Ada Gak Ya Kerja Yang Enak
Suatu hari, ada seorang sarjana yang baru saja lulus dari perkuliahan yang sudah dia jalani selama kurang lebih 4 tahun. Dia begitu gembira karena apa yang dia cita-citakan berhasil dan tidak mengecewakan keluarganya. Setelah itu dia pun mulai sibuk dengan aktifitas baru yaitu menjadi job seekers. Hampir setiap hari membuka info lowongan kerja dimana-mana, baik itu dari media surat kabar maupun media online. Sampai akhirnya hari bersejarah datang saat dia terpanggil di sebuah tempat kerja dan diterima menjadi karyawan disana. Hari demi hari dijalani dengan semangat kerja yang tinggi. Kebetulan suasana kerja di tempat kerja yang dia masuki sangat nyaman dan kondusif sehingga dalam bekerja pun dia enjoy dan tenang. Sampai beberapa tahun berlalu sampai suatu saat ada perubahan management di perusahaan tempat dia bekerja. Para petinggi di tempat kerja diganti dengan yang baru-baru dan otomatis kebijakan-kebijakan di perusahaannya juga mengalami perubahan. Kebijakan yang dulunya dirasakan sudah nyaman berubah menjadi kurang nyaman bahkan tekanannya semakin tinggi. Semakin lama dia merasa semakin tidak nyaman dan selalu berpikir untuk keluar dari tempat kerjanya. Dia pun mulai kembali aktifitas yang pernah dijalaninya dahulu yaitu mencari-cari pekerjaan lagi sambil tetap bekerja karena memang masih butuh pemasukan untuk kebutuhan hidup.
Akhirnya pada suatu saat ada sebuah perusahaan yang memanggil dia untuk test. Dia pun berpikir untuk mencoba peluang tersebut dan akhirnya diterima di perusahaan barunya itu. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari perusahaan lamanya karena sudah merasa tidak nyaman dan berpindah di perusahaan baru dengan harapan akan memperoleh kenyamanan seperti saat awal kerja di perusahaan lama. Di perusahaan yang baru, dia mendapatkan penghasilan yang lebih rendah daripada yang didapatkan di perusahaan lama, namun dia berpikir bahwa walaupun digaji tinggi tetapi tidak ada kenyamanan, lebih baik digaji pas-pasan tetapi memperoleh kenyamanan dalam bekerja. Di perusahaan yang baru memang tekanannya tidak setinggi di perusahaan lama, sehingga dia merasa enjoy dengan pekerjaannya. Waktu pun terus berjalan dan lama kelamaan dia mulai merasa ada yang kurang di tempat kerja yang baru. Karena kebiasaan saat masih ditempat kerja yang lama dengan gaji yang lebih tinggi, dia sering main dan jalan-jalan bersama teman-temannya dahulu tanpa melihat bahwa penghasilannya saat ini sudah lebih kecil daripada yang dahulu didapatkan. Akhirnya saat ini dia merasa tidak nyaman lagi dengan apa yang didapatkannya dari segi materi. Dia pun mulai membandingkan apabila masih ditempat kerjanya yang dulu pasti saat ini dia sudah bisa beli berbagai barang-barang yang dia inginkan. Namun apa daya, saat ini penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Dia pun mulai berpikir kembali untuk mencari pekerjaan baru lagi. Dimulailah kegiatan lama yaitu menyebar lamaran kerja kemana-mana sambil bekerja seperti dahulu. Untuk kali ini dia lebih selektif dalam memilih perusahaan, yaitu yang gajinya lebih tinggi dan dilihat bisa memberikan kenyamanan dalam bekerja.
Akhirnya di pun diterima di perusahaan yang baru lagi yang lebih bonafit dengan gaji lebih tinggi. Dia pun berpindah kerja lagi untuk yang kedua kalinya. Karena di perusahaan yang baru ini dia digaji tinggi, dia mempunyai tanggungjawab yang tinggi pula. Dengan pengalaman di dua tempat kerjanya yang lama, dia pun berusaha untuk semangat dalam bekerja demi gaji yang tinggi. Dia pun enjoy dengan tantangan yang diberikan perusahaan karena dia sudah berpengalaman di dua tempat kerja dahulu. Pada suatu saat ada masalah yang besar di perusahaan yang baru dia tempati. Dengan adanya masalah tersebut konsekwensinya target seluruh karyawan dinaikkan agar bisa mengurangi dampak masalah yang ada. Dia pun menjadi sangat tertekan dengan adanya kebijakan baru tersebut. Dia berpikir bahwa sudah bekerja dengan keras, namun karena adanya kesalahan dari management, semua karyawan harus menerima akibatnya dan harus menanggung bersama. Setelah itu dia mulai berpikir lagi apakah dia harus mencari pekerjaan lain lagi? Apakah tidak ada pekerjaan di dunia ini yang bisa membuat dia nyaman dan tentram selama-lamanya?
Bila kita bercermin pada kisah di atas, memang tidak bisa kita pungkiri dalam kehidupan, kita akan selalu mencari sesuatu yang nyaman dan menyenangkan. Kita sebagai manusia biasa akan selalu mencari zona nyaman dalam bekerja. Namun apakah akan selamanya kita bisa memperoleh zona tersebut? Dari pengalaman di atas mungkin jawabannya adalah tidak. Tidak ada kerja yang bisa nyaman seterusnya. Tidak ada kerja yang bisa menjamin kita enjoy selamanya. Ada saat-saat dimana kita harus bisa mengerti dengan kondisi yang ada di dalam dunia kerja kita. Dimanapun kita bekerja, pasti akan menemui fase-fase yang mungkin tidak bisa kita bayangkan sebelumnya. Fase dimana kita harus rela untuk bekerja lebih keras lagi dan kenyamanan yang semakin berkurang. Namun itulah yang terjadi di dunia kerja secara nyata.
Nah dengan kondisi seperti itu, apa yang bisa kita perbuat? Sebenarnya semua itu tergantung dari apa tujuan utama dan motivasi kita bekerja. Bila tujuan utamnya adalah dari sudut pandang ekonomi, dengan pertimbangan gaji yang tinggi, mungkin kita harus siap dengan beban dan tekanan kerja yang tinggi pula. Bila tujuan utama kita bikan dari segi ekonomi, tetapi dari segi kenyamanan, otomatis kita harus rela dengan penghasilan yang lebih kecil karena beban tanggung jawab yang lebih kecil pula. Semua pilihan mempunyai plus dan minusnya masing-masing. Tergantung kita mau mendapatkan yang seperti apa. Yang penting apapun yang kita pilih, kita harus bertanggungjawab dengan pilihan kita, apapun resikonya, karena sebenarnya bekerja adalah ibadah dan menjadi amal dan penghasilan kita untuk menopang kehidupan kita dan keluarga. Maka bersahabatlah dengan dunia kerja, niscaya kita akan diperlakukan dengan baik pula oleh dunia kerja kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar