Sementara .
Pilih sesuatu yang bisa di atasi .
Tuhan menyelamatkanmu dari banyaknya segala kemungkinan yang bisa saja terjadi .
Sudah, belum ada itu yang bisa sampai terlihat karyanya. Ini adalah bukti kalau cantik itu bukan talenta. Kamu nggak bisa jadi apa-apa kalau modalnya cuma cantik saja, lha wong yang cantik di dunia ini juga banyak kok. Kebetulan saja mereka yang tertangkap kamera. cantik itu harusnya nggak dilihat dari fisik tapi kepribadiannya juga.
Mungkin yang salah adalah konteks bahagia yang kamu miliki yang harus diperbaiki, bahagia itu kita yang ciptain sendiri, bukan orang lain, kalaupun menikah itu adalah ibadah, mencari ridha allah. Bukan pusat kebahagiaan.
Jika aku tidak akan bahagia dengannya, lalu aku akan bahagia dengan siapa ?
I always thought that you are my happiness, but actually isn't.
Ada loh istilah dibahagiain di samping kita ngebahagiain.
Sendiri juga salah ketika sudah memasuki usia menikah.
Bukannya tidak ingin segera melangsungkan pernikahan, hanya saja saya tidak ingin niat baik saya untuk melaksanakan pernikahan dimanfaatkan oleh seseorang untuk kepentingan pribadinya dan tidak memiliki niatan yang sama seperti saya.
Orang yang punya niatan yang baik dan sudah cukup dewasa dalam berpikir tahu bagaimana cara memperlakukan dan menghargai orang lain juga dapat saling mengisi dan melengkapi.
Urg daek ituna teu daek, urgna kudu mamaksa ?
Itu daek urgna teu daek, kudu d paksakeun ?
Demi status, mun teu cocok kudu dipaksakaeun ? Bakal malik jadi kateken.
Mun di kitu heula ku urg, da urgmah hayang aya kontribusi dari kedua belah pihak, ulah aya rasa keterpaksaan.
Jeung bari nage urgmah hayang kawin nu barokah.
Da mereun, lamun emang jodohmah bakal ngeblend sendiri, meskipun ada sedikit gesekan disini tapi hal tersebut bertujuan untuk membangun rasa saling pengertian, berproses.
Ayna lamun misalkeun terlalu banyak gesekan, terus di paksakan tidak membuat lebih baik (semisal rasa tertekan, sakit hati, insecure dan bersalah yang lebih besar) , hanya akan membuat kerusakan lebih parah, semisal dia ingin mendapatkan org yang lebih baik atau tidak merasa paling benar.
Standard lah yang saya harapkan, dia memberi sebagaimana saya memberi.
Saya tidak ingin menjadi orang yang di manfaatkan untuk sekedar mengisi waktu luang atau hanya di jadikan status semata.
Ini bukan pembelaan, ini berdasarkan apa yang saya alami, siapapun pasti tidak ada yang menerima jika mengalami apa yang pernah saya lalui.
Semuanya kembali lagi pada niat dalam hati, sedangkan kita tidak pernah tahu apa yang ada di dalam hati seseorang .
Hanya karena urang laki-laki harus menjadi pihak yang lebih berusaha bukan berarti harus menjadi pihak yang disalahkan, kan ? Bukan seperti itu cara kerjanya, bukan ? Toh berjalannya sebuah hubungan di butuhkan usaha dan dukungan dari kedua belah pihak tentunya.
Bapak ngomong kaya gtu enak, udah nikah, seakan - akan merasa lebih baik dari saya yang belum menikah yang masih dalam masa pencarian .
Setiap orang punya masa ( jalannya ) masing-masing.
Alias masa bodo .
Jika saja aku orang kaya atau atau kepribadian saya terlihat maskulin, mungkin semuanya akan berbeda .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar