Perkara menemukan pasangan sering membuat kita bertanya-tanya. Apalagi diusia yang tak lagi remaja, menemukan belahan jiwa rasanya ampuh membuat hidup jadi sempurna. Sebenarnya siapa sih jodoh saya, kamu, atau kalian?
Tak hanya datang dari dalam diri sendiri, orang-orang di sekitar pun ikut campur tangan. Orang tua, kawan, atau kenalan biasanya ringan melempar pertanyaan macam “pacarnya mana?” atau “kapan nikahnya”? Seakan-akan pasangan atau jodoh itu bisa dipesan, dibayar via transfer, lalu dikirim dengan jasa antar.
Kadang, pertanyaan soal pasangan memang harus diabaikan. Bayangan soal jodoh juga tak boleh sering-sering diimajinasikan. Supaya hati lebih tenang, quotes-quotes di bawah ini yang baiknya direnungkan!
Berapa jumlah teman yang sedang menjalani masa pacaran, lalu berapa banyak yang tahun ini sudah naik pelaminan? Sebanyak apapun itu, apa iya kamu harus ikut-ikutan?
Tarik nafas dalam-dalam. Selesaikan dulu pertanyaanmu soal apa itu cinta dan jodoh yang ditakdirkan?
Ipan, ari emang teu cocok mah, teu cocok we, da teu bisa di paksakeun.
Deketmah deket we da bari na ge can tangtu cocok.
Teu deketmah nya keun bae.
Hayang kawin.
Jangan Lakukan 8 Hal Ini, Kalau Gak Mau Hubungan Cintamu Kandas Lagi Dan Lagi…
31 Maret 2016
992 0
“Naaaaa, gue baru putus cinta. Huuu syediih !”
“Hah? Lagi? Perasaan baru pacaran 2 bulan kok udah putus aja? Probation kerja aja 3 bulan.”
Setiap kali hubungan kamu kamu jalin kandas di tengah jalan, rasa sedih itu nggak mungkin terelakan. Mau baru dua bulan pacaran atau sudah dua tahun pacaran, tetap aja sakitnya sama. Bagaimanapun juga kamu ‘kan menaruh harapan besar saat memulai sebuah hubungan. Kamu pasti maunya hubunganmu berjalan lama dan kalau bisa sampai ke jenjang selanjutnya.
Putus cinta memang hal biasa. Tapi kalau kamu sering mengalaminya dengan alasan-alasan yang serupa, tentu saja itu patut dipertanyakan. Kenapa sih hubungan yang kamu bina selalu kandas di tengah jalan? Udah jangan galau. Mungkin salah satu hal di bawah inilah yang membuat hubungan yang kamu bina bubar jalan sebelum sampai di pelaminan.
1. Hubungan cinta itu selayaknya berjalan alami. Jangan bebani dirinya dengan ekspektasi yang terlalu tinggi.
high expectation via www.thejournal.ie
Selama ini kamu mengharapkan pasanganmu menjadi seperti apa? Apakah Batman? Apakah Superman? Ataukah Jack Dawson di film Titanic yang rela mati demi Rose? Bagaimanapun pasanganmu adalah manusia biasa. Boleh saja kamu ingin pasanganmu menjadi sosok yang lebih baik setiap harinya, dan bahkan menjadi sosok sempurna versimu. Tapi kalau ekspekstasimu terlalu tinggi kepadanya, yang ada kamu juga akan kecewa. Saat menemukan kekurangannya, atau bahwa dia nggak sebaik yang kamu kira, kamu sendiri yang sakit hati. Mungkin sebabmu selalu putus cinta adalah ini?
2. Setiap kegagalan pasti ada sebabnya. Kalau sudah gagal berkali-kali, kenapa kamu masih memilih tipe pria yang sama?
badboy via www.lovethispic.com
Aku suka singkong, kamu suka keju. Yap, setiap orang memang punya selera yang berbeda-beda. Ada yang lebih suka cowok romantis dan super perhatian, nggak absen menanyakan sudah makan apa belum tiap pagi siang dan sore. Tapi ada juga yang lebih suka cowok cuek, yang sekalinya bersikap romantis malah bikin kamu geli sendiri. Tipe orang berbeda-beda. Dan jika selama ini kamu selalu memilih tipe pria/perempuan yang sama, nggak heran kalau masalah yang kamu hadapi selalu itu-itu saja. Mungkin sudah saatnya kamu mencoba membuka diri pada tipe pasangan yang berbeda?
3. Terlalu posesif juga membuat pasangan tidak nyaman. Berilah dia ruang, toh cinta akan selalu menemukan jalannya pulang.
posesif via www.zoobe.com
Masih ingat lagu lawas milik Naif yang judulnya Possesif? Bila ku mati, kau juga mati. Duh. Meski dia pasanganmu yang sah dan punya surat nikah, bukan berarti kamu memilikinya sepenuhnya. Apalagi yang baru pacaran? Iya sih, menjalin hubungan sama dengan berlatih hidup bersama seseorang. Tapi ruang tetap diperlukan.
Kamu dan dia tetap butuh ruang sendiri untuk berkembang. Kamu nggak harus mengikuti apapun yang kamu suka, dan kamu pun sama. Kalau kamu terlalu posesif, terlalu ketat mengingat pasanganmu, nggak boleh begini nggak boleh begitu, nggak heran kalau hubungan kalian kandas. Daripada begitu, berikan dia ruang untuk berkembang. Yakinlah, sejauh apapun dia pergi, cinta akan selalu bertemu jalan pulang.
4. Sikap egois dan selalu ingin diistimewakan membuat hubungan jadi membosankan. Tak heran jika akhirnya hubungan kalian pun gagal.
hubungan bukan hanya tentang kamu viawww.rakdara.net
“Besok anterin aku ke mall ya, mau beli baju buat kondangan hari Minggu.”
“Besok aku ka nada reuni sama teman-teman SMA, beb. Kamu belanja sendiri dulu ya?”
“Oh gitu? Jadi kamu lebih milih teman-teman SMAmu dibanding aku?”
“Ya nggak gitu juga sih, tapi ”
“Jadi mereka lebih penting dari pada aku? Oke, cukup tahu aja!”
Diistimewakan dan dijadikan nomor satu siapa yang nggak mau? Tapi jangan selalu begitu. Sikap egois, yang memaksa pasanganmu untuk melakukan apapun yang kamu mau, dan keinginan untuk selalu dinomorsatukan itu memberatkan pasangan. Kamu kan sudah paham, bahwa kehidupannya bukan hanya kamu saja. Jangan selalu memaksakan apa yang kamu mau, tapi coba tanyakan juga apa yang dia mau. ‘Kan hubungan harus dua arah?
5. Kalau kamu selalu mengungkit-ungkit masa lalu, pantas kalau hubungan nggak maju-maju…
lupakan masa lalu via www.buzzfeed.com
“Kamu ngapain datang ke acara reunian SMA?”
“Ya nggak apa-apa sih, kan biar ketemu teman-teman lama ”
“Atau biar ketemu mantan kamu yang satu itu?”
“Yaelah yank ”
Setiap orang punya masa lalu. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Kamu juga pasti punya masa lalu dan pernah melakukan kesalahan. Kalau kamu selalu memikirkan masa lalu, artinya kamu belum beranjak dari sana. Wajar kalau hubungan kalian nggak ada perkembangan. Coba deh, mulai sekarang berhenti mengungkit-ungkit masa lalu, dan coba lebih fokus pada masa depan kalian.
6. Memaksakan segala sesuatu tidak akan membantu. Membiarkan hubungan berjalan sesuai porsinya justru akan membuat hubungan tahan lama.
biarkan semua mengalir via www.pinterest.com
Saat kamu menjalin hubungan, mungkin kamu sudah proyeksi ke depan. Kamu sudah punya rencana untuk hubunganmu dengan si dia. Kapan kalian akan saling berkenalan dengan orang tua, kapan kalian akan mulai merencanakan pernikahan, dan sebagainya dan sebagainya.
Terpaku pada rancangan itu, kamu mungkin mati-matian memaksakan hubunganmu dengan berjalan sesuai rencana. Ibaratnya hubungan kalian harus punya timeline yang jelas. Tapi kamu lupa. Hubunganmu bukan rencana kerja. Memaksanya berjalan sesuai rencana tidak akan banyak membantu. Biarkan saja semua mengalir sesuai porsinya. Kalau sudah sama-sama siap, tentu kalian akan melangkah ke sana.
7. Pasangan yang lebih baik pasti selalu ada. Tapi jika dia sudah cukup baik, buat apa mencari yang selainnya lagi?
jika dia sudah cukup baik, kenapa mencari yang lain? viathe-night-will-last-forever.tumblr.com
Saat kamu sedang menjalin hubungan, kamu pasti bertanya-tanya apakah dia yang sekarang adalah orang yang terbaik untukmu. Dari sana kamu mungkin akan mulai membanding-bandingkan dia dengan yang yang lain.
Kalau kamu mencari orang yang lebih baik, pastinya selalu ada. Masing-masing orang pasti punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yakin deh, yang lebih sempurna dari pasanganmu pasti ada. Tapi kalau dia yang saat ini bersamamu sudah cukup baik dan membuatmu bahagia, untuk apa kamu terus-terusan mencari? Daripada kamu melakukan pencarian yang tak berujung ini, lebih baik kamu menjaga apa yang sudah kamu punya, jika itu memang sudah cukup sempurna.
8. Jatuh cinta kepada orang lain juga selalu mungkin terjadi. Kalau sudah ada dia di sisi, ya kamu harus pintar-pintar menyikapi.
tertarik pada orang lain itu wajar viathelovewhisperer.me
Perselingkuhan bisa jadi masalah utama yang sering membuat sebuah hubungan kandas. Ini berkaitan dengan poin tujuh, yaitu saat kamu tergoda untuk mendapatkan apa yang kamu pikir lebih sempurna dari dia yang sekarang bersamamu.
Kemungkinan untuk jatuh cinta kepada orang lain saat kamu sudah punya pasangan selalu ada. Namanya juga perasaan. Tapi terjadi/tidaknya perselingkuhan tergantung bagaimana kamu menyikapinya. Terkadang kamu mendapatkan sesuatu dari orang lain yang nggak bisa kamu dapatkan dari pasanganmu. Jika ini terjadi, yakinlah bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di satu sisi orang lain itu mungkin punya kelebihan dari pasanganmu, tapi di sisi lain pasti ada juga yang dimiliki oleh pasanganmu dan tidak dimiliki oleh orang lain itu. Nggak ada orang yang sempurna, ingat?
Berbagi hidup dengan orang lain memang nggak mudah. Kamu yang biasanya egois, harus mulai mengurangi level egoismu. Godaan untuk berpaling ke orang yang lain yang kamu anggap lebih oke juga pasti ada. Tapi semuanya tergantung pada dirimu sendiri juga. Jadi, daripada hubunganmu kandas lagi, kamu bisa mengambil pelajaran dari yang sudah-sudah agar kegagalan yang sama nggak lagi terulang dan curhatin keluh kesah kamu ke @migmegalau
Sabar menunggu sembari istiqamah berdoa dan memantaskan diri.
Demi Tuhan! Ini memang sulit. Saya tahu mengetik kalimat "Sabar menunggu sembari istiqamah berdoa dan memantaskan diri" jauuuuhhh lebih mudah dibanding melaksanakannya. Saya tahu benar itu. Tolong jangan hakimi saya karena dengan begitu mudahnya menulis hal demikian.
5. Saatnya kamu memperbanyak doa untuk memperoleh pasangan yang baik
Berdoalah via http://google.com
Jika kamu belum memiliki pasangan itu berarti memang belum waktunya kamu dipertemukan. Pada saatnya nanti, percayalah Tuhan akan memberikan takdir berupa pasangan yang terbaik.
Ada sebuah kata bijak, lelaki yang baik untuk wanita yang baik dan sebaliknya. Maka cobalah untuk merefleksikan diri sendiri, sudah baikkah kita sebagai pribadi?
Bercerminlah dahulu terhadap banyak sisi dalam kehidupan kamu. Secara karakter, perilaku, pemikiran dan lain-lain. Lalu kemudian sisipkan harapan dari tiap-tiap doamu agar mendapatkan pasangan yang baik serta membahagiakanmu.
Tidak diasosiasikan dengan apapun .
Salah tafsir, hal yang sudah terjadi, jangan termakan ilusi yang anda buat sendiri, she do better, jangan salah pilih sebelum menikah.
Jodoh jelas sesuatu yang renyah sekali dibicarakan di umur kita sekarang ini. Pertanyaan, “Kapan nyusul?”, “Tunggu apalagi sih….” dan “Kok sendirian aja?” sering sekali datang. Sampai bosan menjelaskan dan menjawab dengan berbagai alternatifnya.
Ada yang bilang jodoh itu tidak perlu dicari. Toh selama kamu memantaskan diri dia akan datang sendiri. Ada pula yang berpendapat jika tidak diusahakan, ya jodoh tidak akan ditemukan. Ditengah semua pendapat, usaha — jadi benang merah yang menyatukan semua suara tentang jodoh dan pasangan masa depan.
Di tangan orang yang sudah punya calon pasangan mengusahakan jodoh berarti belajar menjaga hatinya. Tidak membuatnya
badmood, berusaha membuatnya tertawa dengan cara-cara yang silly . Belajar jadi orang yang dipercaya agar kamu bisa meninggalkan perasaan tenang di hatinya.
Definisi mengusahakan jodoh untukmu yang masih sendiri juga sangat beragam maknanya. Kamu belajar berdandan sedikit-sedikit supaya lebih enak dipandang mata. Berusaha jadi orang yang lebih menyenangkan agar lebih enak diajak melakukan banyak hal bersama. Kamu memperbaiki diri supaya dia segera tiba.
Seorang kawan pernah bilang, dengan nada sedikit bercanda:
Bagaimana definisi usaha dalam upaya mendatangkan pasangan yang paling klik di dada? Apakah memang jodoh itu effortless
seharusnya?
Jodoh itu selalu sederhana. Saat dilihat kembali perjalanannya reaksi kita akan lebih sering: “Kok bisa ya?”
Berbeda dengan banyak plot di novel-novel fiksi, cerita soal jodoh malah lebih sering sederhana dan sangat anti klimaks. Kamu membayangkan akan bertemu di saat kalian berdua sudah sama-sama siap. Sudah bekerja, sudah mapan dan merasa tinggal berjalan.
Tapi hidup malah berkata berbeda. Kalian bertemu dan merasa siap saat malah belum punya apa-apa. Dia masih berjuang mencari penghasilan yang mapan. Kamu pun masih suka bergonta-ganti keinginan. Hari ini bilang ingin mencoba jadi penulis, besok berubah ingin lanjut kuliah MBA agar bisa jadi
manager.
Jika perjalanan menemukan jodoh ditilik lebih dalam lagi biasanya reaksi, “Kok bisa ya?” akan sering sekali muncul. Kamu bertanya kenapa bisa jatuh cinta padanya. Kamu terkagum-kagum pada keisengan semesta sampai kalian bisa bertemu lalu menjalani semuanya. Semua tidak terencana. Tapi terjadi saja.
Harus cinta? Ah ternyata tidak juga….
Pendapat macam ini datang lebih dari sekali. Mulai dari pasangan yang sudah menikah lama, Ibu-ibu yang sudah punya anak dua, sampai dari dia yang baru mempersiapkan pernikahannya. Selama ini kita percaya jika kuatnya perasaanlah yang membuat kita memutuskan berjalan bersama seseorang. Pokoknya kalau sayang — pasti tenang.
Tapi logika orang dewasa kadang suka bercanda. Ternyata yang dibutuhkan bukan cuma cinta. Toh cinta pasti datang dengan sendirinya. Saat kalian sudah tinggal bersama, memperdebatkan akan belanja brokoli atau bahan sup saja untuk makan malam berdua, waktu muka setengah mengantuknya jadi hal pertama yang kamu lihat tiap membuka mata.
Kemampuan bekerjasama dan saling memahami justru jadi dua hal yang paling tidak bisa diakali. Dia yang visinya tidak sama, dia yang cara penyelesaian masalahnya terlalu berbeda tidak akan terasa klik di samping kita. Tak peduli seberapa pun dalamnya rasa.
Kalau dia harus diusahakan mati-matian, yakin dia memang yang tergariskan?
Kamu, saya, kita boleh saja bangga ketika berhasil mempertahankan sesuatu yang sudah diidamkan sekian lama. Rasanya jadi
champion yang sebenarnya waktu hal yang diinginkan benar-benar bisa dimiliki.
Dalam hal perasaan ini berarti membersamai dia yang paling bisa membuat kita jatuh hati. Apapun jalannya. Selama bisa bersama kita kadang lupa seberapa parah dia membuat kita galau dan gloomy hampir setiap malam. Kita lupa kalau bersamanya kita lebih banyak menangis dibanding tertawa. Kita lupa kalau seharusnya cinta adalah tangan yang memeluk kapanpun dia bisa. Bukan kesempatan memeluk diri sendiri lebih lama.
Pembenaran macam ini sering muncul demi menenangkan hati. Selama masih bisa bertahan berarti dia memang orang yang tertakdirkan. Tapi bukankah jodoh harusnya datang dengan smooth saja? Kalau harus diusahakan sampai berdarah-darah harusnya kita menghela nafas lalu bilang sudah.
Jodoh itu effortless semestinya. Dia datang saat kita tidak mengharapkannya. Semua terasa…biasa
Banyak orang mengaku menemukan dia yang mendampingi sampai tua di momen hatinya paling mati rasa. Biasanya setelah putus lama. Sudah tidak lagi percaya cinta.
Bertemu dengan random di sebuah seminar, teman SD yang tiba-tiba menghubungi lagi dan sekarang jadi suami, tiba-tiba memimpikan muka seorang gadis mantan teman SMP yang langsung dilamar jadi istri.
Definisi jodoh semestinya sesederhana itu. Kalau dia sampai membuatmu terlalu jatuh cinta, merasa tidak akan bisa move on , selalu memenuhi isi kepala — malah mungkin bukan dia orangnya.
Ustaz Bachtiar Natsir: Tak Ada Kata Terlambat Soal Jodoh
Bagi seorang mukmin, berputus asa adalah perkara yang sangat diharamkan. Allah SWT menyebut orang yang berputus asa berarti jatuh pada kekafiran [QS Yusuf [12]: 87]. Apalagi, soal jodoh yang menjadi hal besar dalam kehidupan seseorang. Putus asa dalam hal jodoh terancam dilaknat Rasulullah SAW, yang bisa berdampak dikeluarkan dari umat beliau.
Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustaz Bachtiar Nasir mengatakan, sebelum mencari jodoh, harus dikuatkan pemahaman tentang jodoh itu sendiri. Menurutnya, setiap orang memiliki jodohnya masing-masing dan tidak ada kata terlambat jika belum bertemu jodoh. "Setelah pemahaman ini baik, baru masuk dalam proses mencari jodohnya. Jika dua hal ini tidak dipahami dengan baik, orang akan kecewa jika belum bertemu jodoh," jelasnya. Simak petikan wawancara selengkapnya dengan wartawan Republika, Hannan Putra.
Apa kaidah yang perlu diperhatikan dalam mencari jodoh?
Dari kacamata tauhid, tidak ada istilah terlambat dalam mencari jodoh. Pemahaman ini harus diperbaiki agar tidak ada kegelisahan. Berapa pun usianya, tetap berikhtiar untuk menemukan jodoh.
Selanjutnya, yakinlah kita bahwa seluruh ciptaan Allah SWT pasti berpasangan. Hanya Allah SWT saja yang tidak punya pasangan. Selain Allah SWT, wajib ada pasangannya. Ini yang diterangkan dalam, "Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah." (QS adz-Dzariyat [51]: 49).
Dua poin ini dipahami dan duduk dalam akidah. Setelah pemahaman ini baik, baru masuk dalam proses mencari jodohnya. Jika dua hal ini tidak dipahami dengan baik, orang akan kecewa jika belum bertemu jodoh. Bisa jadi, dia akan berputus asa dan memutuskan untuk melajang saja hingga akhir hayatnya.
Fenomena lama menanti jodoh apa penyebabnya?
Orang yang sudah berumur tapi belum juga bertemu jodoh, sebenarnya dari dulu-dulu sudah ada. Artinya, ini bukanlah perkara baru di zaman sekarang. Kebiasaan kita dalam masyarakat, laki-laki ada dalam posisi mencari, sementara perempuan posisi menunggu.
Jika ada perempuan yang sudah telanjur berumur, sementara belum juga dipilih oleh laki-laki, ini kita anggap sebuah proses dalam tatanan ilahiah. Proses ini terus berjalan. Jadi, kita tidak boleh menyalahkan keadaan sehingga mencari-cari kambing hitam dari persoalan ini.
Memang ada masalah-masalah sosial yang timbul akibat lama belum mendapatkan jodoh. Terutama, bagi masyarakat kita yang menilai perempuan sudah berpenghasilan dan terus bekerja. Perempuan ini sulit untuk dijadikan pasangan oleh laki-laki. Mungkin tak banyak laki-laki yang punya kesiapan mental menikahi dia.
Ini barangkali karena kemandirian perempuan tersebut yang didoktrin dalam keluarga. Biasanya ayah-ibunya mengatakan, "Nak, nanti kalau sudah berkeluarga jangan menyusahkan suami. Kamu juga harus kerja." Bahasa ini memang ada bagusnya, tapi juga bisa berbahaya.
Ada anak yang betul-betul menjalankan pesan orang tua dan tidak ingin menjadi perempuan yang tergantung kepada laki-laki. Ia sibuk bekerja dan mandiri secara finansial. Pada akhirnya, dia punya prinsip, laki-laki yang akan menjadi suaminya paling tidak harus selevel dengan dia. Sehingga, ini menjadi hambatan bagi dirinya untuk mendapatkan jodoh.
Pesan orang tua seperti ini memang terkesan lembut supaya anaknya tidak menyusahkan suami. Tetapi, pada akhirnya hal ini menyulitkan anak gadisnya untuk mendapatkan jodoh. Walau ada laki-laki yang sudah siap menikah dengan perempuan ini, tapi karena soal penghasilan yang kurang akhirnya mereka mundur. Banyak kasusnya seperti itu.
Apa yang harus dilakukan saat menanti jodoh?
Di samping memantapkan pemahaman soal jodoh, wanita ini boleh-boleh saja berdandan dan berkomunikasi dalam batasannya. Tentu saja, dandanan yang tidak termasuk dalam kategori tabarruj. Demikian juga komunikasi yang wajar dengan lawan jenisnya dan tidak berkhalwat (berdua-duaan). Jika dia memahami adab-adab Islami dalam pergaulan, boleh-boleh saja hal itu dilakukan.
Tapi, yang paling inti adalah berdoa. Minta kepada Allah SWT, "Ya Allah, usiaku sudah siap untuk menikah. Datangkanlah jodohku." Utarakan keinginan itu kepada Allah SWT dalam bentuk doa. Demikian pula, katakan juga keinginan itu kepada orang tua atau orang yang menjadi wali kita. Minta tolong untuk dicarikan pendamping hidupnya. Ada tanggung jawab orang tua untuk mencarikan jodoh yang baik untuk anak gadisnya.
Bisa juga, perempuan tersebut datang kepada orang bijak. Entahkah itu gurunya, temannya, senior, atau paman-bibinya. Ini termasuk dalam ikhtiar. Bahkan, jika tersebar informasi di kalangan keluarganya bahwa dia sudah siap untuk menikah, hal itu boleh-boleh saja. Jadi, proaktif seperti itu, jangan hanya diam dan menunggu.
Apa godaan-godaan dalam proses penantian?
Yang utama itu, timbul pikiran-pikiran negatif kepada Allah SWT. Ini sangat berbahaya. Luntur kepercayaannya kepada janji Allah SWT. Kalau sudah berpikir yang negatif, seperti "Jangan-jangan jodoh saya sudah meninggal dunia", "jodoh saya sudah diambil orang lain", dan pikiran buruk lainnya. Bahaya berpikir seperti ini bisa berujung pada putus asa.
Di samping itu, orang yang belum menikah rentan tergoda bahkan terjerumus pada maksiat. Ingin mendapatkan jodoh malah terjebak pergaulan bebas dari pacaran. Ini akibat dari ketidaksabaran dalam menjalani proses mencari jodoh.
Wajarkah berputus asa kala jodoh tak kunjung datang?
Harus optimistis, jodohnya pasti akan dipertemukan Allah SWT. Jodoh tidak mengenal usia, tempat, waktu, dan sebagainya. Kalau sudah datang masanya, jodoh itu akan datang.
Kalaulah ada perempuan, misalnya, terbau sedunia, jodohnya pasti ada. Dia dinikahi oleh laki-laki yang rusak hidungnya. Tiba-tiba saja laki-laki yang tidak mengenal aroma ini bertemu dengan perempuan tersebut kemudian tertarik. Mereka menikah dan bahagia. Itu mereka yang punya kekurangan. Bagaimana dengan orang yang tidak punya kekurangan, tentu lebih besar peluangnya.
Bolehkah seorang wanita lebih aktif dalam mencari jodoh?
Tentu saja boleh. Bahkan, jika melihat laki-laki yang saleh agamanya dan baik akhlaknya, bisa disampaikan kepada orang tua, paman atau guru untuk memintanya sebagai suami. Bahkan, di zaman Rasulullah SAW pun ada orang yang langsung berbicara kepada Nabi menawarkan diri sebagai istri.
Contoh Khadijah RA, istri pertama Nabi SAW. Khadijah yang meminta Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suaminya. Pernikahan mereka bahagia. Bahkan, setelah Khadijah tiada, Nabi SAW selalu ingat kepadanya.
Dalam riwayat, ditemui pula seorang wanita yang datang menawarkan diri kepada Rasulullah SAW untuk menjadi istrinya. Wanita yang mendengarnya (putri Anas bin Malik RA) menyindirnya sebagai wanita yang kurang rasa malunya. Namun, sindiran itu dibantah sang ayah, Anas bin Malik. "Ia lebih baik daripada engkau. Ia menyukai Rasulullah lalu menawarkan dirinya kepada Beliau. Sedangkan engkau tidak bisa berbuat apa-apa." (HR Bukhari, an-Nasai dan Ibnu Majah).
Di samping itu, bagi wanita yang sedang berikhtiar mencari jodoh, berpenampilanlah yang menarik. Tidak harus ber-tabarruj. Di samping itu, bukalah komunikasi.
Apa tuntunan Islam dalam kriteria memilih jodoh?
Poin paling penting dalam memilih jodoh, tentukan dahulu agamanya. Kalau kita lihat dari hadis ada empat aspek penilaian. Kecantikan, keturunan, harta, dan agamanya. Kalau memilih dari segi agamanya, insya Allah akan dapat semuanya.
Selain itu, yang terpenting dalam memilih jodoh adalah sekufu. Maksudnya sekufu bukan dari persoalan komunikasi, seperti enak diajak bicara, sesuku, dan sebagainya. Sekufu dimulai dari segi agama. Nilailah terlebih dahulu, pemahaman agamanya seperti apa, aqidahnya bagaimana, menjalankan syariatnya seperti apa, akhlaknya seperti apa, dan seterusnya.
Sekufu ini dalam persoalan agama. Artinya, sama-sama ada kemauan untuk menjalankan agama dan menambah pengetahuan agama. Jadi, sekufu yang dimaksudkan adalah satu visi dalam hal agama. Misalnya, sama-sama punya keinginan untuk melahirkan anak-anak yang hafal Alquran, hanya ingin rezeki dari yang halal, ingin punya rumah dekat masjid, dan seterusnya.
Apa defenisi ba'ah (kesanggupan) untuk menikah?
Seperti hadis Rasulullah SAW, "Wahai pemuda, siapa yang memiliki Ba'ah, menikahlah karena bisa lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Siapa yang belum sanggup, maka puasalah karena akan menjadi benteng baginya." (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut Imam Nawawi, ba'ah menurut asal katanya adalah jima' (hubungan suami-istri). Kata ini diambil dari kata al Mubaah yang artinya rumah. Jadi, kaitannya kepada kemampuan biologis. Awal definisinya seperti itu. Kemudian, para ulama baru mengembangkannya pada beban tanggung jawab pernikahan (Al Minhaj). n ed: hafidz muftisany
Red: operator
Menunggu jodoh datang rasanya mirip-mirip menunggu hujan di musim kemarau. Kadang kamu merasa hujan sudah akan turun. Tapi ternyata awan hujan hanya lewat sebatas menabur mendung dan angin. Ada sedikit rasa kecewa. Apalagi untuk soal jodoh, kamu sendiri tak henti-hentinya berjuang. Kamu merasa sudah mengusahakan semua hal. Tapi sayangnya jodohmu sendiri belum juga datang.
Lalu sebenarnya apa yang salah atau apa yang kurang dari usahamu? Kenapa saat sudah merasa sesiap ini, belum juga
dipertemukan? Bisa saja beberapa alasan ini terlewat kamu renungkan.
1. Kamu mungkin berupaya terlalu keras. Padahal kadang jodoh datang dengan cara tak terduga
Membenahi diri, mulai dari penampilan sampai pribadi supaya terlihat menyenangkan sudah kamu lalui. Membuka diri ke lingkungan yang lebih luas pun tak kurang-kurang. Selama ini kamu fokus dengan semua usaha pencarian jodoh. Seolah jodoh adalah salah satu perjuangan penting di hidup yang harus diupayakan dengan keras. Tapi sayangnya setelah melalui itu semua, dia tak juga datang. Membuatmu resah dan berpikir, apa mungkin perjuanganmu kurang keras?
Padahal jodoh sendiri seperti bintang jatuh, yang sering muncul tanpa prediksi. Toh mau kamu usahakan dengan keras atau pikirkan sampai kepalamu panas, kalau memang belum waktunya, tak bisa dipaksakan juga. Jalani saja porsi hidupmu yang ada sekarang dengan baik. Sambil terus percaya, dia pasti datang kelak.
2. Siap menjalin hubungan, tapi ternyata belum selesai dengan urusan dirimu. Ada hal-hal yang harus diperjuangkan dulu olehmu
Sering kali kamu merasa sangat siap untuk menjalin hubungan, bahkan bukan yang sekadar pacaran. Kadang kamu sendiri membayangkan bagaimana kehidupan kelak saat harus berbagi peran. Ada rasa percaya diri, kamu sudah bisa diandalkan untuk saling berkompromi. Tapi nyatanya, kamu lupa urusan membagi waktu antara kerjaan, keluarga, teman atau diri sendiri saja masih keteteran. Kamu pun sering dibuat bingung dengan perjalanan karirmu ke depan.
Bukankah ini tanda, kalau sebenarnya urusan dengan dirimu saja belum selesai. Selama ini kamu sibuk mencari. Berbenah pun semata-mata demi jodoh. Sedangkan perjuangan untuk sisi lain hidupmu, seperti membangun karir dikesampingkan begitu saja. Kalau tak selesai begini, pantas saja dia belum datang.
3. Kadang kayakinanmu soal kesiapan ini bagian dari nafsu semata, saat melihat teman yang sudah berkeluarga
Teman-temanmu kebanyakan sudah banyak menikah dan punya anak. Ada beberapa juga yang dalam proses perencanaan berumah tanga bersama pasangannya. Sedangkan kamu, pacar saja tak punya. Gebetan seringnya datang seperti hembusan angin, kencang di awal lalu hilang begitu saja.
Melihat keadaan yang seperti itu, diam-diam kamu meyakinkan diri sendiri bahwa kamu pun siap seperti mereka. Keyakinan ini seolah semakin kuat seiring dengan bertambahnya keinginan untuk memiliki pasangan. Kamu menggebu-gebu berjuang memantaskan diri, mengenal banyak orang, sampai sesekali tanpa segan meminta bantuan teman untuk mengenalkan dengan seseorang.
4. Urusan hati yang lalu belum tuntas. Sosok mantan masih kamu anggap sebagai patokan jodoh yang pantas
Mungkin kamu bisa bilang, sudah move on dari mantan. Karena kamu sudah tak mengejar-ngejar dia lagi atau sudah biasa juga saat melihat sosoknya. Tapi sayangnya, sampai sekarang kamu masih mencari seseorang yang sosoknya mirip dengan mantan. Kamu pun sering membandingkan cowok yang kamu kenal sekarang dengan sosok mantan. Entah secara penampilan, cara berbicara, sampai sikap, dan pemikiran.
Hal seperti ini yang membuatmu lupa, kalau
move on itu soal beranjak sepenuhnya, termasuk bayang-bayang sosoknya. Sebab sosok mantan pun tak bisa kamu jadi patokan untuk mencari jodoh. Kamu harus berani mengenal orang baru, termasuk dengan kepribadian yang baru pula.
5. Klise, tapi jodoh memang di tangan Tuhan dan semesta. Dirimu bisa mencari dengan usaha, tapi semua tetap butuh restu dari-Nya
Sudah sering sekali kamu mendengar soal jodoh yang ada di tangan Tuhan. Klise, tapi memang pada akhirnya segala usahamu harus diserahkan kepada-Nya. Apa gunanya memperbaiki sikap, penampilan, dan meluaskan pergaulan dengan mengenal banyak orang baru, kalau kamu tak meminta restu dari-Nya?
Pada akhirnya menemukan pasangan itu tak hanya proses atau usaha yang kamu amini sendiri. Sedangkan sisanya kamu serahkan kepada Tuhan dan semesta. Kamu cukup bermodal percaya, kalau jodoh datang setelah ada restu dari-Nya.
Kalau kita mau tenang sebentar saja, sebenarnya urusan jodoh tak ada hitungan matematisnya. Dia bisa datang kapan saja, bahkan di saat yang tidak kita duga.
Emang maneh nyaho jodoh maneh saha ??? Heunteu .
Lain masalah jadi atau heunteuna, tapi niatna.
Setiap orang tentulah penasaran tentang siapa jodohnya. Penasarantentang siapa sih orang yang akan mendampingi hidup ini untuk selamanya. Penasaran itu wajar, karena memang jodoh itu adalah suatu hal yang sangat penting dalam hidup ini. Namun kita sebagai manusia biasa, kita tak bisa melihat jodoh kita di masa depan. Hanya saja kita memang yang berusaha menemukannya atau pun mendapatkannya. Diantara kita pun berbeda-beda dalam menemukannya, ada yang terasa begitu cepat ada pula yang tak begitu cepat. Hal itu memang karena kita punya jalan masing-masing yang berbeda satu sama lain.“Jodoh memang misteri, namun kita sendirilah kunci dari misteri itu.”Ibarat membeli sebuah berlian, kita pun harus mempersiapkan uang yang cukup banyak untuk membelinya. Hal itu berbeda saat kita ingin membeli sebuah batu, tentu uang yang kita butuhkan lebihsedikit. Begitu juga tentang perihal pilihan yang kita inginkan untuk jadipasangan kita. Jika kita berharap mendapatkan jodoh yang baik, tentu diri ini pun harus baik juga. Rasanya tak mungkin jika uang seribu rupiah bisa memiliki sebuah cincin berlian. Rasanya tentu juga aneh jika kita ini yang masih saja selalu berbuat keburukan, eh malahberharap seorang pasangan yang begitu baik. Hal itu seperti halnya kita sedang menantikan keajaiban.“Bukankah biasanya jodoh ituadalah cerminan diri, lalu kenapa kita justru sibuk mencari namun malah lupa memantaskan diri?”Tentu kita pernah merasakan tumbuhnya perasaan cinta pada seseorang, perasaan tertarik kepada lawan jenis kita. Kita berharap bisa bersamanya dan bisa mendapatkan kasih sayangnya. Hingga perasaan terdalam berharap semoga ia menjadi jodoh kita. Ada dari kita yang berani mengungkapkan perasaannya itu. Ada pula yang maju mundur ingin mengatakannyaatau tidak. Begitupun ada pula yanghanya berani diam saja, namun memanjatkannya dalam doa. Namun tanpa kita sadari, kita seringkali berganti-ganti jatuh hati kepadasosok yang berbeda. Hal itu karena memang sosok yang kita temui waktu demi waktu silih berganti sosok yang datang dan pergi. Entahlah, jika dihitung-hitung ada beberapa sosok yang pernah kita cintai. Atau mungkin sekedar menarik hati atau rasa suka. Hingga yang lebih ekstrim lagi, berapa jumlah orang yang telah kitasebutkan namanya dalam doa kita ketika kita curhat kepada Allah Tuhan kita. Duh, jika sudah banyak nama yang kita mintakan. Lalu Allah harus menjawab doa kita yang mana? Yang pertama? Yang kedua? Atau yang terakhir?“Kamu memang bukan yang pertama, namun kamulah yang terakhir kuharap jadi jodohku.”Sering kali kita mendengar kalimat yang begitu manis itu. Seperti menaruh harapan yang begitu besar, kalimat yang membuat kita terhanyut dalam bayang-bayang kebahagiaan akan cinta. Mungkin juga kita justru yang mengucapkannya, ah tapi rasanya itu juga seperti rayuan saja jika tak dibuktikan. Semua orang bisa mengucapkan kalimat itu.Setiap orang pasti inginkan sosok yang baik bagi dirinya. Apalagi bagi kita yang pernah memberikan hati kita kepada orang lain, namun justru disakiti dikhianati ataupun ditinggal pergi. Hingga rasanya sepeti tak dihargai apa yang dirasakan hati ini. Tentu kita tak ingin hal seperti itu terulang lagi, dan kembali menyayat-nyayat hati ini. Kita tak ingin lagi berurusan dengan rasa kecewa karena patah hati.Tak ingin lagi ada orang yang melukai cinta di dada, hingga banyak membuat kita meneteskan air mata. Mungkin kini kita telah sadari, kita memang tak selayaknyadengan mudah mempercayakan hati ini. Apalagi dalam hubungan yang ikatannya tak pasti. Mungkin hanya manisnya janji-janji yang kitadengar setiap hari. Lalu apakah semuanya telah telat untuk memperbaiki diri?.“Bukankah semua orang masih punya kesempatan untukberubah? Ya setelah kita mau berubah, biarlah Allah yang memberikan jawaban-Nya dengan mengirimkan sosok pilihan-Nya untuk kita.”Jadilah orang yang baik, lalu kita boleh memilih orang yang baik pula. Percuma kan jika kita sudah berusaha menjadi sosok yang baik, namun malah kita dengan mudahnya mau dirayu oleh orang yang notabene dikatakan tak baik. Memang sih kita tak bisa menilai hati orang lain, namun setidaknya dari cara ia berperilaku selama ini itu tentu bisa kita lihat atau bisa kitacari tahu. Jika saat ini kita telah menaruh hati pada orang lain, orang yang telah kita anggap baik. Kita pun sekarang harus menjadi orang baik pula. Namun, mungkin kita sekarang hanya bisa berdoa sambil memantaskan diri. Berharapsosok yang baik itu akan jadi jodoh kita.Walau kita tahu, entah dia akan jadi jodoh kita atau jadi jodoh orang lain. Namun selayaknya kita harus percaya, bahwa doa yang selalu kita panjatkan dan usaha pemantasan diri yang kita lakukan. Hal itu seperti kita sedang menyusun sebuah tangga, satu tingkat demi satu tingkat untuk menyambut sebuah piala yang akan diberikan oleh Allah untuk kita di puncak tangga tertinggi. Entah piala itu adalah dia yang kita harapkan selama ini atau tidak, niscaya Allah akan memberikan piala yang sebanding bahkan mungkin lebih baik darinya.Jika kita benar-benar mencintai seseorang dan mengharapkannya, tentu bukan hal terbaik dengan selalu merayunya atau berdekat-dekatan dengannya. Jika kita ingin dapatkan jodoh yang baik, dan yang baik itu adalah dirinya. Mungkin dengan tersenyum kita bisa katakan padanya.“Hai kamu, jadilah orang yang baik ya. Jangan lupa, pilihlah orang yang baik pula.”
Persoalan tentang pencarian jodoh memang menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan oleh banyak orang. Topik utamanya biasanya seputar kegalauan mereka yang sampai di umur matang, belum juga menemukan jodoh yang akan menemani hingga akhir hari. Namun tahukah kamu, semesta tak mungkin sejahat itu. Tenang, ia tak sedang mempercundangimu soal jodoh. Kamu dan dia yang nantinya ditakdirkan bersama hanya sedang butuh waktu untuk bisa saling merengkuh.Kadang jodoh bukanlah orang yangbenar-benar baru dalam hidupmu. Dia bisa orang yang selama ini ada di sekitarmu. Kamu tak perlu berharap yang muluk-muluk soal jodoh. Tuhan lebih tahu yang terbaik, jodoh seperti apa yang pantas buatmu. Karena tak ada yang lebih indah dibandingkan pilihannya…Jika jodoh tak kunjung datang, tak perlu terus disesali. Justru ini jadi kesempatanmu untuk mengembangkan diri.waktunya kembangkan diri viawww.pinterest.comAda pepatah yang mengatakan, jodoh yang baik adalah untuk orang-orang yang baik pula. Jika diartikan secara luas, pepatah tersebut lebih ingin mengatakan bahwa terkadang jodoh adalah cerminan diri kita sendiri. Perbedaan memang akan tetap selalu ada, namun dia yang ditakdirkan untukmu kadang adalahorang yang langsung mengerti kerisauanmu tanpa kamu perlu bercerita panjang lebar.Maka tidak ada salahnya, sebelum kamu ngoyo untuk mendapatkan jodoh, mulai saat ini kamu mulai mengembangkan diri sendiri. Mungkin saja Tuhan sedang memberi kesempatan kepadamu dan dia untuk saling memantasakan diri.Kamu juga tak perlu menyesali masa lalu yang terjadi. Berharap jodoh bukan soal menyesali dia yang telah pergi.lupakan dia yang telah pergi viawww.hipwee.comKamu tentunya pernah merasa memiliki orang – yang kamu pikir adalah jodohmu. Namun bagaimana jika semesta tak memberikan restunya kepadamu dan dia. Diikat sekencang apapun, kamu tak akan pernah bisa bersamanya. Selalu ada alasan di balik perpisahan. Bahagia mungkin kamu rasakan sekarang, namun entah akan berapa lama akan bertahan.Menyesali masa lalu akan membuat dirimu semakin tertutup. Berharap jodoh bukan soal menyesali dia yang telah pergi. Sebaliknya, kamu harus kembali membuka diri. Kamu boleh pernah merasa tersakiti, tapi itu bukan alasan untuk terus meratapi.Soal jodoh, kadang kamu takperlu berangan terlalu muluk. Bisa saja dia adalah orang yang tak pernah pergi dari hidupmu.coba lihat sekitarmu viadylandsara.comJodoh bukanlah ilmu pasti, yang bisa kamu tebak kapan datangnya. Merutuki nasib yang tak kunjung mendapatkan jodoh hanya akan menutup kesempatanmu untuk bertemu dengannya, karena kamu terus meratapi hal yang tak pasti. Bukankah selama ini kamu telah banyak berdoa kepada Tuhan bahwa ingin didekatkan dengan dia yang nanti akan menjadi pelabuhanterakhirmu. Jika kamu percaya kepada-Nya, maka sebenarnya jodoh itu sederhana. Dia terkadang tak pernah jauh darimu.Jika kamu bertanya, mengapa kalian tak kunjung dipertemukan jika memang dekat? Maka jawabannya juga sederhana, selalu ada hal yang harus diupayakan dengan sungguh-sungguh untuk sesuatu yang sangat penting dalamhidup kita. Jodoh memang ada di tangan Tuhan, tapi bukan berarti kamu bisa hanya berserah saja. Bukankah tak ada yang lebih indah dibandingkan perjuangan untuk saling menemukan?Karena kamu tak perlu sok tahu dengan mendahului kehendak-Nya. Dia tahu waktu yang terbaik untuk kalian bertemu.tunggu waktu yang tepat untuk bertemu viadylandsara.comTak perlulah kamu menjadi manusia paling merana karena belum bertemu jodoh. Dan tak perlu juga memaksakan diri denganmerasa telah bertemu jodoh, meski sebenarnya hatimu tak benar-benaryakin. Dia yang tepat akan juga datang di waktu yang tepat. Tuhan lebih tahu kapan waktu yang tepat untuk kalian bertemu. Jadi kamu tak perlu sok tahu mendahului kehendak-Nya dengan memaksakan diri untuk segala upaya mendapatkan jodoh.Jalannya akan lapang terbuka ketika kamu bersama orang yang memang digariskan untukmu. Masa depan kalian akan tergambar dengan jelas. Sekali lagi, kamu hanya perlu sedikit bersabar dan usaha keras yang semoga segera direstui Dia Yang Maha Tahu.Percayalah, kamu dan dia sebenarnya tak pernah jauh. Kalian hanya butuh waktu untuk saling merengkuh.butuh waktu untuk saling merengkuh viadylandsara.comDan pada akhirnya, bertemu jodoh adalah persoalan waktu. Kamu mungkin merasa dia yang nantinya ditakdirkan kepadamu masih terlampau jauh. Namun yang sebenarnya terjadi adalah kamu dan dia hanya butuh waktu untuk bisa saling merengkuh…Masih risau soal jodoh? Mungkin usahamu kurang keras dan doamu kepada-Nya kurang banyak. Jodoh bukan hanya soal usaha pribadi saja, tapi juga restu semesta. Semoga segera bertemu jodoh terbaikmu, yaa..
Ada orang yang bilang bahwa jodoh itu tak perlu dicari. Tuhan lah yang nanti memberikan orang yangpaling tepat untuk kita. Dengan alasan tersebut, banyak orang salah sangka dan memilih untuk pasif dalam urusan mencari belahan jiwanya. Dengan alasan itu,mereka jadi yakin bahwa suatu hari nanti, Tuhan akan mempertemukanmereka dengan jodoh yang tak mungkin salah. Alih-alih mencari, mereka lebih memilih untuk diam dan menyerahkan segalanya pada Tuhan sang Maha pembolak-balik isi hati umatnya.Namun tak sadarkah kamu bahwa urusan jodoh itu tak sesederhana itu. Tuhan memang mencarikan orang yang paling tepat bagi kita. Tapi bagaimana mungkin kamu bisa bertemu jodohmu kalau kamu cuma diam dan pasrah saja? Apalagi kamu yang cowok. Menjadipasif dalam urusan mencari pasangan hal hal yang sangat disayangkan.Persaingan nyari jodoh itu keras bung. Jangan harap dapet kalau tidak siap bersaing.Nasibmu bakal seperti Snape~ viavitrinugraha.blogspot.comUsia 20-an adalah usia dimana banyak orang sedang berusaha mencari jodohnya. Untuk itu kamu juga harus ingat bahwa gak cuman kamu yang mencari jodoh. Di luar sana, banyak cowok yang juga sedang mencari belahan jiwanya. Kalau kamu tak bergerak secara aktif, ya jelas bakalan kalah dengan cowok-cowok di luar sana yang lebih siap dan lebih niat untuk mencari pasangan hidupnya. Tidak ada alasan bagimu untuk bersantai-santai dan menyerahkan segalanyakepada nasib. Kalau cuman diam dan berserah pada takdir, jangan marah-marah juga ya saat ada gadis yang kamu cinta terlebih dahulu didekati dan dilamar oleh orang yang lebih mau berjuang.Kamu harus lebih aktif mengikuti banyak kegiatan. Siapa tahu kamu ketemu jodohmu disanaIkuti banyak komunitas~ viayahootalentcommunity.tumblr.comMengikuti banyak organisasi dan komunitas itu termasuk usaha dan berjuang mendapatkan pasangan loh. Selain kamu jadi lebih banyak pengalaman dan ilmu dari komunitas yang kamu ikut, kamu juga bisa cepet ketemu jodoh dari situ. Karena jodohmu tak akan jauh-jauh dari pergaulanmu, kamu harus lebih aktif lagi melebarkan lingkar pertemanan yang kamu miliki saat ini. Meski mungkin bukan temanmu di komunitas-komunitas itu yang jadi jodohmu, tapi ada kemungkinan bahwa dari teman-temanmu di komunitas-komunitas tersebut, kamu akan dikenalkan dengan orang yang akan jadi jodohmu. Kalau kamu hanya berdiam dan cuman pasrah dengan takdir, mana mungkin kamubertemu dengan orang yang seharusnya jadi jodohmu?Memang benar memantaskan diri adalah sebuah usaha, tapi itu saja kadang belum cukupMulai berubah! viamuftah.orgTentu saja memantaskan diri dan memperbaiki diri adalah salah satu syarat utama untuk memiliki sebuah hubungan yang baik. Namun, itu saja tidak cukup. Kamu juga harus bergerak. Bekerja dengan benar dan jujur. Bekerja lebih keras. Siapa tahu ada orang yang akan jadi jodohmu kamu temukan di tempat kerja dan tempat lain-lainya. Intinya adalah bahwa jodoh itu harus dijemput. Tidak bisa jika kamu hanya diam aja. Kamu itu cowok, bukan cewek. Sudah tugas alamimu untun mencari. Jadi dalam hal ini, kadang memantaskan diri saja belum cukup.Usaha dulu, hasilnya serahkan kepada Tuhan. Tidak mungkin Tuhan menelantarkan orang yang berusahaTawakkal boleh. Tapi tetap harus usaha, ya viawww.entrepreneur.comKarena pada akhirnya memang Tuhan yang menentukan sukses tidaknya usahamu untuk mencari jodoh, kamu tak boleh merasa jumawa saat kamu telah berusaha. Kamu tetap perlu tawakkal kepada Tuhan karena Dia lah maha segalanya. Namun, kamu juga harus ingat bahwa Tuhan tak akan merubah nasibmu kala kamu tak mau berusaha. Untuk itu selain berserah diri terhadap apa yang digariskan Tuhan untukmu, kamu juga perlu usaha keras agar Tuhan mau memberimu cerita yang indah pada akhirnya. Jadi jangan melulu pasrah dengan nasibmu di masa depan ya.
Intinamah hayang boga calon.
Ada yang resah, bilangan tahun makin bertambah pada usia. Namun tak juga sampai pada masa untuk memesan undangan walimah, lalu menyebarkannya pada sahabat, tetangga dan saudara dengan suka cita.
Ada yang mulai gelisah, saat teman-teman seangkatan, bahkan adik kelas mulai berfoto dengan anak-anaknya, sudah dua, tiga bahkan berlima, dengan senyum yang bahagia. Lalu hati pun bertanya, kapan giliran saya?
Ada yang mulai meragukan kesabarannya sendiri untuk bertahan. Lalu perlahan-lahan mengubah penampilan, melobi karakter kebaikan yang dulu disyaratkan untuk calon pendamping. Ada yang mulai melunak, tak lagi memilih-milih karakter keimanan dan kebaikan yang dulu disyaratkan sebagai calon qawwamnya dalam rumah tangga. Akhirnya berakhir pada ucapan, “wis sopo wae lah sing tekko” (sudah, siapa saja lah yang datang).ada yang mulai ragu bahwa dengan tetap menjaga keimanan dan kesabarannya, ia akan mendapatkan jodoh yang layak di mata Allah.
Ada ratusan kali, mungkin ribuan bahkan jutaan kali berdoa agar didekatkan jodoh yang baik dan tepat untuk nya, namun tak kunjung dikabulkan oleh Allah. Lalu akhirnya marah, perlahan meragukan Maha Rahmannya Allah. Akhirnya tak lagi khusyuk meminta, bahkan berhenti berharap dan berdoa.
Ada yang akhirnya menyambut siapa saja dengan tangan terbuka, setiap sms yang membuat hatinya berbunga, mengiyakan tawaran makan malam, dan jalan-jalan yang datang padanya. Menjajaki setiap orang yang dirasa ‘potensial’ menjadi pendamping hidupnya. Terus menjalani ‘petualangan cinta’ sampai ketemu yang paling cocok dan berani melamarnya. “Siapa tahu jodoh”, begitu kata hatinya. Keyakinannya menjadikan dia seperti pembeli sepatu, berganti-ganti sampai model, harga dan ukurannya pas di kaki.
Jodohku: Luar biasa hingga kita bertemu
Orang yang akhirnya menjadi suami istri, suatu saat akan menyadari betapa luar biasanya ‘garis hidup’ yang dibuat Allah hingga mempertemukan mereka berdua. Sampai pada saya beberapa kisah, yang membuat saya akhirnya berkata “Subhanallah, Maha Suci Allah”. Baru menyadari makna kata “wa min aayaatihii” pada Ar-Rum 21: ayat yang banyak dinukil pada kartu undangan walimah. Mari kita renungkan lagi “Dan di antara tanda-tanda kekuasanNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir)”
Sampai pada saya beberapa kisah nyata tentang teman, kerabat dan beberapa kenalan:
1. Saya memanggilnya bu Aisy, guru TK saya. Memakai busana muslimah ke mana saja sejak masih muda. Selalu tersenyum ramah dan mengingat nama kami, muridnya. Lama tak bertemu, bahkan sampai saya kuliah, beliau juga belum menikah. Baru ketika saya hampir lulus kuliah, ibu yang pernah menjadi teman sepengajiannya itu akhirnya mengabarkan berita walimah bu Aisy. Mungkin usianya ketika menikah itu sudah lebih 50 tahun, masih ‘gadis’ insya Allah. Seorang ustadz dari sebuah organisasi keislaman terkemuka, melamarnya. Duda dengan anak-anak dan cucu yang shalih-shalihah insya Allah. Ketika lebaran tiba, saya melihat ruang tamunya bertambah ramai: ikhwan-akhwat beserta cucu-cucu yang lucu kini meramaikan rumahnya, membuat pelangi di hatinya. Puluhan tahun kesabaran yang berbuah indah.
2. Ini cerita teman dari teman sekamar saya. Tetangganya menikah, ramai tamu menghadiri undangannya. Mereka berdua baru saja melaksanakan ijab-kabul, langsung duduk berdua di pelaminan menyalami tamu undangan. Belum sempat masuk kamar untuk berdua menikmati kehalalan suami istri. Tiba-tiba sang mempelai lelaki berkata pada istrinya:”dadaku sakit dek”, lalu sang istri memapahnya duduk di kursi pelaminan. Beberapa menit kemudian, mempelai lelaki itu meninggal di kursi pelaminannya. Masih memakai baju pengantinnya.
3. Menonton sebuah program bincang-bincang keislaman di sebuah televisi swasta, dihadirkan sepasang suami istri yang perbedaan usia keduanya 20 tahun lebih. Otak saya masih loading, memastikan beberapa fakta: ketika sang lelaki berumur dua puluh tahun lebih (sekiranya ia sekolah terus, maka kira-kira sudah lulus kuliah): ketika itu ‘jodohnya’ baru lahir ke dunia. Ya lahir sebagai seorang bayi, lalu baru dua puluh tahun kemudian mereka menikah.
4. Ini cerita dari adik kelas saya, bapak-ibunya berasal dari desa yang berbeda di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Tapi mereka berdua memutuskan menikah, justru ketika kedua keduanya dipertemukan Allah saat merantau untuk bekerja di Kalimantan. Jodoh yang ternyata dekat, tapi Allah (mungkin) menginginkan mereka melakukan perjalanan ribuan kilometer jauhnya, hingga sampai pada koordinat tempat mereka bertemu, dan waktu yang tepat untuk menikah. Ada pula yang bapaknya lahir dan besar di Kalimantan, Ibunya lahir dan besar di Sumatra, tapi dipertemukan dan memutuskan menikah saat masing-masing tinggal sementara waktu di Pulau Jawa. Ya, masing-masing menempuh jalan panjang, mengambil banyak keputusan penting sampai akhirnya memutuskan untuk menikah. Ya keputusan penting itu bisa berupa; mau sekolah di mana, diterima kuliah di jurusan apa, di kota mana, bekerja di mana, pindah bekerja di mana, berteman dengan siapa dan seterusnya.
5. kita mungkin juga pernah tahu lewat media massa, ada seorang artis dengan tubuh (maaf) ‘kerdil’, akhirnya menikah dengan perempuan bertubuh normal, cantik dan akhirnya mereka menikah dan punya anak. Kita juga mungkin kadang terheran-heran, dengan ‘rumus jodoh’ ketika bertemu dengan seorang yang sangat cantik dan memiliki suami yang ‘sangat biasa saja’, atau sebaliknya dalam pandangan kita.
Jika ditambahkan akan semakin panjang daftar kisahnya. Dengan berbagai nama, waktu, tempat dan lakon yang berbeda-beda. Tapi setidaknya dari berbagai kisah yang dekat, dan terjadi di sekitar kita bisa berpikir, merenungkan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan.
Kesimpulan-kesimpulan yang sebenarnya (semua orang) Tahu!
Jodoh dan berjodoh, adalah bagian dari Keputusan Allah, penetapan Allah atas manusia. Urusan jodoh dan berjodoh, bukan sebuah urusan kecil dan main-main, karena Allah tak pernah main-main dalam menciptakan manusia, menentukan rezeki, dan perjalanan hidup hingga matinya manusia. Allah tak sedang ‘mengocok lotre’ dan mengundi seperti arisan ketika menentukan jodoh seseorang. Maka jika kita memiliki harapan tentang calon pendamping hidup kita, menginginkan agar kita segera dipertemukan dengan jodoh kita, maka mintalah pada Allah! Bicaralah pada Allah! Mendekatlah pada Allah! Bulatkan, kuatkan, kencangkan keyakinan kita pada Allah. Apa yang tidak mungkin bagi kita, adalah sangat mudah bagi Allah.
Justru karena kita tidak tahu siapa jodoh kita, kapan bertemunya, bagaimana akhir kisahnya di dunia dan akhirat: maka hidup kita menjadi lebih indah, berwarna dan bermakna. Karena kita akan menjalani kemanusiaan kita dengan tetap menjadi hamba Allah. Menikmati indahnya berjuang, menikmati kesungguh-sungguhan ikhtiar, menikmati indahnya meminta pada Allah, menikmati indahnya memohon pertolongan pada Allah, menikmati indahnya bersabar, menikmati ‘kejutan’-kejutan yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita
Kita tidak bisa mengajukan proposal pada Allah. Kita tidak bisa memaksa Allah: pokoknya dia ya Allah, maunya kau dia yang jadi jodohku ya Allah. Kita tidak bisa menguasai dalamnya hati manusia, kita tak bisa membatasi akal pikiran manusia. Ya karena kita tidak berkuasa atas kehidupan dan kematian manusia, atas berbolak-baliknya hati manusia: karena itu kita tak boleh melabuhkan cinta terbesar kita pada manusia. Kita labuhkan saja cinta terbesar kita pada Allah, yang dengan kecintaan itu lalu Allah melabuhkan cinta manusia yang bertaqwa dalam hati kita. Sehingga taqwa itu yang membuat kita berjodoh dengan orang yang bisa menumbuhsuburkan cinta kita pada Allah. Karena taqwa yang dirajut selama pernikahan yang barakah itu, mudah-mudahan kita berjodoh hingga ke surga. Bukankah ini lebih indah?
Sungguh jodoh tidak berjalan linier di atas garis kecantikan, ketampanan, kekayaan, kedekatan geografis. “Rumus jodoh’ bukan ditentukan oleh hukum kepantasan manusia. Karena manusia hanya tahu permukaannya, berpikir dalam kesempitan ilmunya, memutuskan dalam pengaruh hawa nafsunya. ‘Rumus jodoh’ semata-mata kepunyaan Allah. Karena itu, sebagai hamba kita hanya mampu menerima keputusan Allah. Menyiapkan diri untuk menerima apapun keputusan Allah. Menyiapkan seluas-luas kesabaran, keikhlasan, sebesar-besar keimanan untuk menerima ‘jatah jodoh’ yang berupa pendamping hidup, rezeki, dan lainnya.
Ya, menunggulah dalam kesibukan memperbaiki diri. Menunggulah dalam kesibukan beramal shalih, persubur silaturahim dan mendoakan saudara seiman. Kita tidak bisa mempersiapkan orang yang akan menjadi jodoh kita. Kita tidak punya kendali untuk mengatur orang yang ‘akan jadi jodoh kita’. Kita hanya bisa mempersiapkan diri kita. Membekali diri dengan segala kemampuan, keterampilan, sikap hati untuk menjalankan peran-peran dalam pernikahan. Ketika saat itu tiba, ijab qabul sah, seketika itu seperangkat peran diserahkan di pundak kita. Allah menyaksikan! Seketika itu kita akan menjadi istri/suami, menantu, ipar, anggota masyarakat baru. Dan seketika itu pula, tak cukup lagi waktu mempersiapkan diri. Ya, pernikahan bukan awal, jadi jangan berpikir untuk baru belajar, baru berubah setelah menikah.
Hidup itu adalah seni menerima, bukan semata-mata pasrah. Tapi penerimaan yang membuat kita tetap berjuang untuk mendapatkan ridha Allah. Karena apapun yang kita terima dari Allah, semuanya adalah pemberian, harta adalah pemberian, pendamping hidup adalah pemberian, ilmu, anak-anak, kasih sayang, cinta dan semua yang kita miliki hakikatnya adalah pemberian Allah. Semuanya adalah ujian yang mengantarkan kita pada perjuangan mendapatkan keridhaan Allah. Menerima dan bersyukur adalah kunci bahagia, bukan berburuk sangka dan berandai-andai atas apa yang belum diberikan Allah.
“Dan apa saja yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal, tidakkah kamu mengerti” (QS. al-Qashash: 60)
Menikah bukan akhir, bukan awal, ia setengah perjuangan. Pernikahan berarti peran baru, tanggungjawab baru, tantangan baru: bagian dari daftar yang akan dihisab dan dimintai pertanggungjawaban dari kita di yaumil akhir.
Tentang berjodoh itu, adalah tentang waktu, tentang tempat, tentang masa. Dan yang kita sebutkan tadi semua ada dalam genggaman Allah. Bukankah dalam surat al-ashr Allah bersumpah dengan waktu. “Demi masa, sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. Ya, agar tak bosan, resah dan merugi saat menanti saat walimah tiba, sibuklah memperbaiki iman, amal dan tetap setia dalam kebenaran dan kesabaran.
Menikah dan mendapat pendamping hidup itu tidak pasti, ada banyak orang yang meninggal ketika masih bayi atau remaja. Tapi Mati itu sebuah kepastian. Orang yang menikah pun juga akan mati. Jangan terlalu galau, ada perkara yang lebih besar dari sekedar status menikah atau tidak menikah. Hidup itu bukan semata-mata perjuangan mendapatkan pendamping hidup. Karena yang telah menikah pun, harus terus berjuang agar mereka diberikan rahmat oleh Allah untuk tetap ‘berjodoh’ hingga ke surga, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini :
“(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (sambil mengucapkan): “Salamun alaikum bima shabartum”. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar Ra’du 23-24).
Jodoh Pilihan Allah
posted in Jodoh/Soulmate by Laila Shares
Aku takut bila tidak kutulis, pesan yang sangat berharga ini mungkin saja terlupa..
Seperti biasa, setiap bertemu kerabat dekat, selalu saja ditanya, “Mana calonnya? Coba lihat dong..”
Aku sudah terbiasa dan sudah mulai pandai menjawab, “Hehe masih seleksi nih.” atau “Doain yaa semoga segera menikah.”
Namun, ketika mereka menanyakan, “Mau adat apa?” dan kujawab, “Belum tahu..” kontan mereka semua tidak dapat menyembunyikan nada terkejut. Ketahuan deh kalau aku belum juga punya calon yang jelas, hahaha (entah kenapa aku hanya bisa tertawa, lebih pada keterkejutan mereka).
Kalau dibilang santai, tentu saja tidak santai. Aku mulai merasa kok tidak enaknya belum punya pendamping hidup di usia tengah 20 tahun ini. Ada rasa sedikit iri melihat orang-orang jalan dengan pasangannya apalagi yang sudah punya anak-anak di usia bawah 30 tahun. Meskipun aku tahu, kebahagian itu ditentukan oleh persepsi kita, bukan apa yang kita punya. Aku juga tahu, mereka yang punya pasangan atau anak-anak belum tentu lebih bahagia daripada aku. Banyak teman-teman yang telah menikah muda ingin dapat melakukan hal-hal yang hanya dapat dilakukan bila mereka tidak punya tanggung jawab terhadap suami dan anak-anak.
Walaupun demikian, tetap saja hidupku terasa kurang. Aku terlahir sebagai wanita sehingga wajar saja aku ingin menjalankan fungsiku hidup di dunia ini. Apalagi kalau bukan menjadi istri dan ibu. Meskipun banyak juga yang mengatakan aku masih muda dan menyemangati agar aku fokus karir dan menikah di usia atas 30 tahun saja. Aku juga dapat berpikir dan aku punya visi sendiri. Di imajinasiku, aku dapat mengkhayalkan diriku di usia 40 tahun sudah menikah, punya anak-anak usia remaja dan sudah menikmati hidup berwirausaha di bidang sosial.
Demi mewujudkan visiku itu, mulailah bulan Ramadhan tahun ini aku pun berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Aku ingin sekali dipertemukan dengan jodohku dan kukemukakan keinginanku menikah. Secara ajaib, setelah Ramadhan berakhir, mulailah bermunculan beberapa pria yang siap mengajakku naik ke pelaminan. Sayang sekali, dengan berbagai alasan, aku tidak dapat membantu mereka mewujudkan i’tikad luhur tersebut. Aku juga mulai bingung dan merasa kapal kehidupanku berguncang. Kenapa begini, Ya Allah? Akhirnya kuputuskanlah bulan Oktober ini aku ingin menetralkan hati. Aku ingin berkonsentrasi pada diriku sendiri. Aku ingin memahami dasar hatiku.
Tanpa disangka, suatu kejadian mempertemukanku kembali dengan seorang kerabat yang terakhir kutemui dua tahun silam. Beliau berusia hampir setengah abad dan baru saja menikah yang kedua kalinya di tahun ini. Pernikahan itu beberapa hari sebelum wafatnya sang Ibu dari kerabatku itu. Pertemuan dengan suami keduanya ini sangat menakjubkan. Aku sudah bertekad akan memasukkan kisahnya dalam buku kumpulan kisah pertemuan dengan jodoh yang telah lama kurancang (hehe :D). Baru sore ini, beliau berpesan padaku mengenai jodoh:
Laila, berdoalah pada Allah untuk diberikan jodoh yang terbaik menurut Allah dan agar jodoh Laila dapat memimpin dunia dan akhirat. Jangan minta yang macam-macam. Pasrahkan saja pada Allah. Kalau kita minta ini itu, pasti akan ada saja yang tertinggal. Apalagi kalau sebut nama-nama tertentu. Jangan, Laila. Percayakan pada Allah karena Allah Maha Pencipta. Kita tidak pernah dapat membayangkan apa yang Allah persiapkan untuk kita. Allah tahu yang terbaik bagi kita. Belum tentu apa yang kita anggap baik itu baik juga menurut Allah. Bila kita minta yang terbaik, Allah akan persiapkan dia untuk kita. Allah akan berikan jodoh dari jalan yang tidak terduga dan dalam bentuk yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Aku pun tersentak. Oh, Ya Allah, ini dia jawaban kebingunganku perihal jodoh. Aku ini juga bodoh sekali ya. Doaku selama ini masih sangat dangkal. Aku meminta pada Allah, tetapi aku masih belum percaya pada pilihan Allah. Aku masih ingin macam-macam. Padahal Allah Maha Tahu. Astaghfirullahal adziim.
Baiklah, mulai sekarang aku harus mulai berserah diri pada Allah. Bukan hanya diam saja, tetapi fokus pada perbaikan diriku karena Allah sudah berjanji bahwa wanita yang baik adalah untuk pria yang baik . Maha benar Allah atas segala firmanNya.
Percayalah, percayalah, percayalah…
Jodoh kita itu tidak akan bimbang, tidak akan datang lalu hilang, tidak akan membuat hidup kita lebih rumit. Jodoh kita akan tinggal meskipun kita “mengusirnya” berkali-kali. Dia akan mencari sejuta cara untuk bersama kita. Seperti ucapan seorang teman Mama, “Laki-laki itu, kalau dia serius ingin bersama kita, lautan api pun dia sebrangi!”
Mari kita semangat menyempurnakan agama kita melalui cara yang diridhoi Allah, jalan yang tidak penuh dosa, tetapi jalan yang penuh pahala. Kita fokus memperbaiki diri dan percaya pada janji Allah. Biarlah tidak semua orang mengerti pilihan kita. Hidup kita ini adalah untuk menggapai syurga Allah bukan? Semoga kita selalu diberikan petunjuk untuk berada di jalan yang lurus. Aamiiin…
Rasa cemas dan khawatir yang kamu rasakan adalah hal yang tidak perlu, kecuali jika telah melewati deadline.
Saya tidak ingin membebani diri sendiri untuk suatu hal yang memang di luar kuasa saya.
Tak perlu menyalahkan diri sendiri.
Jodoh rahasia allah.
Teu apal.
Memposisikan menjadi pencari rentan tersakiti.
Let them came.
Menepis kegalauan hati dikala harus menanti.
Si fulanah A mulai memikirkan desain tempat untuk resepsi pernikahannya beberapa bulan lagi. Fulanah B dengan berbinar-binar memilih baju pengantinnya di toko busana muslimah. FulanahC asik mendaftar orang-orang yang akan diundang dalam resepsinya, fulanah D rajin baca buku-buku tentang pernikahan, hak dan kewajiban suami istri, pendidikan anak dalam Islam, juga mendengarkan kajian, tanya ini dan itu ke ibu-ibu yang lebih senior, kemudian Fulanah E hingga Z semua sibuk dengan segala serba-serbi persiapan menjelang pernikahan.Alhamdulillah…turut senang rasanya mendengar kabar fulanahA hingga Z sebentar lagi melepas status gadis mereka menuju mahligai pernikahan. Apalagi fulanah A berusaha mempersiapkan tempat resepsi dengan disain sedemikian rupa sehingga aman dari ikhtilat dan pandangan lawan jenis. Fulanah Bmemilih pakaian pengantin yang tetap sesuai dengan syarat-syaratpakaian muslimah atau setidaknya meminimalisir riasan meski perlu usaha keras untuk mendapat persetujuan baik dari orangtuanya maupun dari calon mertuanya. Fulanah C mengundang semua kerabat dan teman-teman yang sekiranya dapat diundang tanpa memilah-milih status sosial dan ekonomi mereka. Fulanah D berusaha keras mempelajari hal-hal yang harus dimengerti dan akan dijalaninya esok, walaupun selama ini tidak jarang dia mendapati pengetahuan tersebut baik melalui buku-buku, ceramah para ustadz, maupun obrolan dengan teman-teman yang shalih, tapi dia merasa perlu mengulang dan menggali kembali ilmu-ilmu tersebut. Fulanah F hingga Z, semua memberi inspirasi, juga menjadi bahan evaluasi diri, namun juga terkadang membuat hati jadi galau…Termotivasi untuk menikah hinggakadar tertentu adalah suatu anugerah yang sangat indah dari Allah Ta’ala. Menyadari bahwa pernikahan antara laki-laki dan perempuan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya,وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّفِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamucenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yangdemikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(QS. Ar-Ruum:21)Berbesar hati dengan syari’at menikah dan tidak membencinya sebagai bentuk realisasi iman kitakepada nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallamdan menjadikan kita termasuk golongan yang berada di atas sunnahnya, serta motivasi untuk meraih berbagai pahala dalam rumah tangga, diperolehnya keturunan yang shalih dan mendo’akan orang tuanya, terwujudnya keluarga yang menegakkan syari’at Islam dan lain sebagainya menjadikan seseorang yang masih lajang berkeinginan untuk segera menikah. Waah..senangnya ya sudah dipinang, senangnya proses menuju pernikahannya demikian mudah, senang ya demikian…dan demikian. Keadaanseseorang yang tidak kunjung menikah, dan pikirannya terlalu disibukkan dengan hal tersebut dikhawatirkan menjadikan hati malah jenuh dan berpaling menjadi kegalauan. Sedih ya…kok belum ada juga jodoh yang datang, sedih ya…teman-teman sebaya, bahkan yang usianya lebih muda telah merasakan indahnya pernikahan…hingga mencapai kadar galau yang berlebihan, iri terhadap orang lain, putus asa dan bersempit hati, maka sudah barang tentu hal tersebut mengancam kesehatan jiwa dan agama seseorang.Iri terhadap orang lain merupakan suatu hal yang dilarang dalam Islam, kecuali terhadap dua hal sebagaimana disabdakan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam:لاَ حَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الكِتَابَ، وَقَامَ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَرَجُلٌ أَعْطَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَهُوَ يَتَصَدَّقُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ“Tidak ada iri kecuali untuk dua jenis manusia: Seorang yang Allah berikan kepadanya Al Qur-an(hafal Al Qur-an), membacanya ketika shalat di waktu malam dan di waktu siang, dan yang kedua adalah seorang yang Allah berikan padanya harta yang melimpah, lalu dia membelanjakannya dalam ketaatan baik di waktu malam maupun di waktu siang.”(HR. Bukhari dan Muslim)Iri di sini maksudnya adalahghibthah, yaitu berangan-angan agar dapat semisal dengan orang lain tanpa berharap hilangnya nikmat itu dari diri orang tersebut.Lantas bagaimana jika ghibthah itu kita tujukan pada pernikahan teman-teman kita? Maka mungkin perlu kita tinjau ulang hal apa yang membuat kita iri, jangan-jangan hanya sekedar ingin ikut-ikutan agar senasib dan samastatusnya dengan teman-teman yang telah menikah, atau iri ingin mendapat suami yang kaya seperti Fulanah X supaya hidup enak, atau yang populer supaya ikut populer, atau yang tampan, ningrat dan lain sebagainya tanpa memperhatikan bagaimana agamanya, maka hal ini tentunya tidak akan membuahkan kebaikanbagi diri kita.Sebagaimana diceritakan oleh Sufyan bin Uyainah-seorang ahli hadits, tentang dua orang saudaranya, Muhammad dan ‘Imran. Saudaranya yang bernamaMuhammad ingin menikahi wanitayang tinggi martabatnya karena motivasi supaya dirinya dapat meraih martabat yang tinggi, namun justru Allah berikan kehinaan bagi dirinya. Sedangkan saudaranya yang bernama ‘Imran ingin menikahi wanita kaya karenamotivasi harta wanita tersebut, maka akhirnya Allah pun menimpakan musibah padanya. Mertuanya merebut semua hartanya tanpa menyisakan sedikitpun untuknya.Apakah kita mau merasakan betapa pahitnya nasib kedua saudara ibnu Uyainah ini? Adapunjika niat menikah itu memang baik, maka semoga ghibthah tersebut dapat menjadi motivasi untuk menempuh sebab-sebab syar’i dalam rangka menggapai pernikahan yang Allah ridhai. Imam An-Nawawirahimahullahdalam kitabnyaAt- Tibyan fii Adabi Hamalatil Qur’anberkata, Ibnu ‘Abbasradhiyallahu ‘anhumenceritakan bahwa,إنما يعطى الرجل على قدر نيته“Seseorang diberi sesuai kualitas niatnya.”Dengan meluruskan niat kita untuk menikah tentu akan membuat kita senantiasa memperhatikan rambu-rambu syari’at demi terwujudnya keridhaan Allah Ta’ala, meski Allah mentaqdirkan kita untuk tidak segera menikah.Mungkin berbagai usaha dan sebab-sebab yang dituntunkan syari’at untuk mempermudah perjodohan telah dilakukan, namun hambatan dan kegagalan itu masih menghadang di depan mata, sehingga akhirnya hati pun merasa sempit dan berputus asa. Dalam keadaan yang demikian ada baiknya kita tengok kegagalan dari saudari-saudari kita dan renungi betapa apa yang kita alami tidak seberapa, betapa nikmat Allah yang masih bisa kita rasakan demikian besarnya dibanding kegagalan untuk segeramenikah yang dianggap buruk dalam pandangan sebagian manusia. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallamtelah mewanti-wanti kita dalam sabdanya:انظروا إلى من أسفل منكم، ولا تنظروا إلىمن هو فوقكم، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kalian, dan jangan melihat orang di atas kalian, maka itu lebih layak untuk kalian agar tidak memandang hina nikmat yang Allah anugerahkan kepada kalian.”(HR. Muslim)Kalaulah hingga saat ini kita masih menanti jodoh, maka kita lihat saudari-saudari kita yang jauh lebih dahulu menanti jodoh namun hingga saat ini masih belum datang juga jodoh yang dinanti. Kalaupun kita pernah gagal menjalani proses di awal perjodohan, maka ada di antara saudari kita yang gagal di ambangpintu pernikahan. Kalau ternyata kita termasuk yang merasakan pahitnya kegagalan di ambang pintu pernikahan, maka bukankah kita masih merasakan betapa Allah membukakan banyak pintu-pintu kebaikan lainnya untuk diri kita? Yakinlah bahwasanya pilihanAllah itu lebih baik dari pada pilihan kita.Oleh karena itu janganlah sempit hati dan putus asa meliputi hari-hari kita sampai-sampai kita lupa akan kewajiban kita sebagai seorang hamba, kewajiban kita terhadap diri kita sendiri, demikianjuga kewajiban kita sebagai seorang anak, atau kewajiban sebagai mahasiswa, bahkan kewajiban sebagai penghuni kos misalnya. Padahal dengan menunaikan kewajiban, sekalipun dalam perkara dunia jika kita niatkan untuk meraih ridha Allah maka akan membuahkan pahala, sebagaimana perkataan sebagianahli ilmu, “Ibadahnya orang yang lalai itu bernilai rutinitas, dan rutinitas orang yang berjaga (dari lalai) itu bernilai ibadah.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, SyaikhMuhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Dar Ats-Tsuraya, th. 1424 H. hal. 13)Allah Ta’ala juga memerintahkan kita untuk bersungguh-sungguh menyelesaikan tugas demi tugas,فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ( ) وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ“Maka apabila kamu telah selesai (dalam suatu urusan), kerjakanlahdengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Rabb-mu lah hendaknya kamu berharap.”(QS. Al-Insyirah: 7-8).Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaiminrahimahullahmenjelaskan ayat ini, “Maka jadikanlah kehidupanmu kehidupan yang penuh dengan kesungguhan, apabila engkau telah selesai mengerjakan urusan dunia, maka kerjakanlah urusan akhirat, dan jika engkau telah selesai mengerjakan urusan akhirat, maka kerjakanlah urusan dunia. Jadilah engkau bersama Allah ‘Azza wa Jalla sebelum mengerjakan tugas dengan memohon pertolongan-Nya, dan setelah mengerjakan tugas dengan mengharapkan pahala-Nya.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, cet. III, DarAts-Tsuraya, th. 1424 H. hal.255)Adakalanya kita dapat menepis seluruh kegalauan hati, namun terkadang juga masih ada keresahan-keresahan yang menyibukkan pikiran kita. Mungkin hal itu terjadi karena masih adanya waktu luang yang tidak kita manfaatkan. Jiwa manusia memang senantiasa dalam salah satu dari dua keadaan, bisa jadi jiwa ini disibukkan dengan ketaatan kepada Allah, namun jika tidak, maka jiwa itu justru yang akan menyibukkan pemiliknya. (Nashihaty Linnisaa, Ummu ‘Abdillah binti Syaikh Muqbil bin Hady Al-Waadi’i, cet. I, Dar Al-Atsar, th. 1426 H. hal. 20)Syaikh ‘Abdurrazaaq bin ‘Abdil Muhsin Al-Badr hafidzahullah memiliki resep jitu yang beliau kumpulkan dari petunjuk Allah Ta’ala dan Nabi-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk menjaga kondisi keimanan kita. Beliau menjelaskan sebab-sebab yang dapat meningkatkan iman di antaranya5:1.Mempelajari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu agama yang diambil dari kitabullah dan sunnah rasul-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam, bisa dengan membaca Al Qur-an dan mentadabburinya, mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah Ta’ala, merenungi perjalanan hidupnabishallallahu ‘alaihi wa sallam, merenungi ajaran-ajaran luhur agama ini, membaca perjalanan hidup salaful ummah, dan lain sebagainya. Namun ilmu itusendiri bukanlah tujuan, melainkan sarana agar dapat diamalkan dalam bentuk beribadah kepada Allah Ta’ala, bukan untuk tujuan lainnya.2.Merenungi ayat–ayat kauniyah Allah yang ada pada makhluk-Nya3.Bersungguh-sungguh dalam beramal shalih serta memurnikannya untuk mengharap wajah Allah semata, baik berupa amalan hati, lisan, maupun anggota badan.(Asbabu Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi, ‘Abdurrazaq bin ‘AbdilMuhsin Al-Badr, cet. II, Maktabah Dar Al-Manhaj, th. 1431 H)Adapun sebab-sebab yang dapat mengurangi iman dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam berupa kebodohan, lalai, berpalingdan lupa, mengerjakan maksiat dan berbuat dosa, serta nafsu yang menyeru pada keburukan. Sedangkan sebab dari luar berupasyaitan, dunia dan fitnahnya, sertateman-teman yang buruk. Semogadengan mengetahui sebab-sebab tersebut, kita dapat lebih waspadadan berusaha mengamalkannya agar terjaga dari keterpurukan iman bagaimana pun kondisi kita. Bukankah gagal menikah masih lebih baik dibanding gagal mengabdikan diri kepada Allah?Terakhir mari kita renungkan perkataan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaiminrahimahullahketika menafsirkan ayat “alam nasyrah laka shadrak” (Al-Insyirah: 1),“Manusia yang Allah lapangkan dadanya untuk menerima hukum kauni, akan engkau dapati dia ridha terhadap ketentuan dan taqdir-Nya, dan merasa tenang terhadap hal itu. Dia berkata: ‘Aku hanyalah seorang hamba, dan Allah adalah Rabb yang melakukan apa yang dikehendaki-Nya, orang yang berada dalam kondisi seperti ini akan senantiasa dalam kebahagiaan, tidak sedih dan berduka, dia merasa sakit namun tidak sampai menanggung kesedihan dan duka cita, dan untuk hal yang demikian telah datang hadits shahih bahwasanya Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam bersabda:عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، وَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، وَكَانَ خَيْرًا لَهُ“Sungguh mengagumkan keadaanseorang mukmin, sesungguhnya seluruh perkaranya itu baik, tidak ada yang mendapati keadaan seperti itu kecuali bagi seorang mukmin, apabila keburukan menimpananya, dia pun bersabar maka itu menjadi kebaikan baginya, dan apabila kebahagiaanmeliputinya, dia pun bersyukur maka itu menjadi kebaikan baginya.”” (Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, hal.247)Penulis: Ummu UbaidillahMuroja’ah: Ust. Ammi Nur Baits
Sungguh, kamu tak perlu mencemaskan hal-hal yang jauh dari jangkauan dan perkiraan. Pusatkanlah perhatianmu kepada apa yang kamu lakoni saat ini saja.Kamu pun tak perlu menaruhrasa cemas kepada status lajangmu. Tak perlu pula cemburu pada kawanmu yang saat ini telah memiliki pasangan. Juga tak perlu mendengar ledekan temanmu. Sungguh, sudah ada orang yang Tuhan persiapkan untuk menggenapkan. Dan sekarang, kamu sudah separuh perjalanan menuju kepadanya.Jangan bersedih dan berkecil hati lagi ya. Waktu melajangmu saat ini bisa kamu manfaatkan sebenar-benarnya untuk menikmati hidup.
Namun, ada yang harus kamu perhatikan jika ingin menjalin hubungandengan si wanita muda untuk menyamakan persepsi kalian. Apalagi jika kamu berniat untuk serius dan menikah dengan si dia.Karena kebanyakan wanita dengan usia muda belum mantap dalam pilihan hidup mereka dan masih ingin mencoba banyak hal, salah satunya urusan pria.Memang, untuk urusan kedewasaan seseorang sepertinya nggak tergantung pada umur. Banyak wanita yang sudah berumur tetapi masih bersikap atau bertindak layaknya anak kecil atau sebaliknya. Namun, tetap lebih baik saat kamu serius sama si dia kamu menyamakan dahulu tujuan kalian berdua. Karena jika tidak, kamu serius menjalin hubungan sementara sidia masih ingin main-main. Jika memang dia hanya ingin main-main dan mencoba banyak hal, saran saya adalah jangan terlalu serius 100% daripada kamu sakit hati dan capek sendiri.
Teu niat bner jang urang, berarti lain jang nu terbaik ka urg.
Niat bner = maneh jeung itu boga tujuan nu sarua, sama.
Jangan terperangkap dalam pemikiran sayang-ah-nanti-ngga-bisa-ketemu-yang-gini-lagi, karenajumlah wanita di luar sana ada lebih dari dua lusin!
Kamu mengakhiri hubungan yang pasti bakal berakhir.
Bagi beberapa orang proses menanti pasangan hidup takubahnya seperti air mengaliryang ringan dan tidak perlu menjadi beban pikiran. Orang-orang seperti ini akan enteng menyerahkan persoalan jodoh pada garis takdir yang telah Tuhan rancang. Alih-alih memikirkan siapa jodohnya, ia justru fokusmemperbaiki diridemi menyambut sang belahan jiwa yang penuh rahasia.Tapi di sisi lain, pasangan hidup yang begitu dinanti juga kerap menimbulkan kecemasan. Deretan undangan pernikahan yang datang di akhir pekan ikut menambah volume rasa gelisah yang kian meradang.Ribuan pertanyaan tentang siapa yang nantinya akan mendampingi di masa depan seolah makin mendesak untuk segera dipertemukan dengan jawaban.Namun sesungguhnya persoalannya kini:“Haruskah kita sebegitu sibuknya memikirkan soal jodoh yang sebetulnya sudah Tuhan siapkan?”Deretan kisah cinta sudah khatam dilalui. Kini kamu hanya ingin berhenti, bersamanya yang bisa diandalkan setiap harimenanti jodohBerbagai episode kisah cintamulai dari yang berlabel cinta monyet hingga yang dirasa sarat dengan keseriusan telah tuntas kamu lewati. Semakin hari rasa penasaran tentang siapa yang nantinya akan menggenapi kian menggantung di rongga dadamu. Jika dulu berkenalan dengan orang baru hingga tenggelam dalam romantika cinta selalu terasa menarik, kini fase itu seolah sudah bosan kamu jalani.Geliat terlibat dengan rasa kasmaran menggebu tidak terasa lagi menarik buatmu. Saling bertukar salam hingga kencan yang berakhirpada kecupan mesra juga sudah tidak lagi semenantang dulu. Kamu menjadi sosok yang haus akan kepastian. Khayalan menemukan dia yang pada akhirnya berani mengajakmu bersanding menjadi babak baru yang selalu kamu tunggu. Ya, di usiamu kini yang telah menginjak kepala dua bukanhal yang salah memang impian tentang ikatan pernikahan menjadi sesuatu yang paling dinantikan.Kamu yang sekarang bukan lagi kamu yang dulu. Rela terbenam pada drama cinta yang sebetulnya sudah tahu akan berakhir seperti apa. Deretan pria atau wanita yang kamu anggap salah adalah bagian dari pelajaranhidup yang sudah khatam kamu lalukan. Kini sudah tiba waktunya untuk dipertemukan dengan dia yang kelak akan menjadi ayah Ibu atau dari anak-anakmu.Undangan yang makin rajin datang menimbulkan pertanyaan. Kapankah giliranmu datang? Bersama orang macam apa kamu akan disandingkan?teman-teman menikah viatumblr.comSetiap orang memiliki kisahnya tersendiri untuk menemukan pasangan hati. Sebagian dari mereka mungkin menemukan temanhidup lebih cepat dari yang pernah di duga. Bisa jadi teman-teman dekat atau kenalanmu juga telah disandingkan dengan orang yang pada akhirnya dirasa tepat mendampingi sama akhir hayat. Deretan unggahan gambar di media sosial menjadi bukti bagaimana akhirnya hubungan yang terbina berakhir dengan babak bahagia.Tapi ternyata kegembiraan yang sama belum pula menghampirimu. Kamu masih diminta oleh Tuhan untuk menunggu sampai diamengatur skenario percintaan yang luar biasa. Namun rasa cemas menanti kapan drama percintaan tersebut akan berlangsung membuat rasa gusar menyelinap dalam relung hati terdalam. Meskipun tidak mengucapkan secara gamblang tapi jika boleh jujur kamu ingin cepat pula dipertemukan dengan pasangan jiwa.Di setiap malam sebelum waktu tidur malam datang, kamu mulai rajin memanjatkan doa tentang jodoh yang sudah ditunggu kehadirannya. Meminta pada Tuhan tentang spesifikasi jodoh yang kamuinginkan, terlebih untuk waktu yang semoga saja bisa disegerakan. Melalui doa dirapal dan usaha digencarkan besar harapanmu bahwa Sang Khalik memotong masa penantian mendamping hidup yang kamu impikan.Persinggungan waktu dan usia juga menyisakan tanda tanya. Dalam pikiranmu semua harus dilaksanakan segera. Sementara semesta menyuruhmu bersabar lebih lamasemakin mempertanyakan viasaintsonaplane.comTidak hanya soal teman yang sudah menikah saja yang membuat kamu mulai risau dengan datangnya pasangan hidup. Faktor usiapun ikut mempengaruhinya. Meskipun tidak ada ukuran pasti tentang usia menikah yang diyakini benar, tapi saat usia terus bergerak meninggalkan usia dua puluhan banyak orang yang semakin dikejar dengan kewajiban untuk segera melangsungkan pernikahan.Kultur pernikahan usia mudayang ada tak ayal ikut menyumbang perasaan galau yang kini mulai bersemayam. Terbayang sudah perkataan banyak orang tentang kita yang belum juga menyebar undangan untuk menghadiri acara pernikahan yang telah dirancang. Desakan dari keluarga dan juga orangtua menjadi pemantik yang semakin menyempurnakan perasaan khawatir itu.Seandainya bisa kamu juga ingin mangkir dari pertemuan-pertemuan keluarga yang seringkali mempertemukanmu dengan pertanyaan tentang pernikahan. Jujur kamu sudah bosan ditanya kapan mengenalkan calon pasangan hidup kepada mereka. Tapi itulah hidup, selalu ada masa di mana kamu dihadapkan dengan tantangan yang tidak mengenakkan.Dipertemukan dengan jodoh memang misteri. Tapi ini juga bukan lomb alari. Tunggulah sebentar, dia yang terbaik pasti akan didatangkanNya. Nantiakan tibanya giliranmu datang viawww.askmen.comAkan tetapi sesungguhnya soal jodoh adalah sesuatu yang tidak perlu kamu risaukan. Serahkan saja pada Tuhan tentang bagaimana kisah cintamu nantinya akan ditamatkan. Jika ada orang bisa menemukan pasangan hidupnya dengan cepat itu berarti sang sutrada hidup memang menilai bahwa waktunya sudah tepat. Hal yang perlu kamu tahu bahwaTuhan adalah penentu yang cermat. Ia akan memastikanhambanya mendapatkan apa ia yang butuhkan dengan perhitungan yang tak bisa manusia perkirakanPantaskanlah diridengan berserahlah pada Dia yang telah mengatur hidupmu dengan baik. Sebagai manusia kamu hanya bisa sebaik-baiknya berusaha dengan tidak lupa mengucapkan doa. Siapa pun dan kapan pun akan dipertemukan nantinya percayalah bahwa masa itu akan datang. Kamu tidak harus bergumul dengan risau berkepanjangan. Yakinlah kalau semua akan tiba pada waktunya.Jodoh tak ubahnya seperti lahir dan kematian yang sulitditebak kehadirannya. Tugaskita adalah sama seperti makhluk lainnya yakni menanti sampai Tuhan memberikan jawaban menurut kehendak ya Ia rasabenar.
Pernikahan soal kemampuan.
konsep absurd and anxiety, gambaran sempurna. Untuk hal yang tidak perlu.
Nikmatin dulu aja kesendiriannya.
Menikmati waktu anda sendiri.
Seseorang yang tidak akan pernah pergi, jika ia pergi ia akan kembali, jika aku pergi, ia akan menunggu.
Semakin dewasa, akhir pekan kian terasa berbeda. Sekarang bukan lagi masanya menggulung diri di dalam selimut, mandi sekali sehari, lalu nonton serial TV seharian. Undangan pernikahan teman yang hampir tiapweekenddatang harus dihadiri sebagai tandapenghormatan.Perasaan bahagia saat melihat teman seperjuanganbersanding dengan pasangan pilihannya sering diikuti dengan pertanyaan yang muncul tanpa diminta,“Duh, besok bakal bersanding di pelaminan sama siapa ya?”“Jodoh gue besok kayak gimana ya? Ketemunya masih lama nggak ya?”Rasa cemas,insecuresebabmasih sendiri di usia yang kata orang sudah matang membuat kita merasa harus segera mengikuti jejak mereka. Urusan jodoh, tanpasadar menjadikan kita manusia yang selalu khawatir — sampai benar-benar jadi pasangan sah di depan negara dan agama.Padahal jika mau bersabar sedikit saja– bukankah jodoh itu sebenarnya sederhana?Selama ini kita seperti pecinta alam dan sutradara yang terlampau kreatif. Menerka dan membuka jalan, yang sebenarnya belum tentu diamini oleh semestaKita adalah manusia yang terlampau kreatif dalam mengarang cerita viapinterest.comAda satu orang sahabat saya yang cuek setengah mati soal urusan cinta. Sampai ulang tahunnya yang ke-24 dia memegang trophy sebagai jomblo abadi.Isi hidupnya hanya kuliah, tetek-bengek organisasi, ikutpenelitian dosen, kumpul-kumpul bersama kami, lalu belakangan ikut kursus pra nikah sesekali. Dengan statusnya yang masih sendiri.Tapi anehnya sahabat saya ini tidak pernah merasa kekurangan. Di wajahnya selalu bisa kami temukan senyum bahagia, bahkan lebih tulus dari kami yang ditemani pacar ke mana-mana. Dia adalah orang yang berapi-api soal cita-cita. Tak harus dihadapkan pada kegalauan saat ngambek dengan pacarmembuatnya bisa menghabiskan waktu untuk banyak menulis dan membaca.Plot twistpun tiba. Saat kami masih galau soal pekerjaan pertama dan perkara membawa hubungan cinta ke arah mana — kami mendapat kabar bahwa jomblo abadi ini akan menikah dengan pria yang selama ini jadi kawan satu organisasinya. Akad akan dilakukan segera selepas lamaran, demi menghindari hal-hal yang keluar dari ajaran.Geli rasanya. Kami yang sudah berinvestasi waktu pun perasaan dalam ikatan pacarab sekian lama justru belum berani mengikuti jejaknya. Menghadiri prosesiakadnya seperti membawa kaca ke depan muka:Jika mau jujur sedikit saja, sebenarnya berapa banyak waktu kita yang sudah terbuang sia-sia?Saat kami menghabiskan masa muda dengan meratapi sakit hati, dia justrubebas loncat dari satu organisasi ke lembaga kemasyarakatan yang menarik hati. Dia boleh jadi tak merasakan debaran saatbertukar rayuan manis dengan pacar, tapi justru kebebasannya langsung bisa bercumbu sepuas hati membuat kami sedikit gusar.Ketika kami terlalusibuk bertukar janji demi masa depan bersama, sahabat saya ini justru langsung berani menjalaninya — bersama pria pilihannya.Berkaca dari banyak pengalaman ternyata yang dibutuhkan hanya kemantapan dan sedikit kenekatan. Membangun masa depan tak memerlukan keahlian yang dibiakkan dari pacaranMembangun masa depan ternyata tak butuh keahlian dari pacaran viapinterest.comSeringkali kalkulasi manusiadan kalkulasi semesta berjalan diplaformyang berbeda. 1095 hari bersama tidak membawa kemantapan yang sudah ditunggu sekian lama. Kita masih sering memandang wajah orang yang sudah kitagenggam tangannya bertahun-tahun lamanya, kemudian membayangkan apakah masa depan benar-benar layak dijalani bersamanya.Hubungan yang sudah sempurna di mata orang-orang bisa kandas. Perasaan yang kuat ternyatabisa hilang. Bersisian sekianlama, menerka masa depan berdua ternyata tidak menjanjikan apa-apa. Jika memang tidak ada niatan baik untuk membawa hubungan ini ke arah selanjutnya.Inilah kenapa kisah-kisah “bertemu-orang-yang-tepat” setelah putus dari pacaran bertahun-tahun bermunculan. Kenekatan kerap muncul setelah dikecewakan. Keinginan membangun komitmen ternyata perlu didorong oleh hati yang sudah lelah menghadapi perihnya kegagalan. Ibarat lari maraton panjang, selepas garisfinishkita hanya ingin meregangkan otot yang tegang — dalam sebuah peristirahatan yang jauh darikata menantang.Ternyata keyakinan untuk bisa membangun masa depan bersama tidak membutuhkantrainingbertahun-tahun lamanya. Kita bisa mengeliminasi keharusan PDKT, ratusan kali kencan, dan episode drama yang jumlahnya melebihi jari tangan.Dalam banyak kasus justru kemantapan itu datang setelahmemantaskan dirisebagai pribadi — selepas dipertemukan dengan orang yang juga sudah selesai dengan dirinya sendiri.Jodoh toh bukan aljabar yang harus membuat kita sakit kepala. Bahkan prosesiperesmiannya berlangsung tak lebih dari hitungan menit sajaHaruskah kita galau pada prosesi yang berlangsung dalam hitungan menit saja? viakureen.files.wordpress.comBukankah tujuan akhir dari selalu ke mana-mana berdua adalah ucapan dalam satu hela nafas,“Saya terima nikahnya!”atau prosesi khidmat pemberkatan di gereja?Lucu bukan, jika kita rela menghabiskan waktu bertahun-tahun lamanya demi prosesi yang berlangsung bahkan lebih singkat dari wisuda?Semakin dewasa, setelah jadi saksi bagaimana kawan-kawan menemukan pasangan hidupnya — pandangan kita terhadap jodoh justru akan makin sederhana. Ini bukan lagi soal kencan ke mana, mematut diri dengan baju apa, sampai berapa lama sudah saling mendampingi dan memanggil sayang ke depan muka.Jodoh ternyata tak lebih darisoal keberanian, kesiapan sebagai pribadi bertemu dengan peluang, keyakinan bahwa hidup tak lagi layak diperjuangkan sendirian. Konsep jodoh yang dengan jelas sudah disiapkan Tuhansebenarnya tidak menuntut kita untuk galau menantikannya.Toh dia pasti akandatang sendiri. Bukankah Tuhan tidak akan bermain-main dengan janji?Kita-kita ini saja yang sukalebaymendramatisir suasana. Merasa paling merana jika belum menemukannya. Merasa hidup kurang sempurna jika belum bertemu pasangan yang bisa menggenapkan separuh jiwa. Padahal jika memang sudah waktunya, pintu jodoh itu akan terbuka dengan sendirinya. Mudah, sederhana, bahkan kadang tanpa banyak usaha.Kalau memang bukan garisnya,diikat pakai batu akik pun, tak akan jadi jodohkita seorang anak manusia. Jika memang begini hukumnya — haruskah kita galau dan bercemas diri lama-lama?Haruskah kita galau lama-lama? viabhataraphotography.comPertunangan bisa gagal,khitbahbisa dibatalkan, pun resepsi bisa di-cancelbeberapa jam sebelum perhelatan. Ikatan sebelum pernikahan (ternyata) tidak layak membuat kita merasa aman, pun bangga karena merasa sudah punya pasangan. Sebab ternyata tak ada yang bisa memberi jaminan.Janji-janji manis yang sudahterucap sebelumya tidak akan berarti apa-apa sampaiada tanda sah di depan negara dan agama. Cincin berlian, atau bahkan batu akik yang sedang hits itu tak akan membantu apapun, jikamemang jalan hidup berkatasebaliknya.Daripada mencemaskan yang sudah tergariskan, mengapa kita tidak mengusahakan yang bisa diubah lewat usaha keras? Rejeki, pekerjaan, membuka kesempatan untuk kembali studi di luar negeri, sampai memutar otak demi membahagiakan orangtua yang sudah tak semandiri dulu lagi misalnya? Hal-hal itu lebih layak mengakuisisi ruang otak kita dibanding terus-terusan galau memikirkan pasangan yang sudah jelas dipersiapkan oleh yang Maha Kuasa.Akan tiba masanya, ketika kita memandang orang yangtertidur dengan lelap di sisi kanan sembari mengulum senyum. Ternyata begini jalannya. Ternyata inilah jodoh kita yang telah disiapkan oleh semesta. Suatu hari, semua kecemasan yang memenuhi rongga kepala ini hanya akan jadi bahan tertawaan saja.Bolehkah mulai sekarang kita berusaha lalu berserah saja? Sebab pada akhirnya, jodoh toh sebenarnya sederhana.Tabik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar