Sebuah film dengan jalan cerita yang baru dan tidak terbayangkan.
Jumat, 23 Desember 2016
Kamis, 22 Desember 2016
Selasa, 20 Desember 2016
Penghasilan besar.
Neang duitmah tanggung jawab lalaki.
Open minded.
So many fucking way.
Maneh neang cara lain selain kuliah.
Berdagang.
Kelas besar.
Skala besar.
Kontribusi besar.
If question.
In some other way.
Your the only one friend is your job, your money.
Ambil sisi positif dari segala hal.
Sabuktina we nu penting nyaho heula elmuna.
Lieur.
Kesuksesan apasih yang akan aku raih ?
Dipikir-pikir urang boga naon .
Dipikir-pikir batur ge boga naon.
Sepele Sih, Tapi 8 Kebiasaan Ini Semuanya Dimiliki Oleh Orang Genius. Kamu Punya Nggak?
5 Agustus 2016
1,463 14
Orang genius adalah orang yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Dalam tes IQ, kamu disebut genius bila hasil dari tesmu berada di atas angka 130. Di dunia akademik, mungkin kamu sudah familier dengan Aristoteles, Albert Einstein, Thomas Alfa Edison dan kawan-kawan, merekalah yang terkenal sebagai orang genius sepanjang sejarah.
Orang genius punya karakteristik bawaan yang mirip satu sama lainnya. Kemampuan otak mereka memang di atas rata-rata, sehingga itu berimbas pada kebiasaan-kebiasaan yang mungkin nggak biasa. Tahu kan kalau orang genius seringnya dianggap gila? Nah, kalau kamu terbiasa melakukan hal-hal di bawah ini, bisa jadi kamu adalah Albert Einstein selanjutnya.
1. Kamu sering merasa dirimu kurang pintar, kurang cerdas, dan nggak mungkin dianggap genius. Yup! Kamu sudah satu langkah menjadi orang genius!
Sering merasa bodoh via confusedlarch.tumblr.com
Sementara orang bodoh selalu penuh keyakinan, orang genius senantiasa penuh keraguan. Begitu juga dengan kecerdasanmu sendiri. Kamu selalu merasa bahwa kamu bodoh, nggak cerdas, dan nggak tahu apa-apa. Tapi justru dari situ kamu berusaha terus mencari tahu dan belajar. Pengetahuan yang kamu punya nggak pernah terasa cukup untukmu sehingga kamu belajar lagi dan lagi. Beda dengan orang yang merasa dirinya sudah pintar, sudah cerdas, dan genius. Keyakinan yang dia miliki membuatnya tidak merasa perlu untuk belajar lagi.
2. Hobi ngobrol dengan diri sendiri? Tenang, kamu nggak gila kok. Kamu super genius, karena bisa menjadikan diri sendiri teman diskusi
Ngomong sendiri via www.myfooddiary.com
Pernahkah kamu mengalami momen-momen di mana kamu ngobrol dengan dirimu sendiri? Seolah sedang berdiskusi dengan orang lain? Lalu diakhiri dengan aksi tepok jidat saat kamu merasa melakukan kesalahan? Atau mungkin kamu sering tertawa sendiri, padahal kamu sedang menertawakan joke yang kamu lontarkan dalam pikiranmu sendiril. Sebagai orang yang genius, kamu terbiasa mendiskusikan apapun dengan dirimu sendiri. Otakmu yang selalu bergerak dan berpikir untuk mengevaluasi segala hal itu, sering membuatmu tanpa sadar ngobrol dengan diri sendiri.
3. Soal sarkastik kamu memang jagonya. Nggak heran teman-temanmu sering merasa ambigu, bingung mau kesal atau terhibur dengan sindiranmu
Kamampuan sarkas yang aduhai vianeuroscienceisthenewblack.wordpress.com
Sarkasme adalah sebuah teknik sindir menyindir yang bisa digunakan dengan memakai majas ironi dalam pelajaran bahasa Indonesia. Gampangnya, sarkasme adalah sebuah kritikan atau hinaan yang disampaikan dengan kalimat halus tapi nyelekit. Lucu tapi menyebalkan. Tipis tapi menyayat. Pokoknya rumit.
Sebagai orang yang sarkas, kamu punya kemampuan yang tinggi dalam mengolah bahasa. Bagaimana tidak? Kamu harus pandai-pandai menyusun kata untuk menyampaikan maksudmu secara tersirat. Mengungkapkan apapun yang ada di kepala tentunya lebih mudah daripada menyembunyikannya dalam satu kalimat yang begitu tapi tidak begitu . Daya kreatif dan kritis adalah dua hal yang wajib dimiliki oleh orang sarkas.
4. Hasrat kepomu benar-benar tiada dua. Bagusnya, yang bikin kamu kepo bukan hanya soal gebetan saja
Kepo tingkat tinggi via www.dailydot.com
Rasa kepo yang tinggi sering diidentikkan dengan kondisi kurang kerjaan dan mengurusi apa-apa yang bukan urusannya. Jangan berpikiran negatif dulu. Rasa ingin tahu yang tinggi adalah salah satu tanda bahwa kamu genius tingkat tinggi. Asalkan, yang kamu kepoin bukan hanya urusan temanmu atau aktivitas sehari-hari gebetanmu ya. Rasa ingin tahu terhadap segala hal adalah karakteristik umum seorang genius. Kalau tidak kepo, bagaimana Newton bisa memikirkan gaya gravitasi bumi saat sebutir apel jatuh di kepalanya? Lebih baik dimakan ‘kan, daripada dipikirkan? Namun begitulah orang genius, selalu punya cara sendiri untuk hidup.
5. Kamu sering susah fokus dan pelupa? Kamu bukan hanya butuh air mineral, tapi kamu juga seorang genius bawaan!
Pelupa akut via twitter.com
Kunci motor di mana ya?
Duh, aku lupa di mana naruh HP!
Tunggu-tunggu, tadi aku ngomongnya sampai mana?
Sebagai orang genius, kamu punya ketertarikan terhadap banyak hal. Karena itu, kamu kesulitan fokus pada satu hal karena pikiranmu mudah teralihkan dengan hal-hal lain yang menarik perhatian. Rasa ingin tahumu yang tinggi, membuat pikiranmu selalu bekerja keras, karena ini dan itu selalu membuatmu penasaran. Itulah yang membuatmu sering tidak fokus dan jadi pelupa.
6. Susah bergaul dan lebih suka menghabiskan waktumu sendiri, adalah tanda-tanda kamu punya kecerdasan tinggi
Susah masuk dalam pergaulan via voolas.com
Berada di lingkungan sosial bukanlah sesuatu yang mudah bagimu. Pribadimu yang pemikir membuat kamu lebih suka mengamati dari jauh daripada ikut masuk dalam percakapan. Terlebih lagi, kamu sering tidak bisa mengikuti obrolan orang-orang kebanyakan. Sementara orang memperbincangkan hal remeh-temeh, kamu justru menggalinnya lebih dalam. Saat orang-orang sibuk membicarakan soal fesyen, kamu lebih tertarik pada sains atau isu-isu sosial. Itulah yang membuatmu terlihat seperti seorang introvert, karena kamu juga kesulitan masuk dalam interaksi sosial.
7. Baca! Baca! Baca! Bagimu nggak ada hiburan yang lebih menarik daripada baca, termasuk membaca ensiklopedia
Gila baca buku via favim.com
Bagimu membaca adalah surga. Membaca adalah cara belajar tanpa harus pergi ke sekolah setiap harinya, traveling tanpa harus keluar dari kamar, sekaligus tempat melarikan diri dari dunia nyata yang kadang nggak menyenangkan. Kamarmu dipenuhi oleh buku-buku yang sudah nggak tertampung lagi di raknya. Ke manapun kamu pergi, kamu selalu membaca buku. Asalkan kamu membawa buku di tangan, momen apapun tidak akan membuatmu kesepian. Dari buku, kamu menemukan dan mengetahui banyak hal. Hubunganmu dengan buku lebih romantis daripada hubunganmu dengan manusia di dunia nyata.
8. Kamu mudah bosan pada rutinitas. Itu ‘kan yang sering membuatmu berkali-kali ganti pekerjaan?
Mudah bosan via www.goodreads.com
Mungkin selama ini kamu sering bertanya-tanya, kenapa kamu sulit bertahan lama di satu tempat kerja. Awalnya kamu merasa bahwa mungkin kamu di jalur yang salah, kemudian kamu memutuskan untuk resigndan mencari pekerjaan yang sesuai passion. Tapi ternyata pekerjaan sesuai passion juga tidak semenyenangkan yang kamu kira. Kamu terus merasa bosan, bosan, dan bosan. Kamu ingin melakukan sesuatu yang baru, menjelajah tempat baru, dan tidak terbelenggu rutinitas setiap hari. Itulah tanda-tanda orang genius yang memang tidak tahan pada rutinitas yang membosankan.
Meski orang sering menganggap orang genius beda-beda tipis dengan orang gila, tapi tetap saja ada bedanya antara genius dan gila. Ngomong kepada diri sendiri itu genius, ketawa-ketawa heboh tanpa sebab itu gila. Sering lupa menaruh barang-barang karena kurang fokus itu jenius, tapi lupa pakai baju lalu keluar rumah dan jalan-jalan dengan pedenya itu gila. Kamu yang mana? Haha.
Dalam pikiranmu, mungkin orang jenius adalah orang yang nggak pernah mengalami kesulitan seumur hidupnya. Kecerdasannya membuat semua masalah bisa beres dengan sekali sentuh. Kreativitasnya pasti membuat segala hal yang nggak mungkin menjadi mungkin. Namun ternyata menjadi orang jenius nggak selamanya mudah, karena ada masalah-masalah yang justru bersumber dari kejeniusannya. Justru mungkin menjadi orang jenius membuat seseorang merasakan hidup yang sulit dan menderita. Nah bila delapan ‘penderitaan’ ini kamu alami, berarti betul kamu memang jenius!
1. Tidak seperti seorang introvert yang memang memilih sendirian, kamu sering kesepian karena mencari teman itu luar biasa sulitnya
Tanpa sadar kamu sering mencari orang yang sama cerdasnya denganmu. Ini bukan soal pilih-pilih teman. Selayaknya soal jodoh, dalam berteman pun kita butuh setidaknya satu poin kecocokan untuk bisa nyambung ngobrolnya. Sayangnya, sangat sulit bagimu untuk menemukan poin ‘klik’ itu. Sementara memaksa berteman dengan orang yang kurang klik hanya akan membuatmu tersiksa sendiri. Pada akhirnya kamu lebih sering melewati waktumu sendirian dan kesepian. Karena ini juga kamu harus pandai-pandai menata hati, karena kamu rawan depresi.
2. Pengennya menghibur dengan melontarkan joke-joke lucu. Sayangnya, orang sering tak paham bagian mananya yang lucu
Apa rasanya bila sudah capek-capek membuat joke untuk menghibur, tapi yang dihibur malah nggak paham. Sebagian ada yang tertawa terpaksa demi menjaga perasaan, sebagian yang lain ada yang memasang ekspresi ‘Apa sih lo? Garing banget’ . Sebenarnya joke-mu itu lucu, sayangnya cuma kamu yang tahu di mana letak kelucuannya. Atau bisa saja yang terjadi malah sebaliknya. Hobimu memakai humor sarkas membuat orang lain tak paham pada pesan yang kamu sembunyikan di sana. Akibatnya dia hanya tertawa, tanpa memahami maksudmu apa. Inilah yang sering membuatmu kecewa.
3. Seorang leader seringkali jadi public-enemy bawahan. Bukan karena dirimu atasan yang kejam, hanya saja mereka tak paham arah kebijakan yang kamu tentukan
Kebanyakan orang jenius punya skill komunikasi yang ‘parah’. Kamu kesulitan mengungkapkan isi pikiranmu. Terkadang kamu tidak memahami omongan orang. Sebaliknya, orang tidak bisa memahami maksudmu. Terkadang sikapmu juga berubah-ubah. Hari ini kamu mengeluarkan kebijakan A, besok menggantinya dengan yang baru. Bukannya plin-plan, tapi pikiranmu memang selalu bergerak dinamis mencari solusi terbaik. Inilah yang membuat kamu menjadi atasan yang sulit dipahami bawahan. Terkadang perintahmu atau pola pikirmu dicibir, karena mereka tidak paham apa yang sebenarnya kamu inginkan.
4. Saat berpikir, kamu sering ‘ngobrol’ dengan diri sendiri. Tak heran orang sering menganggapmu aneh
Bayangkan kamu sedang duduk di stasiun menunggu kereta datang. Lalu tiba-tiba orang di sampingmu bicara, bukan padamu, bukan pula pada telepon atau apapun, alias sedang bicara sendiri. Pasti kamu merasa aneh dan
awkward sendiri bukan? Nah, itulah yang kira-kira orang lain pikirkan saat melihatmu. Pergerakan otak yang aktif, membuatmu sering berpikir keras dan berdiskusi dengan diri sendiri sehingga tanpa sadar kamu ngomong sendiri. Ya, selama kamu cuma berguman-guman kecil sih nggak masalah. Yang bahaya adalah bila kamu sudah teriak-teriak. Barangkali itu bukan jenius, melainkan gila.
5. Kamu sering dimintai pendapat ini dan itu. Tapi kalau kamu serius memberikan pandanganmu, orang-orang malah bilang ‘yaelah, serius amat sih?’
Kamu juga sering mengalami momen serba salah dalam sebuah diskusi. Kalau kamu diam, kamu dianggap sombong dan nggak mau berbagi ilmu. Apalagi bila teman-temanmu memang sudah tahu ‘kejeniusanmu’. Tapi kalau kamu mengeluarkan pendapat, atau meluruskan sesuatu yang menurutmu kurang tepat, mereka akan melewatimu sambil berkata
‘Yaelah, jangan serius-serius ah. Ini bukan sidang skripsi’ . Itu masih mending. Lebih sial lagi bila kamu dibilang kurang piknik. Padahal kamu hanya ingin membagi informasi. Ini yang pada akhirnya membuatmu memilih diam saja.
6. Overthinking adalah kegiatan sehari-hari. Karenanya kamu lebih sering frustrasi daripada happy
Dalam kepalamu begitu banyak pertanyaan
‘What if…’ . Percaya atau tidak, orang yang apatis akan lebih mudah bahagia karena dia tidak memikirkan banyak hal. Apapun yang terjadi di dunia, yang penting dia senang untuk saat ini. Berbeda denganmu, mengabaikan hati ataupun logika adalah hal yang luar biasa sulitnya. Begitu banyak hal yang mengganggu pikiranmu, sehingga membuat tidurmu nggak nyenyak. Kamu merasa ada yang harus diperbaiki dari hidup ini, yang sayangnya nggak bisa kamu kerjakan sendiri. Karena apa-apa dipikirkan dengan serius, hidupmu sendiri jadi terkesan lebih berat dan nggak tenang.
Pada akhirnya, kamu sering sulit mengambil sebuah keputusan. Terlalu banyak hal yang kamu pertimbangkan, terlalu banyak pertanyaan ‘what if’ yang kamu ajukan kepada dirimu sendiri. Hingga akhirnya, mengambil keputusan di waktu yang kilat bukanlah bidangmu.
7. Orang jenius selalu percaya diri? Ah tidak juga. Keseringan mengritisi diri sendiri malah membuat kamu jadi terlihat kurang percaya diri
Lalu apakah orang yang jenius selalu identik dengan hal-hal yang positif seperti percaya diri? Ah, ternyata tidak selalu begitu. Sisi jeniusmu bekerja dengan mengritisi segala hal. Informasi apapun yang kamu terima nggak luput dari acara penelaahan lebih dalam. Tak hanya mengritik pemikiran orang lain, pemikiranmu pun kamu kritisi sendiri. Saat kamu memikiskan sebuah simpulan A, maka kamu akan membuah sanggahan B, C, D, dan seterusnya hingga akhirnya kamu yakin bahwa A adalah yang paling pas. Karena hal ini, seringkali kamu justru terlihat nggak percaya diri. Kamu meragukan segala hal, termasuk terkadang meragukan dirimu sendiri.
8. Bagian paling membuatmu menderita adalah mimpi-mimpi yang tak pernah kelihatan ujungnya. Terlalu banyak keingintahuan, terlalu banyak hal yang ingin kamu lakukan
Kamu juga sering ‘kejam’ pada dirimu sendiri. Saat ada sesuatu yang kamu nggak paham, maka kamu akan menyiksa diri dengan mencarinya sampai dapat. Kamu juga selalu merasa harus melakukan sesuatu yang hebat, namun seringnya mimpi di kepalamu berubah-ubah. Di dunia ini terlalu banyak hal yang memancing rasa ingin tahu. Dan terlalu banyak juga hal yang ingin kamu lakukan. Hingga akhirnya kamu bingung sendiri mana yang harus kamu kerjakan terlebih dahulu. Sudah begitu, kamu juga sering memasang target yang begitu tinggi, dan menerapkan kata ‘harus’ untuk meraihnya.
Ternyata menjadi jenius nggak semudah yang terlihat. Apapun itu, berbeda dengan orang kebanyakan memang sedikit menyusahkan. Butuh usaha ekstra keras untuk bisa menyesuaikan. Jadi, kamu ‘menderita’ nggak nih?
Antara Taqdir Kauni dan Taqdir Syar’i
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Pak Ustadz yang saya sangat hormati, perkenenkan saya bertanya,
Saya mau bertanya mengenai penjelasan ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Adapun ayat-ayat yang saya mau tanyakan adalah :
Al-An-am :
(125) Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa
yang dikehendaki Allah kesesatannya , niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.
(149) Katakanlah, ”Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat, maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”
Ibrahim :
(4) Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan denga bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kapada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki , dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki . Dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Al-Qashsash :
(56) Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya , dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk .
Sumber : http://quran . Al-Islam. Com/Targama/dispTargam. Asp?
NType=1&nSeg=0&1=ind&nSora=1&nAya=1&t=ind
(mohon diingatkan/di check seandainya web ini palsu dan bertujuan menyesatkan)
Pertanyan saya adalah :
1. Apakah orang-orang yang saat ini atau umat-umat yang telah lalu, yang wafat dalam keadaan kafir itu memang telah disesatkan oleh Allah?? Atau karena nafsunya mereka sendiri?
Kalaupun manusia telah diberi akal untuk berpikir mana yang benar mana yang salah, tetapi apalah daya manusia sebagai makhluk yang lemah, bila dibanding dengan Allah yang Maha berkehendak?_ saya terus terang sangat bingung (krn sangat terbatasnya ilmu agama saya) dengan hal ini
Saya mengambil contoh kasus Paman baginda Rasul Muhammad SAW, walaupun dia dah mati2-an belain Nabi dr kaum quraish dan merawat nabi sejak kecil, tapi dia wafat dalam keadaan belum muslim. Dan ketika dia wafat dan Nabi memohonkan ampun ke Allah, Allah mengirim jibril dan mengatakan melalui jibril (ini barusan saya dengar dari pengajian OnLine radio KMII Japan), “Tugasmu Muhammad hanya menyampaikan, sedangkan masalah Hidayah adalah urusan-KU.”
Note : Sampai saat ini saya menganggap, semua yang terjadi (baik dan buruk) adalah karena kehendak Allah, walaupun di Al Qur’an juga ada ayat yang menerangkan bahwa “hanya kaum itu sendiri yang bisa merubah nasibnya”, namun saya berpendapat bahwa dipoint-point tertentu itu hanya Allah yang bisa menentukan (hak prerogative Allah), di point2 yang lain, bila manusia bersungguh-sungguh merubahnya, insya Allah akan berkenen.
2. Bagaimana dengan keadaan orang yang sejak lahir sampai dewasa, dia belum mengenal dan atau dikenalkan denga Islam/Allah, sampai mereka jadi kafir dengan tidak percaya Allah, apakah mereka akan disiksa di akhirat ntr karena ke tidak-tahuan mereka (saat ini beragama) mereka tidak tahu siapa/apa Tuhan itu.
Mohon dijelaskan pak Ustadz, dan diingatkan kalau saya telah salah mengambil kesimpulan karena terbatasnya saya sebagai manusia.
Terima kasih,
Wasalam.
Nurmansyah
Jawab :
Alhamdulillah, wash-shalaatu was-salaamu ‘alaa Rasulillah, amma ba’du:
Al-Qur’an seluruhnya adalah benar, tidak ada sedikitpun keraguan tentang hal itu, tidak ada perselisihan, pertentangan dan kontradiksi dalam isi dan kandungannya. Satu sama lain di antara ayat-ayatnya saling menguatkan, saling menegaskan dan saling menjelaskan. Dan hal itu karena ia adalah kalamullah (firman Allah) yang pasti benar dengan kebenaran yang mutlak. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS. Al-Baqarah [2]: 1-2). Dan Allah juga berfirman (yang artinya): “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (merenungkan) Al Quran? kalau sekiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisaa’ [4]: 82).
Namun itu dengan syarat bahwa, kita harus memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan benar dan proporsional. Benar artinya sesuai dengan metodologi standar penafsiran Al-Qur’an menurut para ulama tafsir mu’tabar (yang diakui) di kalangan ahlus-sunnah wal-jama’ah .
Dan proporsional berarti tepat penempatannya sesuai dengan konteks, waktu, tempat, kondisi, situasi, sasaran, kebutuhan dan semacamnya. Jadi tidak cukup seseorang memahami suatu ayat atau beberapa ayat dengan pemahaman dan penafsiran yang benar saja, tapi juga harus tepat dan proporsional dalam penempatannya. Karena pemahaman dan penafsiran yang benar bisa berubah menjadi salah karena salah penempatan sehingga tidak sesuai dengan konteks, situasi, kondisi, orang atau lainnya.
Seperti misalnya ayat-ayat dan juga hadits-hadits tentang kewajiban bersyukur yang lebih cocok untuk orang-orang yang sedang mendapatkan kenikmatan kesenangan, kelapangan dan kemudahan. Sedangkan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sabar dan tawakkal lebih tepat untuk orang-orang yang sedang mendapatkan ujian kesusahan, kesempitan dan kesulitan dalam hidup. Dan bisa tidak cocok serta tidak tepat seandainya hal itu dibalik.
Sebagaimana pula dalam masalah taqdir misalnya, dimana ulama ahlussunnah waljama’ah sepakat semuanya bahwa, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, sekecil apapun, baik dan buruk, iman dan kufur, taat dan maksiat, dan lain-lain, semuanya adalah karena taqdir Allah. Namun toh para ulama bersepakat bahwa, ayat-ayat dan juga hadits-hadits seputar taqdir boleh dan harus dijadikan hujjah ketika menghadapi musibah, ujian dan cobaan, tapi tidak boleh dijadikan dalil sandaran dalam konteks kemaksiatan dan kejahatan. Karena jika pada kondisi pertama, pengungkapan masalah taqdir dan penyebutan dalil-dalinya bersifat positif dan berbuah manis, maka pada kondisi yang kedua sebaliknya, justru bersifat negatif dan berbuah pahit, karena dalil-dalil itu bisa menjadi pembenaran kemaksiatan dan kejahatan.
Nah begitu pula dalam memahami ayat-ayat yang Anda kutip di atas, maka penempatannya haruslah benar dan tepat disamping penafsirannya. Yakni, dalam konteks apa ayat-ayat itu dan semacamnya harus kita pahami dan terapkan? Ayat-ayat di atas dan yang semakna berbicara tentang sifat qudrah (kemahakuasaan), iradah (kemauan) dan masyi-ah (kehendak) Allah Ta’ala yang bersifat mutlak, menyeluruh dan tanpa batas. Dimana – berdasarkan aqidah Islam – segala sesuatu di alam ini tidak mungkin bisa terjadi kecuali jika diketahui, dikehendaki, dicatat, dan dibuat benar-benar terjadi oleh Allah Ta’ala. Dan itulah cakupan makna taqdir Allah dalam konsep aqidah Islam yang wajib kita imani.
Maka konteks ayat-ayat tersebut dan yang semakna dengannya adalah dalam rangka penetapan, penguatan, pengokohan dan pemantaban aqidah dan keimanan tentang sifat-sifat Allah tersebut. Dan itulah yang disebut dengan taqdir kauni ( ketentuan taqdir Allah terhadap segala yang terjadi di alam ini). Dan disamping itu ada yang disebut dengan taqdir syar’i , yakni ketentuan hukum Allah berupa syariat yang dibawa oleh para nabi dan rasul ‘alaihimus-salaam dan yang wajib dijalankan oleh manusia. Dimana atas dasar kaidah-kaidah taqdir syar’i inilah terdapat perhitungan iman dan kufur, taat dan maksiat, pahala dan dosa, peng- hisab -an amal di akhirat, pembedaan balasan dengan surga dan neraka, dan lain-lain. Juga atas dasar ini pulalah Allah mengaruniakan akal kepada manusia, juga kemampuan dan potensi yang dengannya ia bisa berkehendak, memilih, berusaha dan beramal sesuai kehendak dan pilihannya dalam hidup ini.
Jadi kewajiban kita adalah memahami dan menyikapi kedua taqdir kauni dan syar’i tersebut secara benar dan proporsional, serta tidak membenturkan atau mempertentangkan antara keduanya. Karena antara keduanya memang tidak mungkin terjadi pertentangan dan perbenturan. Sebab keduanya dari Allah Ta’ala Yang Maha Esa. Dan pemahaman serta penyikapan benar dan proporsional yang kita maksudkan adalah dengan membatasi diri dalam penyikapan sesuai dengan porsi, proporsi dan wilayah kewajiban kita terkait dengan masing-masing taqdir tersebut. Dimana wilayah kewajiban kita tentang taqdir kauni adalah mengimaninya sepenuhnya apa adanya disertai kesadaran penuh akan keterbatasan diri yang karenanya tidak akan mampu menjangkau bagian terbesar dan terluas dari masalah ini. Sehingga dengan demikian sejak awal kita harus siap membatasi diri dan tidak banyak bertanya tentangnya. Melainkan menyerahkan apa-apa yang tidak mampu kita pahami dan jangkau dari masalah ini kepada Allah Ta’ala, karena memang masalah ini termasuk urusan Allah Ta’ala. Seperti masalah ruh yang Allah firmankan (artinya): “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit saja” (QS. Al-Israa’ [17]: 85). Sementara itu banyak bertanya dan apalagi mempertanyakan masalah-masalah yang menjadi urusan Allah seperti bab taqdir, ruh dan lain-lain, adalah sama saja seakan-akan kita “mengadili” Allah dan meminta pertanggungan jawab-Nya tentang apa-apa yang ditaqdirkan-Nya, ditetapkan-Nya dan diperbuat-Nya. Padahal Allah telah berfirman (yang artinya): “Dia tidak ditanya atau dimintai pertanggungan jawab tentang apa yang diperbuat-Nya, namun merekalah (manusia) yang justru akan ditanyai atau dimintai pertanggungan jawab (tentang perbuatan-perbuatannya)” (QS. Al-Anbiyaa’ [21]: 23).
Jadi jangan banyak tanya misalnya, mengapa Abu Thalib tidak ditaqdirkan beriman, mengapa ditaqdirkan ada orang-orang kafir, atau ada orang-orang jahat, atau ada orang-orang maksiat, bahkan mengapa ditaqdirkan ada iblis, syetan, dan seterusnya? Jika tidak mampu memahami dan menjangkau hikmah tentang taqdir-taqdir itu semua, maka serahkan saja kepada Allah, karena itu semua memang urusan-Nya, dan yakinkan diri seyakin-yakinya bahwa, pasti ada alasan dan hikmah yang sempurna di balik setiap taqdir Allah, termasuk yang paling tidak kita pahami dan mengerti sekalipun!
Adapun urusan dan wilayah kewajiban dan kewenangan utama kita, selain mengimani
taqdir kauni tersebut, adalah bagaimana mengotimalkan upaya, usaha dan mujahadah dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan dan hukum-hukum Allah yang termuat dalam
taqdir syar’i yang dibawa oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, dan yang termaktub dalam Al-Qur’an dan sunnahnya. Dan saat berupaya dan ber- mujahadah dalam menggapai keimanan dan meningkatkan ketaqwaan, janganlah kita memberikan celah kesempatan bagi syetan untuk membisikkan ke telinga dan hati kita syubhat begini misalnya:apalah arti upaya dan mujahadah kita yang sangat terbatas dan penuh dengan ketidak berdayaan ini, jika memang iradah, masyi-ah dan qudrah Allah yang mutlak telah mentaqdirkan kekufuran atau kesesatan bagi diri kita? Pertanyaan seperti yang barusan ini salah satu contoh sikap yang tidak tepat dan tidak proporsional bahkan salah dan menyimpang tentang keimanan pada taqdir. Dan sikap seperti itulah yang kami maksudkan dengan membenturkan dan mempertentangkan antara taqdir kauni dan
taqdir syar’i , atau antara usaha dan ikhtian manusia dengan taqdir dan kehendak Allah Ta’ala.
Adapun tentang orang yang sejak lahir sampai meninggal tidak pernah mengenal atau dikenalkan dengan agama Islam, maka kondisi dan hukumnya bisa berbeda-beda. Jika secara logika dan realita memang benar-benar tidak ada baginya sedikitpun celah dan jalan untuk bisa mengenal Islam selama hidupnya, maka ia bisa dimasukkan dalam kelompok yang dikenal dengan sebutan
ahlul-fatrah , yakni generasi manusia yang hidup pada masa transisi atau masa kevacuman kerasulan antara syariat rasul sebelumnya yang sudah punah dan syariat rasul berikutnya yang masih belum datang. Dimana kekafiran mereka dimaafkan dan mereka tidak disiksa karenanya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Barangsiapa yang beramal sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang berlaku sesat, maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan kami tidak akan meng’azab (siapapun) sebelum kami mengutus seorang rasul (kepada mereka)” (QS. Al-Israa’ [17]: 15).
Adapun jika peluang, kesempatan atau jalan mengenal Islam itu tetap ada dan terbuka bagi seseorang, lalu ia tidak bersungguh-sungguh dan tidak optimal dalam upayanya dalam mencari kebenaran dan mengenal Islam, maka kekafiran orang yang seperti ini kondisinya tidak dimaafkan, dan berarti tetap berlaku atasnya hukum orang-orang kafir pada umumnya.
Demikian jawaban yang bisa kami berikan, semoga dipahami dengan baik dan bermanfaat.
Wallahu a’lam, wa Huwal Muwaffiq ilaa aqwamith-thariiq, wal Haadii ilaa sawaa-is-sabiil.
Minggu, 18 Desember 2016
Harta.
Beunang ku ruksak .
Kewajiban Menjadi Kaya dalam Islam
by Adam 1 tahun ago 4 min read
Foto: Islampos
0
SHARES
Oleh: Ahmad Afandi
Mahasiswa Perbankan Syariah Universitas Potensi Utama Medan
AGAMA Islam mengajarkan setiap umatnya untuk senantiasa berusaha dalam mengarungi kehidupan yang penuh cobaan. Agama Islam menuntut setiap manusia untuk selalu berusaha dan bekerja. Refleksi ini setidaknya sudah bisa kita lihat pada zaman Rasulullah SAW. Di mana Rasulullah SAW sudah mengenal dunia perdagangan sejak umur 12 tahun.
Pada saat itu beliau (Nabi Muhammad) mengikuti panutan dari pamannya, Abu Thalib. Barulah ketika Nabi mencapai usia remaja, pada umur 25 tahun, Nabi Muhammad melanjutkan berdagang secara individu.
Kala itu, semua pedagang muslim menerapkan sistem kejujuran yang luar biasa dalam praktik dagangnya. Memang, orientasi dagang ialah memperoleh keuntungan (uang). Akan tetapi pada masa Rasulullah, semua sahabat muslim Nabi tidak pernah berbuat curang. Orientasinya sedikit bergeser. Dari uang sebagai tujuan pokok menjadi sifat saling tolong menolong. Sayangnya kini sisa dari prinsip dagang Islam tak lagi terlihat. Bayang-bayang memperoleh keuntungan yang besarlah yang terpampang. Uang seakan menjadi tolak ukur dan motivasi bagi setiap orang.
Bagi umat Islam, seruan menjadi seseorang yang kaya tedapat dalam ayat Alquran. Allah Swt berfirman: “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya.” (QS. Al-Hijr [15]:19-20).
Pada ayat ini dijelaskan Allah memberi kemudahan bagi siapa saja umat Islam ingin memanfaatkan hasil bumi untuk mendapatkan uang. Allah telah membuka jalan bagi siapa saja yang ingin berusaha. Allah sangat menganjurkan setiap muslim untuk berusaha untuk mempertahankan hidupnya dengan cara yang halal.
Begitu pula seruan Allah tentang larangan muslim untuk lemah melalui hadis Nabi. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.” Hadis riwayat Muslim (no. 2664).
Hadis tersebut sangat jelas menegaskan, setiap muslim dilarang menjadi lemah. Kajian lemah pada hakikatnya menyeluruh. Lemah disini tidak hanya menyoal fisik. Akan tetapi lebih dari sekedar kekuatan fisik. Pendidikan, ekonomi, hubungan silaturahmi, politik, serta keilmuan menjadi hal mendasar merotasi artian dari kata lemah. Umat muslim dituntut untuk kuat akan keilmuan. Baik pendidikan yang bersifat formal maupun autodidak untuk mendapatkan pola dari bakat yang dimiliki. Begitu juga dengan cakupan ekonomi.
Allah melarang umat Islam lemah akan ekonomi. Lantas, bukan berarti kita harus menyalahkan takdir karena terlahir menjadi orang miskin. Rujukannya kepada bagaimana umat Islam dapat mempertahankan hidupnya di tengah pergolakan ekonomi nasional.
Semakin berkembangnya tahun, sudah dipastikan semua kebutuhan ekonomi akan melambung tinggi. Persiapan dari segi fisik dan psikislah yang menjadi kajian dari agama Islam. Bagaimana umat Islam mampu bergerak maju menghadapi kondisi ekonomi. Fisik untuk senantiasa bekerja dengan keteguhan mencari rejeki di jalan Allah. Dan psikis yang senantiasa terus berjuang sembari membekali diri dengan keilmuan serta sarana menuju pekerjaan yang lebih baik. Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran.
Loading...
Mencari harta sama dengan ibadah
Sudah barang tentu uang beserta harta yang diinginkan oleh umat Islam sudi kiranya harus bersumber dari jalan yang halal. Salah satu hadis Nabi menjelaskan “Tidak akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.” (Shahih Lighairihi, HR. Abu Ya’la, Al-Bazzar, Ath-Thabarani dalam kitab Al-Ausath dan Al-Baihaqi, dan sebagian sanadnya hasan. Shahih At-Targhib 2/150 no. 1730).
Ketika urusan rejeki dipegang kendali oleh keserakahan, hasil yang didapat juga akan tidak berkah. Orang-orang yang berurusan dengan perihal yang haram sudah dipastikan hidupnya tidaklah akan tenang. Ambisi secara sporadis menguasai hati dan diri umat Islam.
Itu sebabnya istilah kufur nikmat menjadi cibiran pertama kali. Orang miskin cenderung ingin berusaha melepaskan belenggu kesusahan dirinya dengan cara apa saja. Asal mendapatkan uang entah itu dari mana saja, tidak akan diperdulikan. Yang jelas keperluan yang mendesak menjadi tolak ukur setiap usaha yang dilakukan padahal seharusnya, ridho Allah ta’ala terlebih dahulu yang harus dikejar. Kufur artinya sama dengan kafir. Menyekutukan Allah demi suatu tujuan. Begitupun dalam hal memperoleh kekayaan. Kufur mendekati kesesatan. Sementara sesat membuka jurang seseorang menjadi seorang murtad sejati. Di negara ini masih saja ada perihal paham yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Oleh sebab itu, kiranya diperlukan pemikiran yang sehat untuk memilih jalan dari penggarapan rezeki dari Allah SWT. Larangan setiap muslim menjadi lemah akan baik jika bersanding dengan upaya bekerja dengan cara yang halal. Hanya mengenal sistem syariah dengan aturan tidak boleh melenceng dari nominal upah yang didapat. Jangan sampai terlena degan pesona uang dan kemewahan untuk memutarbalikkan seruan menjadi kaya dengan cara-cara kotor yang bisa dilakukan.
Satu hal yang paling berkesan ketika seorang muslim dalam posisi kesusahan. Sesungguhnya harta yang kita miliki menjadi cobaan paling berat bagi hidup umat Islam. Setelah mendapatkan hasil kemudian mendapatkan cobaan, baik berhubungan dengan materi maupun sebuah bencana, setiap umat Islam dituntut untuk bersabar. Berbaik sangka dengan jalan Allah SWT. Tidak dituntut untuk mencari jalan keluar. Akan tetapi perlu menikmati proses bersabar. Meminta ampun agar Allah melapangkan jalan yang terang. Di saat proses bersabat benar-benar merajai tubuh umat Islam, pahala yang besar dari Allah akan senantiasa terus mengalir.
Seruan menjadi kaya dalam Islam sering menimbulkan spekulasi bagi orang-orang tamak kekuasaan. Rakus akan harta. Padahal, uang tidak bisa dijadikan pedoman untuk sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki adalah keberkahan hidup. Bagaimana kita berpengaruh bagi setiap orang. Setiap kita adalah pemberi manfaat bagi sesama umat Islam. Uang tidak menjamin kebahagiaan sebesar apapun. Ketika anda membutuhkan jasa tukang service, jika Anda punya uang banyak akan tetapi semua menolak karna berbagai alasan. Uang yang Anda miliki selayaknya sampah yang tidak berarti. Kebahagiaan hanyalah milik hati yang lapang. Memacu semangat memperoleh pundi-pundi rupiah dengan kontrol koridor kewaspadaan yang tinggi agar tidak terjerumus ke dalam lembah dosa. []
Meminta petunjuk diusahakan sunatullah .
Hidup dan waktu .
Berlebihan dan di kondisikan .
Arti Penting Harta dalam Islam
Bismillah…
Islam sangat menghargai apapun yang bermanfaat bagi manusia, termasuk diantaranya harta. Diantara buktinya bisa kita lihat dalam kajian seputar dharuriyat al-khams (5 hal yang mendesak), yang menjadi maqasid as-Syariah (tujuan dasar syariah). Diantara 5 hal itu adalah hifdzul mal (menjaga harta). Karena itu, harta dalam islam tidak boleh disia-siakan.
Hanya saja perlu kita pahami, anjuran menghargai harta tidak sama dengan motivasi mengejar harta dan dunia. Bisa saja seseorang mengejar harta, namun di saat yang sama dia menggunakan harta itu untuk pemborosan yang sia-sia. Dan bahkan, kebanyakan mereka yang rakus dunia, hartanya dihamburkan untuk kehidupan glamor yang sia-sia…
Selanjutnya kita akan melihat bagaimana semangat islam dalam menghargai harta,
[1] Harta disebut al-khoir
Al-Khoir secara bahasa artinya kebaikan. Dan ada beberapa ayat dalam al-Quran yang menyebut harta dengan eutan al-Khoir.. diantaranya,
Firman Allah,
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
Manusia itu terhadap harta sangat rakus (QS. al-Adiyat: 8)..
Juga firman Allah,
كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ
Diwajibkan kalian, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan khoir (harta yang banyak), agar berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf. (QS. al-Baqarah: 180)
Ibnu Abdil Barr mengatakan,
والخير ههنا المال، لا خلاف بين أهل العلم في ذلك
Al-khoir di sini maknanya adalah harta, tidak ada perbedaan penndapat diantara ulama dalam tafsir ini. (at-Tamhid, 14/295).
Kemudian Ibnu Abdil Bar menyebutkan 4 ayat lainnya dalam al-Quran yang menyebut harta dengan al-khoir: 2 ayat di atas, lalu QS. Shad: 32, dan QS. an-Nur: 33.
Mengapa disebut al-Khoir?
Khoir artinya baik. Lawannya Syarr, yang artinya keburukan. Sehingga jangan sampai, karena salah dalam menggunakan, al-khoir berubah menjadi as-Syarr.
Menurut al-Hakim at-Turmudzi dalam Nawadir al-Ushul,
المال في الأصل قوام العباد في أمر دينهم، به يصلون ويصومون ويزكون ويتصدقون، فالأبدان لا تقوم إلا بهذا المال، وأعمال الأركان لا تقوم إلا بهذا المال…فهذا المال على ما وصفنا حقيق أن يسمى خيراً لأن الخيرات به تقوم
Harta pada asalnya merupakan pendukung bagi para hamba untuk urusan agama mereka. Dengan harta mereka bisa shalat, puasa, zakat, atau sedekah. fisik tidak bisa tegak kecuali dengan harta. Amal anggota badan hanya bisa terlaksana dengan harta… karena itu, harta dengan semua karakter yangkita sebutkan, layak untuk disebut al-khoir, karena banyak kebaikan bisa terlaksana dengan harta. (Nawadir al-Ushul, 4/91).
[2] Harta disebut mal Allah (harta dari Allah)
Allah perintahkan agar kita membantu orang yang membutuhkan harta, terutama budak yang ingin merdeka.
Allah berfirman,
وَآَتُوهُمْ مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي آَتَاكُمْ
Berikanlah kepada mereka harta Allah yang telah Allah berikan kepada kalian. (QS. an-Nur: 33).
Allah menyebut harta dalam ayat di atas dengan mal Allah (harta Allah). Agar kita memahami bahwa harta itu amanah yang diberikan Allah kepada kita, sehingga jangan sampai harta itu disia-siakan.
[3] Orang bodoh menurut al-Quran – mereka yang tidak bisa menggunakan harta dengan benar
Allah melarang kita memberikan harta kepada orang bodoh, meskipun itu miliknya. Sehingga bagi orang bodoh, harta itu harus ada yang menjaganya. Allah berfirman,
وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang bodoh, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu). (QS. an-Nisa: 5)
Disebut sufaha’ (bodoh) karena belum sempurna akalnya. Mereka adalah orang yang tidak bisa menggunakan harta dengan benar. Sehingga orang kaya yang tidak bisa menggunakan harta dengan benar, dia termasuk kategori bodoh menurut al-Quran.
[4] Larangan israf dan tabdzir
Allah menyebut pelaku tabdzir sebagai temannya setan. Dan Allah tidak mencintai orang yang suka israf (boros). Allah berfirman,
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا . إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
Janganlah melakukan tindakan tabdzir, sesungguhnya para mubadzir itu temannya setan. (QS. al-Isra: 26-27).
Allah juga berfirman,
وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Janganlah bersikap boros, sesungguhnya Allah tidak mencintai orang yang boros. (QS. al-An’am: 141).
Apa beda israf (boros) dengan tabdzir?
Kesimpulan Ibnu Abidin,
أن الإسراف: صرف الشيء فيما ينبغي زائداً على ما ينبغي، والتبذير: صرف الشيء فيما لا ينبغي
Al-Israf: menggunakan harta untuk sesuatu yang benar, namun melebihi batas yang dibenarkan. Sedangkan tabdzir: menggunakan harta untuk sesuatu yang tidak benar. (Hasyiyah Ibnu Abidin, 6/759).
Anda makan dengan hidangan berlebihan, itu israf. Sementara ketika anda menggunakan harta untuk maksiat, itu tabdzir.
[5] Penggunaan harta akan dihisab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan bahwa harta akan dihisab. Tidak hanya dihisab untuk bagaimana cara mendapatkannya, tapi juga dihisab terkait bagaimana cara menggunakannya.
Anda bisa menjamin harta yang anda dapatkan halal. Tapi itu belum cukup. Ada tugas yang kedua, yaitu bagaimana menggunakan harta itu untuk sesuatu yang benar.
Dalam hadis dari Abu Barzah al-Aslami radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ … وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ…
Kaki seorang hamba di hari kiamat tidak akan bergeser sampai dia ditanya tentang (beberapa hal, diantaranya) tentang hartanya, dari mana dia dapatkan dan untuk apa dia gunakan… (HR. Turmudzi 2602, ad-Darimi 546 dan statusnya hasan)
[6] Maksimalkan untuk mendukung taqwa.
Harta ketika dipegang oleh orang yang tidak memiliki taqwa bisa berpotensi bahaya. Karena itu, beliau menyarankan, siapa yang siap kaya, harus siap bertaqwa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنْ اتَّقَى اللهَ
Tidak masalah adanya kekayaan bagi orang yang bertaqwa. (Ahmad 23158 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Bahkan sampaipun ketika kita hendak memberikan harta ke orang lain, upayakan memilih orang yang bertaqwa.
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا تَصْحَبْ إِلَّا مُؤْمِنًا، وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ
Jangan mengambil teman dekat kecuali orang mukmin, dan jangan makan makananmu kecuali orang yang bertaqwa. (HR. Ahmad 11337 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Hadis ini tidaklah menunjukkan bahwa kita dilarang memberi makan orang yang tidak bertaqwa. Kita boleh memberi makan orang kafir, sebagaimana Allah memuji muslim yang memberi makan tawanan. Dan tawanan bagi para sahabat adalah orang kafir.
Allah berfirman,
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا
Mereka memberi makanan yang paling dia sukai kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (QS. al-Insan: 8)
Lalu apa makna hadis ini?
Sebagian ulama – seperti Imam Ibnu Baz, Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad dan yan lainnya – memahami, maksud dari hadis ini adalah perbanyaklah berteman dekat dengan orang yang bertaqwa. Karena ketika hartamu lari keluar, penerimanya adalah kawan dekatmu.
Ketika menerima harta kita adalah orang yang rajin menghafal al-Quran, maka harta yang kita berikan kepada mereka akan berubah menjadi amalan hafalan al-Quran. Demikian pula ketika harta itu kita berikan kepada orang soleh lainnya.
Demikian, Allahu a’lam.
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Sementara.
Tong dahar.
Budak urang majang.
Mau, mampu dan butuh.
Dijalanan jeung duitmah bisa di teang.
Sabtu, 17 Desember 2016
Gaji.
Aya, tapi daek teu ? Jeung bisa ?
Pertanyaanya, ingin se besar apa ? sagede kumaha ?
Gaji Besar Bukanlah Segalanya. Cari Pekerjaan yang Memberimu 5 Hal Ini Jika Ingin Bahagia
3 Desember 2016
2,486 2
Don’t think money does everything or you are going to end up doing everything for money. -Voltaire
Quotes di atas bisa jadi tamparan buatmu yang masih menilai pekerjaan dari gajinya. Yakni untuk nggak lagi memandang uang sebagai segalanya. Seperti misalnya menilai profesi yang kamu lakoni saat ini hanya dari berapa banyak angka yang masuk ke rekeningmu setiap bulannya. Atau bahkan sampai rela berhenti dari pekerjaan yang kamu cintai hanya karena merasa gajiyang diterima belum mencukupi. Menjadi sangat disayangkan jika benar ini yang kamu alami saat ini.
Banyak orang yang merasa nggak puas dengan pekerjaannya saat ini karena itu hanya dimaknai sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan finansial semata. Apa yang sebenarnya kamu ingini selain uang, belum tercukupi. Padahal kalau saja kamu mau lebih sedikit peka, tentu ada banyak hal yang bisa membuatmu bahagia selain dari angka yang di rekening setiap bulannya. Ini beberapa hal yang justru bisa buat hidup dan kariermu lebih berarti, daripada hanya besarnya jumlah gaji.
1. Memang gajimu saat ini belum bisa mengantarkanmu menjadi jutawan. Tapi kamu bersyukur nominalnya masih mencukupi untuk kebutuhan yang mendasar: pangan
Setidaknya kamu masih bisa sesekali makan enak via pixabay.com
Berapa banyak orang di luar sana yang jangankan kepikiran lagi pingin makan apa, mereka saja masih mikir hari ini bisa makan apa nggak. Dengan gaji Rp 2 jutaan, setidaknya kebutuhan dasarmu yang satu ini masih bisa terpenuhi. Bahkan kamu masih bisa sesekali makan enak setiap bulannya. Ini yang kadang luput untuk kamu syukuri. Karenanya saat hati mulai menggerutui pekerjaan, ingat lagi bahwa kamu masih mampu membeli kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
BACA JUGA
2. Meski kecil, upah yang kamu terima setiap bulan setidaknya harus menyediakan perasaan aman. Paling tidak kamu punya penghidupan, dibanding mereka yang masih pengangguran
Perasaan aman setiap bulannya. via pexels.com
Gaji bulanan inilah yang membuatmu merasa jauh lebih beruntung jika dibandingkan dengan orang lain yang saat ini masih berupaya keras untuk mendapatkan pekerjaan. Meski jumlahnya terbilang pas-pasan, tapi itu mencukupi kebutuhan bulananmu. Ada perasaan aman setiap kali kamu terima gaji setiap bulannya. Perasaan aman inilah yang membuatmu menikmati pekerjaanmu saat ini. Bersyukur kalau hasil jerih payahmu selama ini masih cukup untuk memenuhi kebutuhan.
3. Dibanding gaji tinggi tapi diperlakukan layaknya pekerja rodi tanpa hak istirahat, mending tetap punya waktu untuk keluarga dan sahabat
Ada sahabat yang membuat harimu lebih bahagia. Kerja pun jadi semangat.
Keluarga dan sahabat sebagai tim penyemangat terhebat sangat memengaruhi kebahagiaanmu di kantor. Meski gaji masih pas-pasan, kehadiran mereka di dekatmu selalu membuatmu merasa bahagia. Di kelilingi oleh orang-orang yang menyayangimu membuatmu merasa bersemangat ketika di kantor. Tak peduli itu hari Senin sekalipun. Berbeda dengan mereka yang selalu merasa kesepian, bekerja di kantor selalu diiringi dengan bad mood, menggerutu, dan mengeluh. Keberadaan orang tersayang di sekelilingmu sangat memengaruhi kinerjamu di kantor. Jadi, sudahkah kamu menghabiskan waktu bersama keluarga dan sahabat akhir pekan ini?
4. Perusahaanmu saat ini memang masihstartup, tapi mereka tak sungkan untuk mengakui kontribusimu. Kerja kerasmu selama ini diapresiasi, ini yang membuatmu merasa dihargai
Kerja kerasmu diapresiasi. via techworld.com
BACA JUGA
Ini Gaya Pacaran Ala Anya dan Awkarin Yang Sejatinya Tidak Akan Memberimu Faedah
Ada hal yang membuatmu begitu mencintai pekerjaan dan bersyukur bisa bekerja di perusahaanmu saat ini, yakni kamu merasa begitu dihargai. Kamu pun selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Kontribusimu untuk perusahaan tak pernah disepelekan dan pencapaianmu diapresiasi. Ini yang membuatmu merasa punya peran yang penting dalam perusahaanmu. Yang pada akhirnya membikinmu tergerak untuk selalu melakukan yang terbaik bagi perusahaanmu saat ini.
5. Merasa ada banyak hal baru yang bisa dipelajari. Meski gaji tak seberapa, tapi kamu punya banyak kesempatan untuk berkembang
Perusahaanmu yang sekarang membebaskanmu berkembang. viablog.prelook.com
Berapa banyak perusahaan yang membebaskan karyawannya untuk punya pekerjaan sampingan? Mungkin tak begitu banyak. Karenanya, beruntung kamu yang diberi waktu nan fleksibel oleh perusahaan untuk mengembangkan diri. Yang nilainya bahkan tak bisa disepadankan dengan nominal angka. Bersyukur juga kamu yang bisa belajar banyak ilmu baru karena itu sangat berguna untukmu nantinya. Kelak, ketika kamu tak lagi berada di perusahaanmu yang sekarang, setidaknya kamu keluar dalam keadaan kenyang ilmu. Meski gajimu selama ini terbilang pas-pasan.
Uang memang benar segalanya. Tapi jangan menakar pekerjaanmu hanya dari nominal rupiah semata. Banyak hal di luar itu yang sesungguhnya bisa membuatmu merasa cukup dan bahagia. Misalnya ilmu, pengalaman, dan perasaan dihargai di tempat kerja yang pada akhirnya semakin membuatmu lebih semangat bekerja.
Untuk Mapan Secara Finansial dan Meraih Kesuksesan Tetaplah Mulia
Gaji Bukan Segalanya. Mengikuti Kata Hati Demi Mengejar Mimpilah yang Menjadikanmu Kaya
Bekerja adalah hal yang harus kita lakukan untuk menyambung hidup dan demi masa depan. Bekerja sesuai dengan renjana merupakan impian. Apalagi untuk kita para pencari kerja yang baru saja menyandang gelar sarjana. Namun, setelah diterima masuk ke dalam tempat kerja yang sesuai dengan renjana, masalah lain pun mulai timbul.
Terkadang, kita sering berkecil hati karena gaji yang tidak sama besar dengan gaji teman yang bekerja di tempat yang lebih mentereng. Percayalah, gaji bukan segalanya. Ada banyak hal lain yang bisa kamu dapat ketika bekerja di tempat yang sesuai dengan renjana.
Pekerjaan akan tetap jadi pekerjaan. Tapi bekerja sesuai kata hati akan membuat beban kerja terasa ringan
Ada banyak hal yang bisa disyukuri ketika kamu bekerja di tempat yang sesuai dengan renjanamu. Memang pekerjaan tetaplah pekerjaan, namun bebannya tentu akan jauh lebih ringan ketika kamu melakukan hal-hal yang menjadi kegemaran. Semisal saja kamu memiliki hobi fotografi, bekerja sebagai fotografer lepas atau kontributor foto di surat kabar tentu terasa jauh lebih mengasyikkan daripada kamu harus berkutat dengan laporan keuangan bulanan.
Ya, bekerja sesuai dengan hal yang selama ini kamu sukai memang membuat beban kerjamu tidak terasa berat. Walaupun mungkin kamu tetap akan merasa suntuk karena dihimpit deadline, setidaknya kamu akan merasa bahwa beban yang kamu sandang di bahu tidak seberat ketika kamu berkecimpung di pekerjaan yang tidak kamu gemari.
Ada hal yang tak bisa uang beli. Keikhlasan melakoni tanggung jawab dan kerelaan mencari ide kreatif tanpa diminta, bisa mengembangkanmu sebagai manusia
Kamu memang akan jarang didera rasa suntuk dan bosan karena kamu melakukan hal yang kamu cintai sepanjang waktu. Hal ini pun bisa kamu manfaatkan untuk mengasah pikiran. Kamu bisa memikirkan hal-hal yang akan menstimulasi otakmu untuk menghasilkan ide-ide kreatif lainnya. Ya, ini juga bisa menjadi kesempatanmu untuk mengistirahatkan otak dari beban.
Bahkan, bukan tidak mungkin kamu bisa menghasilkan ide menarik untuk proyek pekerjaanmu selanjutnya. Ya, tanpa terbeban dan jarang merasa bosan kamu bisa melakukan inovasi terhadap pekerjaan yang sekarang sedang kamu geluti.
Di pekerjaan ini kamu sedang menata batu setapak demi meraih mimpi. Tak hanya memenuhi pundi-pundi, kamu pun digodok secara sempurna di sini
Bekerja di tempat yang sesuai dengan hal yang menjadi kegemaranmu juga tanpa disadari bisa membuatmu terlontar lebih tinggi. Kamu bisa mengasah potensi yang selama ini ada di dalam dirimu. Semisalnya saja kamu gemar menulis dan ingin menjadi penulis novel ternama dan sekarang kamu sedang bekerja sebagai penulis di majalah atau media online. Bisa dikatakan ini adalah wadah yang tepat untukmu.
Kamu bisa belajar banyak bagaimana bisa menjadi seorang penulis novel yang baik melalui pekerjaanmu sekarang ini. Artikel-artikel yang selama ini kamu hasilkan bisa digunakan sebagai sarana latihan. Teman-teman di kantor dapat dijadikan tentor yang selalu memberikan kritik, saran, dan tempat bertanya. Bukankah menyenangkan jika bekerja di tempat yang sesuai renjana mampu membuatmu terlontar secara lebih sempurna?
Kamu masih muda. Masih cukup banyak waktu untuk bekerja keras demi menjadi kaya. Inilah saatnya jujur mengikuti kata hati, agar bisa bahagia
Melakukan pekerjaan impian sembari diberi gaji. Bukankah ini merupakan kebahagiaan? Ini juga merupakan salah satu sarana untukmu menikmati hidup sembari masih muda. Kamu tidak harus berwajah masam dan menjalani hari-hari seperti robot layaknya karyawan yang terjebak di tempat yang tidak disukainya.
Toh ini adalah pekerjaan yang sesuai minat, bakat, dan kamu cintai sepenuh hati. Kamu akan berangkat dengan semangat penuh, menyelesaikan pekerjaan sesuai target secara sempurna, dan dengan hasil maksimal. Selain itu, tiap kali selesai menyelesaikan pekerjaan akan selalu disusul dengan rasa puas. Karena kamu mengerjakannya dengan senang hati bukan karena terpaksa. Dan inilah caramu menikmati hidup, jika pekerjaan saja bisa benar-benar kamu nikmati, apalagi aspek hidup yang lainnya.
Ada kalanya kamu dibanding-bandingkan dengan teman yang bergaji lebih besar. Tapi hanya kamu yang tahu, bahwa uang bukan satu-satunya indikatormu bisa maju
Terkadang persaingan bisa muncul dari kawan sendiri. Ya, saat sedang nongkrong dan kumpul bersama kawan lainnya kalian akan saling membicarakan pekerjaan hingga jumlah uang yang masuk kantong. Secara tanpa sadar kamupun mulai membandingkan dan merasa berkecil hati jika ternyata jumlah pendapatan teman lebih tinggi.
Memang pendapatan kawanmu lebih besar, namun bukankah tanggung jawab dan bobot pekerjaannya juga lebih besar? Mungkin dia harus bangun pagi buta. Belum lagi jika dia kerap mendapat tekanan dari atasan dan sering mengambil jatah lembur. Jarang liburan dengan beban mental yang segudang.
Walaupun gajimu tidak seberapa, tapi bukankah selama ini kamu menikmatinya? Kamu merasa tak terbeban, hatimu selalu gembira. Kamu melakoni hal yang kamu gemari dan yang lebih membahagiakan, kamu dibayar karenanya.
Lalu, masihkah kamu mengeluh dan membandingkan dengan pendapatan kawan? Masihkah kamu mengacu pada jumlah rupiah sebagai acuan kebahagiaan?
Tutup telinga pada komentar pedas dari orang di sekitaran, kamulah yang paling tahu kemauan dan kemampuan
Terkadang bekerja di tempat yang kita sukai tidak serta merta membuat orang lain juga turut merasa bahagia. Pasti ada saja celoteh miring dan komentar berbumbu pedas yang akan mampir di telinga. Mulai dari mempertanyakan seberapa banyak tunjangan yang kamu dapatkan, besaran gaji, masa depan pekerjaan, jenjang jabatan, hingga mutu dari tempat kerjamu.
Memang kita tidak bisa membahagiakan semua orang, tapi jangan sampai komentar orang membuatmu tidak bahagia. Tutup telingamu dari komentar bernada sumbang. Sejatinya hanya kamulah yang tahu kemauan serta kapasitas diri. Jika kamu memang nyaman dan menikmati bekerja di tempat yang sekarang, kenapa harus memikirkan komentar orang lain?
Tidak usah risaukan masa depan, jalani saja yang ada sekarang. Kelak kamu akan paham mengapa saat ini, di pekerjaan sesuai renjana inilah kamu ditenpatkan
Sebenarnya semua yang ada di bumi ini sudah ada yang mengatur, termasuk kamu dan pekerjaanmu. Kamu tak perlu cemas akan masa sekarang dan masa depan. Bukankah di masa lalu kamu mencemaskan masa depan namun toh sekarang kamu baik-baik saja dan bisa menjalaninya? Ya, tidak usah cemaskan hari esok. Jalani saja hari ini dengan sepenuh hati dan lakukan pekerjaanmu dengan maksimal. Jangan khawatir, semua sudah ada porsinya sendiri.
Apakah sekarang kamu masih ingin mendustakan nikmatnya bekerja di tempat yang sesuai dengan renjanamu hanya karena bergaji seadanya? Semoga tidak ya. Ingat, gaji bukanlah acuanmu untuk bahagia.