selalu ada hal baik bagi orang-orang yang melakukan hal baik. Kamuyang sudah berusaha membawa hidup kearah yang lebih sesuai panggilan hati juga akan didatangi oleh mereka yang layak mendampingi. Tidak akan ada lagi orang-orangrandomyang mendekatimu.Mereka yang datang di saat arah hidupmu sudah terang kemungkinan besar adalah orang yang juga punya arah hidup yang sama denganmu. Atau paling tidak, bersama dia kamu bisa berjalan beriringan mencapai impian.4. Datang Disaat Kamu Sudah Siap Akan Membuatmu Lebih TerhormatDatanglah saat kamu sudah siap, dengan terhormat viarandyaprizaakbar.comBuat para laki-laki yang galau karena masih belum punya pacar, ada baiknya kamu mengubah pola pikir. Daripada merana sepanjang hari karena merasa sepi, kenapa tidak kamu manfaatkan waktumu untuk memperbaiki diri? Seperti yangHipweejabarkandisini, di luar sana masih banyak kegiatan yang lebih bermanfaat dari sekedar pacaran, kok.Datang ketika kamu sudah benar-benar siap akan membuatmu jadi pribadi terhormat yang memang layak diperhitungkan. Kamu tidak perlu membuang waktu mengejar gadis yang jual mahal terus itu. Tidak usah pula kamu habiskan rayuanmu untukmenjadikannya pacarmu.Sumpah deh — lebih baik kamu ikut Muay Thai kek, gabung klub menulis, atauikut komunitas film dokumenter. Gunakan waktu yang kamu miliki untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.Ketika kelak kamu mendatangi gadis yang kamu sukai dengan perbekalan yang sudah lengkap, kamu tidak akan lagi dipandang sebelah mata. Dengan fokus memantaskan diri kamu juga akan merasa tidak harus bertaruh banyak saat kelak mendatangi diayang membuatmu tertarik.Toh kamu datang dengan kualitas yang oke, kalau ditolak ya dia yang rugi!5. Meminta Pasangan Menerimamu Apa AdanyaAdalah Hal yang EgoisKalau kamu masih suka menuna, jangan kaget kalau dapat pasangan yang juga gemar menunda pekerjaan viawww.nanyangchronicle.ntu.edu.sgKamu pasti tahu kan lirik Lagu Tulus yang ini?:Jangan cintai aku apa adanya ooooh jangan. Tuntutlah sesuatu, biar kita jalan kedepan.Kalau belum tahu, silahkan cari albumnya. Murah kok, jangan download bajakan ya!.Menjadi orang yang tidak mau meningkatkan kualitas diri adalah bentukegoisme terhadap calon pasangan. Kamu ingin pasangan yang sempurna, sementara kamu sendiri tidak mau melakukan apapun untuk mencapainya. Ketika kelak akhirnya (kamu beruntung) pasanganmu yang “wow” itu datang, apa dia nggak kecewa lihat kamu yang nggak ada apa-apanya ini?Punya keinginan kuat untuk terus memperbaiki diri juga jadi modal awal bagi langgengnya hubungan. Seseorang yang mau terus meningkatkan kualitasnyaakan lebih mudah belajar beradaptasi dengan pasangannya kelak.6. Bukankah Pada Akhirnya Jodoh Adalah Cerminan Diri?Akhirnya jodoh adalah cerminandiri, kan? vianadiaikayanti.wordpress.comLihat deh ayah-ibu kita atau pasangan suami istridi sekelilingmu. Jika kamu mengamati dengan seksama, biasanya mereka adalah 2 pribadi yang mirip dalam pandangan hidup tapi punya sifat yang saling melengkapi. Begitu pula yang kemungkinan besar akan terjadi padamu.Jodohmu adalah cerminan dirimu sendiri. Mereka yang datang tidakakan jauh-jauh dari upayamu memperbaiki diri selama ini. Kalau kamu mau dapat pasangan yang pintar masak, kamu harusfairdong! Langkahkan juga kakimu ke dapur dan belajarlah memasak.Kalau kamu mau dapat pasangan yang cerdas dan gemar membaca, ya masa kamu mau cuma duduk diam sambil ongkang-ongkang kaki? Perbanyak juga referensimu soal bahan bacaan, agar kalian bisa hangat berbincang.Dia yang “tertakdirkan” untukmu tidak akan jauh dari upayamu mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik. Tuhan tidak pernah main-main denganjanjinya.Gimana? Masih mau galau dan heboh berusaha cari pacar, atau mau mulai memantaskan diri aja nih mulai sekarang?

15. Patah Hati Sampai TidakLagi Percaya CintaPatah hati parah sampai lupa rasanya jatuh cinta viawww.merdeka.comTidak sedikit orang yang mengalami patah hati parah di usia 20-an. Putus cinta di usia ini memang paling menyakitkan. Bagaimana tidak, saat seharusnya kamusudah memasuki hubungan yang berorientasi serius —eeh malah kandas.Sakitnya patah hati akan membuatmu memandang hubungan romatis dengan pahit. Kamu memilih untuk meredam semua rasa cinta di hati, karena ingin melindungi diri dari rasa sakit yang sama. Kamu merasa bisa dan mampu hidup sendiri, karena pendamping hanya akan meyakiti.Tapi, suatu hari dia yang tertakdirkan akan datang dan membuatmu percaya lagi kok! Bersabarlah dan tetap jalani kehidupanmu sebaik mungkin ya sampai saat itu tiba.16. Satu Persatu, Teman-Temanmu Mulai MenikahBanyak temanmu mulai menikah viaexposuraphoto.blogspot.comUndangan pernikahan dari teman sejawat sudah menyapamu setiap minggu. Selain menekuni hobi dan jalan-jalan, kondangan juga jadi agenda wajib di akhir pekan. Kamu akan datang keacara seremoni pernikahan mereka, mengucap selamat dan jadi saksi babak baru hidup yang akan segera dimulai.Dalam hati, kamu akan bertanya:“Apakah kamu siap mengambil langkah besar yang sama dalam waktu dekat?”.17. Postingan Facebook danPath Dipenuhi Foto Pernikahan, Cerita Kehamilan dan Foto BayiFoto tentang kehamilan memenuhi media sosial viachristymwong.wordpress.comDulu postingan di media sosial sebatas lagi makan dimana atau mendengarkan musik apa. Sekarang, semuaberubah. Isi lini masa media sosialmu dipenuhi foto pernikahan si X, si V yang cerita soal kehamilan atau foto anak si Y yang baru lahir. Kalau kamu sudah menikah dan menanti anak, hal ini akan terasa natural saja bagimu.Tapi kalau kamu masih melajang maka kamu akan merasa….tua. Dan bertanya-tanya:“Mereka yang terlalu cepat mengambil langkah, atau aku yang tertinggal?”.18. Ditinggalkan Teman dan Keluarga TercintaPedih kehilangan keluarga tercinta viaresep-kuliner-terbaik.blogspot.comAda kalanya kamu akan kehilangan teman, karena sudah tidak lagi sering berhubungan. Kamu akhirnya sadar bahwa hubungan pertemanan butuhusaha dari semua pihak. Dan memang, ada beberapa ikatan yang tertakdirkan longgar lalu hilang.Kamu mulai tahu bahwa tidak ada perkawanan yang layak diperlakukan seenaknya. Secara rutin kamu akan menanyakan kabar teman-temanmu, menyapa mereka ditengah kesibukanmu.Momen besar juga akan terjadi dalam kehidupanmu. Ketika anggota keluarga yang kamu kasihi harus pergi selamanya dari hidupmu. Kamu akan jatuh, sedih, tapi pada ujungnya sadar:keluarga pantas jadi prioritasmu nomor 1, sebelum kamu kecewa karena mereka pergi lebih dulu.19. Perlahan, Semua Pengalaman Merubahmu Jadi Pribadi yang Lebih TenangKamu berubah jadi lebih tenang via500px.comSudah tidak ada lagi drama-drama nggak penting dalam hidupmu. Semakin dewasa, kamu belajar menghadapi semuanya dengan kepala dingin. Rasionalitas mengalahkan emosi dan egoisme. Hidupmu sudah cukup melelahkan dengan segala rutinitasnya, kamu cuma ingin punya hidup yang tenang dan terkendali.20. Pada Akhirnya Kamu Belajar Tentang Hal yang TertakdirkanBeberapa hal memang sudah tertakdirkan vianaluritafani.blogspot.comKamu tidak lagi keras kepalaatas apa yang kamu mau. Jika dulu kamu akan ngotot sampai keinginanmu terpenuhi, sekarang kamu akan lebih menerima jika ada hal yang tidak berjalan sesuai rencanamu. Kamu yakin, bahwa ada hal-hal yang memang tertakdirkan dan pasti terjadi.Sementara beberapa hal lain,yang tidak tertakdirkan, sepatutnya diikhlaskan saja.Kamu mulai mempercayai kekuatan besar diluar dirimuyang jadi penentu penting kemana hidupmu akan berjalan. Demi menciptakan ketenangan dalam dirimu, kamu akan mendekatkan diripada Sang Maha Besar itu lewat berbagai cara.Nah, itu tadi hal-hal yang berubah dalam kehidupan seseorang saat usianya mencapai 20-an. Sesuai atau tidak dengan kehidupanyang sedang kamu jalani saat ini?

Makanya pilih istri dilihat dari agamanya.

Ibadah : jodoh di tangan tuhan.
Duniawi : kamu udah punya apa?.

Jangan jadikan agama sebagai alasan untuk menikah, karena agama tidak menyuruh umatnya untuk menyegerakan pernikahan, agama hanya landasan menjalankan pernikahan, lagipula agama juga memiliki hukumnya sendiri dalam melaksanakan pernikahan (sunah, makruh, haram). Pernikahan bisa di artikan sebagai jalan untuk menghindari maksiat, ketika seseorang menikah hal itu di dasari atas kesiapan dan kemauannya sendiri.

Tujuan Pernikahan Dalam Al QuranAssalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhDan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya)lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Nur: 32).Anjuran melaksanakan nikah dalam Al-Qur’an mengandung beberapa tujuan baik tujuan yang bersifat pisik maupun yang bersifat moral. Tujuan yang bersifat pisik adalah untuk menyalurkan hasrat biologis terhadap lawan jenis dan juga mengembangkan keturunan sebagai pelanjut tugas kekhalifahan manusia di muka bumi.Adapun tujuan moral dari pernikahan adalah untuk melakukan pengabdian kepada Tuhan dengan sebaik-baiknya dan dengan pengabdian ini akan diharapkan adanya intervensi dalamkehidupan berkeluarga yang akhirnya akan melahirkan generasi-generasi yang taat dan shalih.Sakralnya tujuan yang terkandung dalam pernikahan menunjukkan bahwa pernikahan bukanlah sekadar uji coba yang bilamana tidak mampu melanjutkannya dapat diberhentikan dengan seketika yang seolah-olah perceraian adalah sesuatu yang lumrah. Banyaknya terdapat persefsi yang seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memandang bahwa perniakhan hanya merupakan persoalan biologis semata.Berdasarkan tujuan inilah maka menghadapi pernikahan harus dilakukan dengan kematangan baik kematangan dari segi material terlebih lagi dari segi moral. Dengan kata lainmendapatkan kedewasaan sebelum menikah lebih baik daripada mendapatkannya sesudah menikah.Urgensi kematangan sebelum menikah ditandai dengan proses-proses yang harus dilalui secara berurutan seperti meresek, menanya, meminang, nikah gantung dan nikah sebenarnya. Hal ini dilakukan supaya calon suami-isteri benar-benar matang dalam mengayuhkan rumah tangganya karena proses-proses yang disebutkan tadi masih memberikan peluang untuk mengundurkan diri dari pernikahan sebelum sampai kepada pernikahan yang sebenarnya karena pengunduran diri (cerai) pasca pernikahan yang sebenarnya dapat menimbulkan korban beberapa pihak seperti keluarga dan anak-anak.Anjuran pernikahan dalam Al-Qur’an adalah anjuran yang penuh dengan persyaratan sehingga tujuan-tujuan dari pernikahan disebutkan secara tegas dalam Al-Qur’an sekalipun sifatnya masih global. Tujuan-tujuan pernikahan inilah yang seharusnya dijadikan bahan evaluasi baik oleh orang tua calon maupun para calon itu sendiri untuk menentukan kadar kemampuannya dalam menghadapi pernikahan. Nampaknya tujuan-tujuan inilah yang mendasari para orang tua dahulu membuat semacam proses untuk sampai kepada pernikahan yang sebenarnya agar tujuan-tujuan dimaksud dapat direalisasikan dalam rumahtangga.Adapun mengenai faktor biologis maka Nabi Muhammad memberikan solusi alternatif yaitu dengan melaksanakan puasa bagi yang tidak punya kemampuan untuk meredamnya. Sebaliknya Nabi Muhammad mengecam orang-orang yang punya kemampuan dalam berbagai aspek untuk menikah tapi tidak melaksanakannyadianggap sebagai orang yang antiterhadap sunnahnya. Berdasarkan hal maka pihak ketiga harus pula berperan aktif untuk mencarikan jodoh bagi orang-orang yang sangat sulit untuk mendapatkannya.Tujuan PernikahanTujuan-tujuan pernikahan sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an adalah untuk mendapatkan surga dan ampunan Tuhan, untuk menjalankan hukum-hukum Tuhan dan mendapatkan karunia Tuhan (lihat Q.S. 2: 221, 230, Q.S. 24: 320). Adapun tujuan-tujuan yanglain seperti mengembangkan keturunan dan menyalurkan kebutuhan biologis adalah tujuan yang paling asasi dan sekiranya Al-Qur’an tidak menyebutkannya maka dipastikan bahwa tujuan yang seperti ini sudah lumrah berlaku.Tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapatkan surga dan keampunan Tuhan sekalipun pernyataan ini tidak secara langsung ditegaskan dalam Al-Qur’an. Larangan Al-Qur’an menikah dengan orang-orang musyrik -walaupun mereka mengagumkan dalam berbagai aspek- didasarkan kepada kekhawatiran bahwa mereka akan menarik pasangannya yang mukmin ke neraka sedangkan Allah mengajak kepada surga dan keampunan.Ayat ini dapat dipahami bahwa menikah dengan orang-orang musyrik tidak direstui oleh Allah sedangkan menikah dengan orang-orang mukmin sudah pasti diridhai-Nya. Oleh karena itu menikahi orang-orang yang diridhai oleh Allah adalah merupakan aturan yang wajib diindahkan sehingga implikasi yang akan diperoleh ialah mendapatkan surga dan keampunan.Tujuan pernikahan selanjutnya adalah untuk menegakkan hukum-hukum Allah karena lebih efektif menegakkannya dengan berteman daripada sendirian. Berdasarkan tujuan ini maka keberadaan teman menikah adalah merupakan mitra dialog yang saling memberikan kontribusi kepada masing-masing pihak dalam berbagai urusan termasuk dalam urusan menegakkan hukum-hukum Allah.Menegakkan hukum-hukum Allah dalam kehidupan rumah tangga adalah tanggung jawab bersama suami isteri dan masing-masing pihak seyogianya memberikan kontrol terhadap pasangan masing-masing. Oleh karena itu salah satu pihak dianggap zhalim bilamana mendiamkan pasangannya melanggar ketentuan-ketentuan yang sudah digariskan oleh Allah.Tujuan berikutnya dari suatu pernikahan adalah untuk mencari karunia Allah yaitu berupa rezeki yang halal karena rezeki yang tidak halal tidak termasuk karunia Allah dan pengertian karunia disini dengan rezeki dapat dipahami dengan adanya kalimat fakir (fuqara’) dan kalimat kaya (yughni). Pernyataan ini mengindikasikanbahwa suami isteri tidak boleh bermalas-malasan mencari rezeki karena rezeki adalah salah satu penopang kehidupan keluarga. Kata karunia dalam redaksi ini dapat dipahami bahwa pencarian rezeki harus didasari kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku dan karenanya masing-masing pihak harus selektif agar mendapatkan rezeki yang direstui oleh Allah. Urgensi pencarian rezeki yang halal dan baik akan berimplikasi kepada jiwa dan mental anak sehingga baik tidaknya seorang anak sangat ditentukan oleh nilai hukum rezeki yang diberikan.Tujuan-tujuan dar pernikahan inilah yang seharusnya dipegang teguh secara konsisten oleh pasangan masing-masing sehingga keegoisan dalam mempertahankan dan menerima pendapat serta pemaksaan kehendak tidak seharusnya terjadi dalam kehidupan rumah tangga.Ide-ide yang muncul dari pihak suami atau isteri harus dipikirkan secara rasional tidak dengan emosional dan oleh karena itu setiap ide yang muncul perlu didiskusikan agar memiliki tujuan yang jelas agar pihak lain tidak merasa terpaksa menerimanya dan hal ini adalah merupakan gambaran rumah tangga yang demokratis.PenutupTujuan-tujuan yang terdapat dalam pernikahan sebagaimana yang telah digambarkan oleh Al-Qur’an menunjukkan bahwa perlunya kematangan dan kesiapan mental bagi yang ingin melaksanakan pernikahan.Kematangan dan persiapan menunjukkan bahwa pernikahan yang dilakukan berada pada tataran yang sangat serius yang tidak hanya memperhatikan aspek biologis akan tetapi tak kalah pentingnya ialah memperhatikan aspek psikologi dan dengan berdasarkan inilah diduga kuat bahwa pernikahan dimasukkan ke dalam kategori ibadah.***Oleh Drs. Achyar Zein, M.AgDosen Fak. Tarbiyah IAIN-SU, Pengurus El-Misyka Circle

a)Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan jalan berkembang biak dan berketurunan.b)Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan pandangan dari sesuatu yang diharamkan.c)Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya.

Apa arti keluarga skinah itu?Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari al Qur’an surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.Apa arti mawaddah wa rahmah?Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (Q/30:21).Mawaddahadalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.Waartinya dan,SedangkanRahmah(dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi,Rahmahadalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.Apa ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?Ciri-ciri keluarga skinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: “ empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.”2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah. Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala disisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekuranganmereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT.2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan AllahSWT. Dan lain-lain.10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.Wallahu Alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar